Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Di Atas Langit Masih Ada Langit
Ungkapan ini sering aku temui ketika membaca cerita-cerita dalam dunia persilatan. Sebuah ungkapan yang muncul ketika ada seorang pendekar yang begitu jumawa karena merasa mempunyai ilmu yang tinggi dan telah berhasil mengalahkan lawan-lawannya. Ia kemudian menjadi sombong dan takabur serta meremehkan orang-orang yang berani beradu ilmu dengan dirinya. Ketika mendapati pendekar yang nyata-nyata lebih tangguh, ia kena batunya.
Di lingkunganku, aku mempunyai seorang teman yang pandai menyanyi. Suaranya begitu merdu dan sungguh enak untuk didengarkan. Karena suaranya itu ia sering dijadikan solis ketika lingkungan kami bertugas di gereja. Ketika diadakan lomba menyanyi tingkat paroki yang diikuti oleh beberapa lingkungan, teman saya ini tidak berhasil menjadi juara karena ternyata ada orang lain (dari lingkungan lain) yang suaranya lebih bagus dan lebih merdu. Seorang teman lain yang pandai dalam editing video pernah memamerkan hasil karyanya kepadaku. Menurutku, hasil karyanya sudah cukup bagus. Namun ketika berkumpul dengan rekan-rekan dari paroki lain dalam suatu kegiatan pemutaran film, penilaianku jadi berubah. Ternyata masih ada orang lain (lagi) yang hasil editannya lebih bagus dan lebih menarik… Aku sendiri pernah mengalami situasi yang sama. Saat baru beberapa bulan kenal dengan blog dan udah bikin beberapa di antaranya (sebelum gabung dengan Sabda Space), aku merasa berbangga hati karena udah bisa bikin blog yang menurutku cukup menarik… tapi pas udah selancar di internet … wuih… ternyata apa yang aku bikin itu belum ada apa-apanya… masih sederhana banget. Di luaran sana masih banyak blog yang lebih keren dan lebih menarik (format maupun isinya) daripada blogku.
Di atas langit masih ada langit. Ungkapan ini memang ‘kudu’ kita jadikan pegangan. Ungkapan yang akan bikin kita jadi ‘ati-ati’ dan mawas diri. Ungkapan yang ‘cegah’ kita untuk jadi orang yang sombong, takabur, trus ujung-ujungnya menyepelekan orang lain (memandang rendah orang lain). Ungkapan yang juga mengingatkan kita untuk selalu bersyukur, bahwa apa yang kita miliki sekarang (materi, talenta, kepandaian dll) adalah anugerah (pemberian) Tuhan yang harus kita pergunakan sebaik-baiknya untuk kebahagiaan diri juga terutama untuk kesejahteraan sesama.
*** Ikut Yesus, Siapa Takut?!?!?! ***
- cahyadi's blog
- Login to post comments
- 4811 reads
@cahyadi,asyk baca silat
@cahyadi, betul-betul asyik lho baca silatnya Kho Ping HO, sampai ungkapan2nya meresap di pikiran?Kalau sudah baca, akan baca terus sampai tamat, tidak tahu waktu dan tempat lagi saking asyiknya.Begitu kan ?
Pada akhir tulisan, saya hanya mau tambahkan bahwa semuanya adalah dari, oleh dan untuk TUhan. Apapun yang kita miliki berasal dari Tuhan, karena kita lahir dengan telanjang dan nanti kembali dengan telanjang pula, maksudnya tidak membawa apa-apa.Dan oleh Tuhan kita diproses untuk Tuhan,demi kemuliaan NamaNya. Memang kita manusia adalah special one dimata Tuhan, diciptakan serupa dan segambar, tapi tempatkanlah diri kita diurutan ketiga (bukan sedang kampanye,ya),Karena nomor satu yang kita tempatkan adalah Tuhan, junjungan dan sembahan kita dalam nama Yesus Kristus, dan yang kedua adalah sesama, orang lain,keluarga, barulah kita ada diurutan ketiga.Ok, Imanuel.
@Cahyadi: Tidak perlu menjadi langit...
Ingin mendapat predikat ter-.....?
Wah, pasti banyak yang ingin dapat apresiasi itu.
Tapi, perlu hati-hati juga lho :)
Ketika kita bangga karena mendapat perdikat paling, kita jadi renatan pada penyakit sombong dan angkuh itu :)
Dulu saya pernah kena penyakit yang namanya perfeksionis (belum sembuh total sih :P), dan buat seorang perfeksionis berada di urutan dua pun adalah pukulan yang menyakitkan. Untungnya seorang teman memberi nasihat yang amat tepat. Tidak perlu selalu menjadi yang terbaik, karena dunia cuma mensyaratkan kamu memberi yang terbaik dari dirimu. Nasihat itu saya pegang hingga saat ini. Saya tak perlu menjadi langit, ketika saya bisa menjadi rumput di tanah berlumpur yang dapat memberi makan domba-domba yang kelaparan :)
GBU
anita
@ cahyadi
setuju dengan ungkapan di atas langit masih ada langit dan alasan di artikel anda. ...ungkapan itu sering kita lupakan...dan bahkan mungkin banyak yang belum mendengarnya... ( Mungkin lho )...atau juga hanya sekedar lewat...he...he...he
GBU
GBU