Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Boleh, Ja
Ketika kembali, ada yang berkedip di laptopku.
Aq blg ja hbg kmu.
Aku tidak bisa menahan senyum. Ceritanya sangat panjang. Aku pulang kampung, ternyata teman-teman kantor sedang lembur, tetapi ada masalah koneksi ke server yang letaknya hanya beberapa kilometer dari kantor.
“Matikan dulu komputernya, lalu hidupin lagi,” kataku.
Karena sampai siang ponselku tidak berbunyi, aku merasa bangga mampu membereskan masalah yang jaraknya enam ratus kilometer hanya dengan beberapa kata. Aku sudah mau tidur siang ketika adikku mengeluh. Ia tidak bisa menghubungi siapapun dengan ponselnya. Aku pun menghubungi temanku, muncul pesan “Network Error.”
Aku perlu memberi tahu teman-teman kalau tidak bisa dihubungi, kecuali memakai Internet. Aku jadi punya alasan menghubungi seseorang. Kutulis pesan di Facebook-nya, minta tolong mengirimkan SMS ke sebuah nomor. Isinya: Kalau ada yg ditanya, kirim pesan pakai fb agus.
Setelah berhasil menyakinkannya kalau ada keadaan darurat, ia menulis, “Udah q bm suruh buka fbnya.”
Terimakasih ya, aku gak enak mengganggu kamu... Sori....
Ya gak pa2,blm di bCa ka agus pesanq.mgkn lg sbuk.
Karena ia menulis ‘Kak Agus’, aku tahu Agus yang kami maksudkan tidak sama. Aku tidak peduli. Ia mengira aku memintanya menghubungi si Agus botak. Si Agus hanya korban, yang gangguan hanya telpon seluler. Kalau mau, aku bisa langsung menelpon kantor dari telpon rumah. Sejam kemudian, aku menulis, “Terima kasih.... Ternyata yg gannguan adalah telkomsel palangka raya... Mungkin karena mati listrik. Ok, selamat menikmati liburannya...”
Ya,smua kyanya gangGuan.oke dah.met liburan jga.
Itu sudah lewat beberapa hari. Aku sudah di kantor ketika kembali menyapanya.
Hallo,,,
HalLo jg.
Hehe.. kemarin kayaknya agus yng kita maksudkan berbeda..... pasti kamu kira agus-nya kita ya..... .
Agus siapa emgx.
Hehehe.. agus di kantorku. tetapi tenang... aku yang salah, memang ternyata yang bermasalah telkomsel palangka raya.
Owh ya ka,h.
Agus gak heran baca pesan kamu?
Aq blg ja hbg kmu.
Oh begitu, aku habis makan... kapan-kapan mau kuajak makan....???
Boleh ja.
Aku tidak perlu berbesar hati, ajakan itu kutulis habis makan siang, namun jawabannya baru muncul ketika matahari sudah tidak kelihatan. Aku menunggu begitu lama, sempat kukira ia tidak akan pernah menjawabnya. Kupikir ia berharap bila tidak dijawab aku mengerti sendiri jawabannya.
Namun ia menulis “Boleh ja” yang walaupun mungkin terpaksa, tetap lebih baik daripada jawaban berbelit yang kudapatkan bulan lalu. Waktu itu aku menulis pesan ke seseorang, “Sibuk nggak?”
Satu jam kemudian balasannya muncul, “Ak mau k pameran ma emakku, knapa?“
Ia teman adikku. Ia anak bungsu sehingga sangat dekat dengan ibunya, jadi kutulis, “Anak yg baik sama ibunya.” Kemudian kutambahkan, “Hanya pengin ngajak kamu makan besok kalau kamu tidak sibuk dan tidak merasa berat. Kalau memang tidak bisa, it's Ok. ”
Aku sudah makan siang ketika balasannya masuk, “Sori bru bles pulsa hbs..kyanya ga bs cuy cos da acra rakor perhub ntr tgl 30, ak bgian sekretrisny, dr kmren kmi mkn dikantor..sori y.”
Aku memerlukan sebuah kepastian, “Ok. Tidak apa2. Kalau gak ada acara dan kuajak lagi kamu mau gak? kalau memang kamu merasa berat, aku gak mau malah menambah beban kamu.” Hari sudah mulai gelap ketika di layar ponselku muncul, “Yap laen kali aj y..tpi biasanya ak makn rame2, kcuali kalo km mau sama2.” Aku tidak tahan untuk mengadu ke temannya. Adikku. Bukannya menyuruhku bersabar, ia malah menulis, “Kalau begitu, cari yang lain saja. Kalau memang jodoh nggak usah dikejar, jangan juga terlalu menunggu.”
Jadi, kupikir, ‘boleh ja’, jauh lebih baik dari jawaban berbelit-belit untuk sebuah kata ‘tidak’.
Bersambung...
- anakpatirsa's blog
- Login to post comments
- 6859 reads