Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Diam di tempat atau ...........
Pada suatu hari minggu ketika ibadah sedang berlangsung, tiba-tiba jemaat yang berjumlah sekitar 2.000 orang dikejutkan dengan masuknya dua laki-laki tak dikenal ke dalam gereja. Mereka berpakaian serba hitam dengan wajah ditutupi kain penutup wajah sambil membawa senjata api yang besar.
Lalu salah seorang dari laki-laki tersebut berteriak, katanya, “ Siapa diantara kalian yang mau ditembak demi Kristus, tetap tinggal dibangku masing-masing “. Secepat kilat para penatua melarikan diri, tim koor gereja juga segera kabur dan tentunya hampir dari seluruh jemaat juga segera melarikan diri. Dari 2.000 jemaat yang hadir hanya sekitar 20 orang yang tetap diam di tempat. Dan keduanya segera berjalan keluar.
Lalu laki-laki yang tadi berteriak itu melepaskan penutup wajahnya dan berkata kepada Bapak Pendeta, "Okay Pak Pendeta, saya sudah menyingkirkan orang-orang munafik itu . Sekarang ibadah sudah bisa dimulai kembali. !"
- yuni's blog
- 4884 reads
Menarik (dan Mengingatkan Saya Lagi)
Artikel yang amat menarik. Saya kira hanya sekadar menyampaikan kembali kasus-kasus yang banyak terjadi di negara-negara komunis/ateis. Di sisi lain, artikel ini menghadirkan pertanyaan: sudah siapkah saya bila berhadapan dengan kondisi demikian? Dan pertanyaan ini pula yang terbersit di benak saya.
Jadi ingat, dulu juga ada kasus yang serupa, tapi tak sama. Tanggal 26 Desember 2004. Ibadah Natal hari kedua yang diwarnai guncangan hebat dari Aceh turut menggoyangkan ruang ibadah. "Bagi yang cemas, silakan menunggu di luar," begitu vikaris yang bertugas berujar dari mimbar. Saya pun sempat gentar hingga memutuskan untuk kembali duduk dan berdoa.
"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
Ini fiktif ato nyata ?