Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Berdebat Agama : Lebih Banyak Manfaat ataukah Mudharatnya ?
Terlibat dalam perdebatan atau sekedar jadi penonton dalam perdebatan tentang agama atau ajaran agama seringkali membuat para peserta atau penonton bingung mengapa ada orang yang begitu bloon, tolol, bebal dan tak punya nalar. Orang yang dimaksud itu adalah mereka yang jadi lawan debat atau berseberangan paham. Kebingungan ini kadang dicetuskan secara eksplisit - hal ini lazim terjadi dalam debat di dunia maya dimana para peserta dan penonton bersifat anonim.
Sebagian orang akhirnya menghindar dari isu-isu tentang agama yang dibahas di dunia maya, sementara yang lain justru sangat bersemangat seperti tampak dari banyaknya situs "pertempuran" agama di internet. Perdebatan - meskipun kadang dibungkus dengan istilah diskusi, dialog dan sharing - tentang agama di dunia maya sering berakhir dengan saling ledek, saling bully dan kadang-kadang bertabur sumpah serapah yang menimbulkan tanya : begitukah etika yang diajarkan oleh agama (aliran agama) yang mereka bela ?
Menarik jika yang berdebat orang dari dua agama yang berbeda dan yang menjadi penonton adalah orang yang tak beragama. Penonton akan tersenyum melihat lucunya orang beragama silih berganti menyangkal kepercayaan yang lain, sementara terhadap orang beragama kedua peserta debat itu petantang-petenteng mencoba menawarkan keyakinan yang tak diyakini oleh orang beragama lainnya. Mirip dengan itu juga jika yang berdebat orang seagama tapi aliran yang berbeda, sementara penonton dari agama yang lain. Jurus-jurus asal ngotot untuk menyangkal aliran lawan menjadi petunjuk yang terang benderang bagi penonton betapa ringkihnya fundamen ajaran agama dan amburadulnya isi Kitab Suci yang dipercayai oleh peserta debat yang berbeda aliran itu.
Mengapa orang begitu ngotot dengan "keyakinan" yang tak bisa dibuktikan kebenaran atau kesalahannya seilmiah hukum-hukum fisika atau kimia ? Menggelikan ketika para pendebat masing-masing mengatakan bahwa jika lawan debatnya menggunakan logika yang benar maka pasti akan menyetujui pendapatnya; jika tetap tak mau mengikuti, pastilah lawan debat sesat pikir dan sejumlah bully sok paling logis.
Saya tak pernah memercayai bahwa logika akan membawa SEMUA orang tiba pada satu pemahaman yang sama tentang agama atau aliran agama. Faktanya, orang-orang sangat cerdas di dunia tetap saja berbeda pandangan tentang agama (atau ajaran agama) yang benar. Bukan mengatakan bahwa logika tak perlu dalam memahami agama, tapi sangat tak elok menyombongkan dan merasa diri benar dengan meng-klaim bahwa pendapat tentang keyakinan itu berasal dari fakta dan penalaran yang sempurna.
Menyadari bahwa pengetahuan manusia tidak lengkap (termasuk pengetahuan mengenai Tuhan, kehendakNya dan ajaranNya), sungguhlah aneh jika ada yang memaksakan pemahaman tertentu kepada orang lain. Di dalam kelompok Penelaahan Alkitab, orang-orang yang mendominasi dan memaksakan pengajaran tampak seperti badut-badut yang tak bisa menghargai intelektualitas dan ketulusan orang lain dalam mengenali kehendak dan rencana Allah. Para badut itu asyik dengan pengertiannya sendiri yang diulang-ulang terus bagaikan mantra sehingga terasa sebagai kebenaran mutlak dan satu-satunya interpretasi yang sah mengenai ajaran Alkitab.
Mengapa tidak membiarkan atau mendorong orang lain untuk mencari tahu sendiri apa yang diajarkan Alkitab ? Keberadaan seorang pembimbing seharusnya adalah melengkapi perspektif seorang pembelajar, bukan memaksakan suatu doktrin.
Ketika seorang teman saya (Kristen) ditantang seorang non-kristen untuk mendebatkan kesesatan Kristen menurut agamanya, teman tersebut membiarkan "penantang" tersebut menemukan sendiri apa yang sebenarnya diajarkan Alkitab mengenai Allah, Kristus, Roh Kudus dan keselamatan kekal. Alih-alih menjelaskan apa itu Trinitas (yang bikin pusing kepada Barbie) dan berdebat habis-habisan, teman saya hanya menunjukkan ayat-ayat Alkitab yang merujuk pada konsep-konsep tersebut dan mengundangnya juga untuk membagikan pandangan agamanya mengenai konsep tersebut. Tak ada yang diperdebatkan - mereka hanyalah musafir yang saling menjelaskan arah mana yang harus ditempuh berdasarkan petunjuk (Kitab Suci) yang dimiliki masing-masing. Hanya ketika seorang 'pengajar' bersedia jadi 'pembelajar' dapat berlangsung dialog yang jujur dan orang mau terbuka dalam mengevaluasi apa yang sudah melekat sebagai bagian identitas dalam diri masing-masing.
Ketika sang non-kristen ternyata belakangan mengubah 180 derajat pandangannya tentang Kristus, Roh Kudus dan anugerah hidup kekal, tak ada yang kalah dan menang. Mungkin - tak terlihat mata - hanya ada sorak sorai di surga ketika seorang anak manusia terbuka matanya akan kebenaran dan mendapat bagian dalam keselamatan oleh penebusan Kristus.
Sedangkan rame-rame debat agama di internet ? Seringkali tak lebih dari kegembiraan yang "... sesaat terus menghilang bisa hasrat telah usai" seperti lirik penutup lagu 'Keabadian'nya Reza Artamevia.
tulisan ini terinspirasi oleh ini :
http://www.kompasiana.com/revosamantha/sebab-diskusi-agama-saya-anggap-remeh_55e811888d7a61d70e2a0633
# by GX 04.09.2015
------- XXX -------
- guestx's blog
- Login to post comments
- 5378 reads
sekedar...
... onani "rohani" aja lah itu ;-)
... melepas hasrat
sekedar melepas hasrat yang tak bisa dibendung lagi.
boleh jadi begitu bagi sebagian orang.
sebagian lagi memasuki arena perdebatan dengan semangat crusader untuk menghalau para penyesat dan menengakkan panji-panji doktrin aliran.
------- XXX -------
bermanfaat
Setidaknya membuat penonton tertawa, atau terwakili pendapat atau emosinya. Selain itu setidaknya menambah wawasan baik bagi penonton maupun pemain, atau membuat berpikir ulang tentang makna kepercayaan/agama yg dianutnya, syukur2 mendorong perubahan.
Paling tidak, sejelek-jeleknya bermanfaat buat menghabiskan waktu penantian menunggu saatnya kembali ke rumah Bapa atau ke tanah.
Kejarlah kasih, follow the way of love.
http://kejarlahkasih.wordpress.com
lanjutkan jika berguna,
lanjutkan jika berguna, tinggalkan jika tidak.
------- XXX -------
Siap!
Kalo masih menyenangkan ya pasti dilanjutkan, kalo udah kaga lagi atau bosen or ga sempet ya stop sendirinya... hehehe
Kejarlah kasih, follow the way of love.
http://kejarlahkasih.wordpress.com
@GG berdebat dgn mengkoreksi
@GG, apa anda kenal @Revo?, jila anda kenal sebagaimana saya adalah rival ybs di forumnya sendiri, anda pasti tdk mnampilkan tulisannya disini, sama saja anda mempromosikan sikap agnostiknya di SS
btw saya sempat menjadi ateis slm 3 thn waktu kuliah dulu, bt saya justru orang kristen yg takut berdebat ttng masalah keimanannya adalah mmang orang yg percaya tanpa pemahaman sama sekali
saya pnya intensi menyampaikan kebenaran yg saya tahu dan hidupi, jka ada yg tdk setuju maka terkesan perdebatan tpi sbnr saya mengkoreksi
termasul mengkoreksi paham liberal anda
revo dan hukum ekonomi dalam berdebat
saya baca hampir semua tulisan-tulisan revo (dan sedikit tulisannya ketika masih menggunakan nickname lain dan kurang mengikuti 'sejarah'nya) di kompasiana. pandangannya mengenai agama memang liar dan bikin marah umat tertentu, karena sering menggugat ritual agamanya sendiri. saya suka tulisan revo (tapi tidak setuju dengan sebagian pandangannya), karena dia mengingatkan orang-orang beragama yang tak tahu, tak sadar dan tak mau tahu tentang apa yang dipercayainya.
tak perlu takut dan menyembunyikan pendapat para agnostik, bidah an atheis di forum kristen. membaca tulisan orang-orang yang beda doktrin dan beda agama akan memperkaya pemahaman orang yang punya dasar iman yang benar. kalau goyah dan 'murtad' setelah diperhadapkan dengan ajaran lain, iman seperti apakah yang dimiliki orang kristen ? dimanakah kekuatan Sang Penolong yang diam di dalam orang percaya?
berdebat agama sering terjerumus menjadi situasi pengadilan dimana masing-masing sudah punya posisi dan mencari segala dalih untuk mempertahankan posisi tersebut. seorang jaksa akan mengejar bukti yang bisa menjerat terdakwa dengan hukuman maksimum, sedangkan pembela akan menyembunyikan fakta tertentu dan memilih dalil-dalil yang bisa membebaskan atau meringankan hukuman kliennya.
dalam beragama, action speaks louder than words. "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat PERBUATANmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. " memenangkan 'perdebatan' agama atau doktrin agama, jarang sekali bisa memenangkan jiwa.
silakan berdebat selama "marginal benefit"nya lebih tinggi daripada "marginal cost"nya. itu hukum ekonomi yang relevan juga dalam interaksi sosial.
------- XXX -------
@GX kaya dlm pemahaman apa?
nah corak liberal anda mulai terkuak
apa tontonan porno bisa memperkaya kasanah bagi anak kecil ataupun orang dewasa?
a. ya
b. tidak
saran saya hati2 dlm menyebarkan pemahaman, dan apa yg disampaikan @revo bgi saya dangkal dan artifisial
@GX kaya dlm pemahaman apa?
nah corak liberal anda mulai terkuak
apa tontonan porno bisa memperkaya kasanah bagi anak kecil ataupun orang dewasa?
a. ya
b. tidak
saran saya hati2 dlm menyebarkan pemahaman, dan apa yg disampaikan @revo bgi saya dangkal dan artifisial
memotret dari angle yang berbeda
saya menyukai tulisan revo dan tidak selalu sepaham dengannya. sama seperti kadang-kadang saya menyimak AA Gym atau Master Cheng Yi tanpa harus setuju dengan apa yang diajarkan mereka.
soal situs revo saya setuju, itu tak pantas dilawat oleh orang dewasa apalagi anak-anak. awal kenal tulisannya, saya pernah masuk ke situs pribadi revo, tapi tak merasa nyaman dengan iklan-iklan obat kuat dan judul-judul link pornonya yang super vulgar. saya ingat mencoba masuk ke link tersebut dan ternyata tidak bisa. saya menduga link tersebut memang tidak aktif, tetapi hanya untuk meledek para pengunjung situsnya. setelah itu saya hanya membaca tulisannya di kompasiana.
(baru saja saya coba lagi memeriksa situs si revo dan ternyata masih berisi link seperti dulu - yang bisa dibuka juga cuma link obat kuat, link vulgar tidak bisa).
bolehlah berpendapat bahwa pemahaman revo dangkal dan artifisial. tapi, menurut saya, tak lebih dangkal daripada pendeta bergelar doktor theologia yang bertahun-tahun mengajarkan doktrin versi sekolah theologi dan aliran gerejanya, lalu belakangan banting setir meninggalkan ajaran tersebut. revo masih konsisten dengan ke'gila'annnya.
tulisan orang-orang seperti revo seperti memotret keberagamaan dan keimanan dari angle / perspektif yang tak pernah kita tinjau sebelumnya. itulah yang memperkaya pemahaman, sehingga kita bisa lebih mengenali wajah-wajah asli di balik topeng manusia beragama dan manusia tidak beragama.
saya sama sekali tidak keberatan dan tak peduli dengan sebutan liberal atau fundamentalis atau dianggap plin-plan. Akan lebih menarik kalau kita berbagi cara-cara yang efektif untuk membuat keberagamaan dan 'kekristenan' kita tidak artifisial - tanpa mempersoalkan apakah dengan itu kita akan menjadi lebih 'liberal' atau lebih 'fundamentalis'.
------- XXX -------
@GX false analogy
analogy yg anda berikan tdk sekonteks dgn respon yg saya berikan
ketika Yesus Kristus menegakan injil kerajaan surga dan melakukan penilaian terhadap paham farisi atai saduki, apapakah bsa disebuy farisi dan saduki memiliki angle yg berbeda?
bahkan Yesus memuji para ahli taurat dan farisi
berbekal kompilasi tulisan para nabi, sastrawan dan rasul dari zaman Musa hingga Yohannes - itupun melalui seleksi yang melibatkan para arkeolog dan para bapa gereja - sungguh jumawa jika orang-orang kristen masa kini bisa merasa sama atau bahkan lebih tahu dari para penulis asli kitab 'suci' atau bahkan dari Yesus.
mencoba melihat dari angle yang berbeda memperkaya pemahaman, bukan mengakui bahwa sudut pandang itu benar. ahli taurat dan farisi JUGA melihat dari angle yang berbeda, DAN mengabaikan sudut pandang lain yang justru lebih penting. Yesus tak mengatakan farisi dan saduki sesat 100%, bahkan Beliau mengingatkan para pengikutNya, "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga."
in a way, ada sudut pandang (dan perilaku) ahli taurat dan farisi yang layak diteladani. so, mengapa kita tak juga melihat sisi baik dan yang bisa dipelajari dari orang-orang yang berseberangan paham dengan kita ? MANUSIA lain adalah sesama manusia yang dalam satu atau beberapa hal mungkin tersesat jika dilihat dari peta yang kita miliki; tapi di dalam aspek lain, mungkin mereka lebih akurat dari kita.
------- XXX -------
GX Yesus tdk pernah memuji farisi dan ahli taurat
inilah bukti pemahaman liberal, hajar tanpa paham tekstual dan kontekstual
jika anda imajinasikan bahwa Yesus pernah memuji farisi dan ahli taurat, artinya anda merusak teks alkitab yg justru berkata sebaliknya
silahkan kutip kata2 Yesus yg TERSURAT memuji farisi dan ahli taurat
bukankah di komentar di atas
bukankah di komentar di atas saya sudah menuliskan apa yang dikatakan Yesus ?
jika Anda menafsirkan itu bukan pujian, ya sudah, kita beda pemahaman.
saya memahami ucapan Yesus itu sebagai pujian atas ketaatan mereka melakukan "ibadah lahiriah".
------- XXX -------
@GX tafsiran liar
ternyata anda maksa utk terlihat benar
lironisnya daya tafsir anda benar2 konyol
jjika anda menitikberatkan pada TIDAK LEBIH BAIK, artinya para farisi dan ahli taurat adalah standar yg tidak mmasuk surga
jika orang yg sdh jelas dinyatakan tdk masuk surga sebagai pujian, ada yg salah di benak anda klo begitu
jjadi anda bisa belajar dari hal ini bukan?
setuju, memuji si Dogol memanglah konyol
"Janganlah pikir masuk PTN itu mudah dan bisa didapat dengan belajar asal-asalan. Kalau kamu tidak lebih tekun belajar dari Si Dogol, maka kamu tak akan bisa diterima di PTN idamanmu."
Bukankah pernyataan di atas jadi membingungkan kalau Si Dogol ternyata siswa pemalas? Itu sama saja mengatakan, standar masuk PTN itu begitu rendahnya sehingga cukup menggunakan Si Dogol yang untuk lulus SMA saja tak terjamin sebagai batas kualitas yang harus dilewati.
Pernyataan di atas akan lebih bermakna kalau Si Dogol (bertentangan dengan namanya) adalah seorang yang rajin. Implisit di dalam pernyataan ini adalah pengakuan bahwa Si Dogol memiliki perilaku POSITIF yaitu rajin belajar (persyaratan untuk mencapai tujuan masuk PTN). Dalam kerajinan belajar, Si Dogol layak dijadikan teladan. Memang, belajar saja tidak cukup; tapi, itu perlu. Menjadikan seseorang sebagai teladan adalah pernyataan pujian tak langsung.
Tekun mempelajari kitab suci, rajin ibadah, disiplin memberi persepuluhan seperti yang dilakukan oleh ahli Taurat adalah perilaku positif, tetapi itu tidak cukup dan tidak boleh didasarkan pada motivasi yang salah. Tentu bukan tanpa alasan Yesus menyebut ahli Taurat dan Farisi sebagai rujukan untuk menjelaskan "janganlah pikir Aku datang untuk menghapuskan Hukum Taurat."
------- XXX -------
Asyik jadi penonton saja.
"Terlibat dalam perdebatan atau sekedar jadi penonton dalam perdebatan tentang agama atau ajaran agama seringkali membuat para peserta atau penonton bingung mengapa ada orang yang begitu bloon, tolol, bebal dan tak punya nalar."
Sejak dulu sampai sekarang aku jadi penonton saja
sambil mencari manfaatnya.
Seperti motto Tante Paku "semoga bermanfaat walau tak sependapat".
lebih bagus begitu
setuju dengan Pak Purnomo.
lebih baik "bermanfaat walau tak sependapat" daripada
"sependapat walau tak bermanfaat".
------- XXX -------
#double post
#double post
------- XXX -------
#double post
#double eh triple post. gak tau cara hapusnya.
------- XXX -------
@GX false analogy ciri khas liberal
dalam kasanah logika, anda lakukan manipulasi keluar konteks
pertama anda sebut bahwa Yesus memuji ahli taurat ddala hal TERSIRAT
kselanjutnya scr brutal anda perkosa konteksnya kepada ANALOGI
sdh saya jelaskan bahwa apa yg anda tafsirkan secara liar apa yg TERSIRAT jauh dari yg TERSURAT, kemudian scr logika alam goib anda sulap si dogol HARUS pintar krn jika tidak standarnya menjadi turun, pahadal selain si dogol ada banyak standar sprti Samaria yg baik hati, janda miskin yg memberi seluruh upahnya, jadi pemaksaan yg teramat brutal utk menjadikan dogol kalibrasi standar adalah ciri khas liberal yg memang memanipulasi utk pembenaran semata