Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Blog Natal saya
Boleh dibilang saya terlambat (atau lalai memantau perkembangannya) terutama untuk yang kedua dari dua kejadian serupa yang terjadi dalam kisaran waktu 3 hari saja (12 dan 14 Desember 2006). Mungkin lebih banyak lagi masyarakat yang tidak tahu mengingat media hanya memberitakan keduanya secara sepintas lalu (apakah respon media tersebut baik atau buruk, saya kira dua-duanya). Alasan itulah yang melatarbelakangi saya menulis blog ini. Mungkin inilah blog Natal saya.
Kejadian yang saya maksud, yang pertama berlangsung di Balai Pemuda Surabaya, tanggal 12 Desember 2006. Segerombolan orang (atau preman yang ironisnya dipelihara oleh pihak yang konon punya tugas menjaga 'keamanan' negara kita) mendatangi sebuah acara yang diselenggarakan dalam rangka memperingati hari HAM dan anti-trafficking sedunia. Mereka bukan hendak mendukung atau ikut merenungi betapa kekerasan dan keadilan hukum untuk warga negara di Indonesia ini masih sangat amburadul. Mereka datang, karena salah satu agenda acara itu adalah acara pemutaran film. Ada film tentang buruh perempuan Marsinah, tentang aktivis Munir, serta puncaknya film tentang genosida mengerikan yang terjadi pada pertengahan tahun 65-66, dll. Bubar! Begitulah tuntutan mereka. Menamakan diri sebagai Forum Anti Komunis, mereka menyatakan bahwa kegiatan memutar film "Shadow Play" yang berkisah tentang pembantaian jutaan orang yang dituduh PKI (tanpa perlu pembuktian apalagi persidangan) pada tahun 65 yang dilakukan oleh sesama bangsa sendiri (meski secara global dapat mudah dilihat, hal itu diperintahkan oleh siapa) serta satu film lagi berjudul "Batas Panggung" adalah upaya menyebarkan paham komunisme. Polisi yang lagi-lagi datang terlambat, lagi-lagi juga tak melakukan apa-apa, selain menyuruh panitia acara untuk menuruti saja perintah para preman yang tak memiliki legalitas apa-apa terhadap tugas menjaga keamanan tersebut. Kepingan film yang dipermasalahkan diserahkan kepada polisi, namun kepingan film yang lain tetap akan diputar sambil panitia menjelaskan apa isi film yang tersisa kepada para preman yang kompak berseragam jubah putih-putih seakan ingin menunjukkan kesucian mereka. Entah apakah mereka paham atau tidak saya tak tahu. Yang jelas kelompok itu sempat tetap tinggal di tempat, katanya untuk menjaga apakah film tersebut masih akan diputar atau tidak. "Jangan salahkan kami kalau film tetap diputar, kami akan mengambil tindakan keras!" ancam mereka. Pernyataan yang entah apa maksudnya, kenapa mereka yang tidak punya dan tidak pernah diberi mandat apapun untuk melakukan tugas publik apapun tidak boleh disalahkan jika melakukan kekerasan?
Kejadian yang kedua, terjadi di Bandung. Di sebuah toko buku (atau rumah baca) bernama Ultimus. Sebuah diskusi tentang filsafat (sebagaimana yang sering dilakukan di kampus-kampus jurusan filsafat) yakni filsafat Marxisme didatangi oleh segerombolan preman berbadan kekar yang lain. Kali ini mereka memakai atribut seperti seragam militer atau seragam hitam-hitam ketat, menamakan diri dengan nama yang mirip-mirip seperti yang di Surabaya. Kali ini, polisi bahkan malah menangkapi beberapa dari mereka yang mengikuti diskusi termasuk sepasang orang tua yang hanya mengunjungi toko bukunya saja. Warnet ditutup, toko buku bahkan masih ditutup dan dipasangi police line hingga saat tulisan ini dibuat. Sedang preman yang bahkan sempat melakukan pemukulan terhadap salah satu peserta diskusi malah ikut menangkapi para peserta, anak-anak muda yang punya inisiatif untuk menggalakkan budaya baca dengan mendirikan toko buku ketimbang membuat rental Play Station, dan punya kepedulian terhadap kondisi bangsanya yang terpuruk dengan mengadakan diskusi yang serius tentang budaya, filsafat, politik, sosial ketimbang membicarakan hape terbaru atau kisah-kisah cintanya (meskipun bukan berarti mereka tidak pernah membicarakannya dengan gembira juga). Maaf, bukan maksud saya menyudutkan anak muda yang membikin rental PS atau suka membicarakan hape terbaru dan kisah cintanya. Namun, saya jelas lebih menghargai mereka yang punya mimpi yang lebih luas dari sekadar memiliki hidup berkecukupan, istri atau suami yang rupawan dan setia, anak-anak yang penurut serta impian-impian yang bahkan terkadang seperti narsistik belaka.
Saya tidak memaksudkan tulisan ini untuk mengajak Anda mengikuti salah satu pihak. Kalau untuk mengecam salah satu pihak, mungkin. Namun toh Anda semua bisa dan punya penilaian sendiri. Perbedaan cara seharusnya bukanlah masalah. Bahkan saya mengimpikan adanya kerjasama saling melengkapi untuk tujuan yang saya kira didambakan seluruh umat manusia, yakni keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. Bayangkan jika makin banyak orang yang suka membaca, suka berdiskusi, makin banyak ilmu, berani kritis, menaruh kasih dan perhatian besar terhadap sesamanya manusia tanpa terkecuali dan mau bertindak dengan maksimal demi mewujudkan cita-citanya tersebut. Dua kejadian di atas mungkin bukan apa-apa, mungkin hanya salah satu dari berbagai contoh lainnya. Perjalanan memang masih akan panjang. Jadi, sangat tidak bijaksana jika hanya berpangku tangan.
photos from:rumahkiri.net
- y-control's blog
- 5666 reads
Kalau ada anak muda yg lebih
www.talentakasih.or.id
selamat bertemu otoritas
Syalom,
saya dulu pernah aktif di salah satu LSM di daerah salemba... Munir itu adalah favorit saya.... Beserta Baharuddin Lopa... lalu setelah dua orang itu tiada... harapan saya seperti pupus akan tegaknya keadilan di Indonesia... Memang dari dulu kita ini diatur oleh invinsible hand sebagai buah peninggalan 32 tahun rezim orang itu... dan sampai sekarang mereka benar-benar memastikan bahwa jangan sampai dosa-dosa masa lalu mereka terkuak dan diketahui oleh masyarakat banyak... sama seperti dengan bertanya siapakah pembunuh J.F Kennedy... sampai sekarang masih misteri.... siapakah penculik aktivis-aktivis mahasiswa di tahun 1990-an.... siapakah dalang kerusuhan Mei .... semuanya misteri ... dan sebagian orang membiarkan saja hal itu menjadi rahasia publik.... sebagian orang tidak peduli dan masa bodo amat...... sebagian orang lagi dibodohi oleh media massa......hanya Tuhan yang tahu kapan itu akan terkuak dan semoga saja bangsa kita adalah bangsa yang besar hati untuk mengakui kesalahannya.... May LORD GOD JESUS Bless Indonesia...
TUHAN Memberkati.
BIG GBU!
Sampai Harinya Kelak
Jujur saja, saya mungkin termasuk orang yang diutarakan Sdr. Josua, yang ... masa bodo. Di satu sisi, saya bisa mengecam tindakan-tindakan serupa. Tapi di sisi lain, saya juga tidak melakukan apa-apa. Untuk berdoa pun terkadang jarang. Syukurlah dalam beberapa waktu terakhir saya cukup sensitif akan hal-hal begitu.
Akhirnya, kalau mau mengetahui kebenaran yang, sebut saja, dimisterikan itu, mari kita hidup benar sampai harinya kelak, Kristus kembali dan memaparkan kebenaran dari segala sesuatunya.
Oh, ya. Selamat menyambut Natal semuanya \(^0^)/ .
"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
menunggu?
lah, kok cuma nunggu ntar kiamat? waduh mati gua! yah, tapi tulisan di atas toh cuma info aja kok, soalnya geregetan sih.. tapi sudah lumayanlah ada tanggapan..
selamat natal ya, moga-moga perayaannya sukses berat...
hei Y Control kenapa kamu
Dia rendah hati...
BIG GBU!