Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Bercerai Dalam Nama Allah
BERCERAI. Umumnya para pengkotbah mengajarkannya sebagai perbuatan dosa dan kebanyakan orang Kristen meyakininya sebagai dosa. Bagaimana orang Kristen harus menyikapi perceraian dan memperlakukan orang-orang Kristen yang bercerai? Di dalam Sepuluh Perintah Allah, tidak ada perintah, “JANGAN BERCERAI.” Pada jaman Perjanjian Lama, Musa mengizinkan perceraian asal suami memberikan surat cerai kepada istri yang diceraikannya. Yesus Kristus mengizinkan seorang suami menceraikan istrinya yang berzinah. Paulus mengizinkan perceraian dengan orang yang tidak seiman, bila suami atau istri yang tidak seiman itu menghendakinya.
Hampir semua orang memasuki perkawinan dengan harapan untuk menjalani kehidupan yang lebih bahagia dan 20 tahun terakhir ini, kebanyakan orang menikah dengan pasangannya secara sukarela, atas dasar saling mencintai. Buku-buku Kristen yang membahas tentang kehidupan perkawinan yang penuh kemenangan jumlahnya terus bertambah. Seminar pembinaan pranikah di gereja-gereja semakin canggih, para pembinanya semakin ahli. Tingkat pendidikan para jemaat juga semakin tinggi. Dengan kondisi seperti itu, seharusnya peluang suami istri Kristen yang menikah dalam 20 tahun terakhir ini untuk menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia lebih baik dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Namun, nampaknya, yang terjadi adalah hal sebaliknya. Persentase suami istri Kristen yang bercerai dewasa ini justru meningkat begitupun dengan jumlah keluarga Kristen yang walaupun tidak bercerai namun terpaksa menjalani kehidupan rumah tangga yang penuh kepahitan, saling menyalahkan bahkan saling menyakiti.
Berdasarkan pengamatan saya selama ini, Kebanyakan suami istri yang bermasalah senantiasa menjadikan gereja sebagai tempat terakhir untuk mencari pertolongan dan pendeta sebagai orang terakhir yang diajak diskusi, bahkan, umumnya mereka datang ke pendeta bukan untuk minta bantuan, tetapi meminta izin untuk bercerai. Saya bukan aktivis gereja, bahkan di mata banyak teman-teman Kristen, penampilan dan pergaulan saya cukup bagi mereka untuk menuduhnya sebagai prilaku orang Kristen duniawi.
Bagi teman-teman, dalam masa-masa kelimpahan, saya adalah orang terakhir yang dicari, namun ketika selingkuh, ketika merencanakan perceraian, saya adalah orang yang dicari sebelum mereka menghadap para hamba Tuhan. Ketika saya menasehati orang-orang ini untuk mencari pertolongan kepada pendetanya, kebanyakan mereka tertawa dan bilang, “pendeta paling akan menasehati untuk sabar, berdoalah kepada Tuhan, berimanlah, Tuhan pasti buka jalan!” Lebih lanjut mereka akan menambahkan, bahwa hal itulah yang mereka lakukan selama ini tanpa hasil. Di masa kelimpahan orang-orang Kristen menyaksikan kemenangannya di gereja, di masa-masa paling gelap dalam kehidupannya, orang-orang Kristen berpaling pada dunia untuk mencari pertolongan, bahkan dukungan. Kenapa hal demikian terjadi?
Mungkin, karena di kebanyakan gereja, para pengkotbah mengajarkan, bahwa kehidupan Kristiani adalah kehidupan yang penuh kemenangan, gereja adalah tempat berkumpulnya para pemenang, para putera raja yang hidup berkelimpahan dan penuh kemenangan. Para pecundang tidak berhak menyebut dirinya putera raja, sebab mereka adalah budak-budak iblis yang ada di bawah kuasa iblis dan roh-roh jahatnya. Anda pernah melihat seorang pecundang bersaksi di atas mimbar? Dia menyaksikan kemiskinannya, kegagalan-kegagalannya, kerja kerasnya dan dia menjalani semuanya dengan tabah, karena yakin, itulah jalan yang harus dilaluinya selama ini dan dia tetap akan menjalaninya dengan tabah bila harus melaluinya hingga mati, namun sebagai orang Kristen, dia berkewajiban untuk mengusahakan talenta yang Tuhan berikan kepadanya. Saya sudah sering mendengar kesaksian demikian secara pribadi, namun belum pernah mendengarnya disaksikan dari mimbar gereja.
Firman Tuhan tentang perceraian sangat jelas dan tegas.
Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Markus 10:11
Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah." Markus 10:12
Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya. I Korintus 7:11
Menurut saya, bercerai bukan dosa, namun apa yang dilakukan setelah bercerailah yang menentukan anda berdosa atau tidak. Silahkan bercerai bila anda menganggap itu adalah langkah terakhir untuk menyelamatkan perkawinan anda. Bercerailah, lalu mulailah membina diri, ketika anda merasa siap, mulailah dari awal lagi, anda pernah memenangkannya sekali dan peluang anda untuk menang lagi sekarang jauh lebih besar. Ketika anda cerai, anda tahu kenapa anda menang dulu dan kenapa kalah sekarang. Ketika anda memulainya lagi, anda adalah seorang pemenang yang pernah kalah namun telah membina diri. Saya menyebut perceraian demikian sebagai, Bercerai Dalam Nama Allah, dalam bahasa sehari-hari saya menyebutnya, Mengalah Untuk Menang.
Kenapa Yesus Kristus MERESTUI lelaki menceraikan istrinya yang berzinah, namun tidak pernah menyebutkan istri yang menceraikan suaminya yang berzinah?
Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Matius 19:9
Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah." Lukas 16:18
Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barang siapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Markus 10:11
Apakah Yesus Kristus pilih kasih, berpihak kepada lelaki? Suami selingkuh, istri harus sabar, istri selingkuh, langsung diganjar cerai dan sang suami dengan bebas mencari penggantinya? Sungguh tidak adil dan berat sebelah! Saya ingat, beberapa tahun yang lalu mendiskusikan ketidak adilan tersebut dengan beberapa orang pendeta, mereka memberikan jawaban yang panjang, namun bisa disimpulkan dalam tiga kata, “ITULAH FIRMAN TUHAN,” kemudian mereka menambahkan, bahwa saya harus menaatinya tanpa kecuali, seperti Ayub menaati Tuhan. Saya juga pernah mendiskusikan hal itu dengan beberapa orang teman yang sarjana Theologia. Setelah lama berdiskusi, akhirnya kebanyakan dari mereka justru menyuruhku untuk melakukan penelitian sendiri.
Ini bukan hasil penelitian ilmiah, namun hanya pengamatan yang dilakukan di sela-sela waktu luang. Istri-istri selingkuh yang saya kenal, merasa terheran-heran ketika saya mengajukan pertanyaan yang harus dijawab dengan “ya” atau “tidak”.
“Semakin sering selingkuh dengan kekasihmu, rasa bersalah itu semakin hilang, sebagai gantinya, ketika bersetubuh dengan suamimu, engkau justru merasa telah berkhianat kepada kekasihmu?”
Pada awalnya, jawaban-jawaban “ya” membuat saya heran, lalu membuat saya menyimpulkan, bahwa wanita adalah makluk yang benar-benar sadis dan mengerikan. Ini hanya salah satu contoh, Pangeran Charles hanya selingkuh dengan satu wanita, namun Lady Dy? Umumnya seorang suami yang selingkuh, dia melakukannya demi melampiaskan nafsu birahi, tanpa komitmen sama sekali kepada selingkuhannya. Kebanyakan istri yang selingkuh, dia melakukannya demi cinta dan melakukannya dengan segenap hati. Alasan kenapa mereka tidak meninggalkan suaminya adalah karena kekasihnya tidak mau komitmen atau karena pertimbangan ekonomi. Pengamatan inilah yang mendorong saya untuk melakukan penelitian Alkitab sehingga melahirkan tulisan Birahi Wanita untuk membacanya, silahkan klik di sini.
Kenapa Yesus Kristus MERESTUI lelaki menceraikan istrinya yang berzinah, namun tidak pernah menyebutkan istri yang menceraikan suaminya yang berzinah? Hingga saat ini, bagi saya pribadi, alasan tersebut di atas cukup memuaskan. Apabila anda tidak setuju, silahkan mencari jawaban lainnya.
Beberapa orang teman yang mendapati istrinya selingkuh bertanya kepada saya, apa yang harus dilakukan? Bahkan beberapa di antaranya mengatakan, bahwa istrinya memaksa minta cerai. Tidak ada satu jawaban untuk semua teman-teman tersebut, karena kasusnya sangat unik, satu dengan lainnya sangat berbeda. Namun, saya tetap pada kayakinan saya, bahwa perceraian adalah langkah terakhir untuk menyelamatkan perkawinan. Apabila anda memiliki pendapat lain, silahkan dinyatakan agar saya dan para pembaca lainnya dapat mengetahuinya.
Bagaimana Nasib Istri Yang Diceraikan Suaminya Yang Telah Kawin Lagi?
Apakah seorang istri yang telah diceraikan oleh suaminya yang telah menikah lagi boleh menikah lagi? Apakah lelaki Kristen boleh menikahi janda yang mantan suaminya telah menikah?
Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah." Lukas 16:18
Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Markus 10:11
Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Matius 19:9
Ketiga ayat tersebut di atas mencatat peristiwa sama, namun baik Matius, Markus maupun Lukas mencatatnya dengan penekanan yang berbeda. Penulis Katekismus mengajarkan, bila kita tidak mampu memahami sebuah ayat, maka kita harus mencari ayat-ayat lain dengan thema yang sama untuk memahami ayat tersebut. Hingga saat ini saya belum menemukan ayat-ayat lain yang dapat menjelaskan ayat Lukas 16:18 tersebut di atas. Bila saya berkeras menyatakan pendapat saya, maka itu tetap saja pendapat saya pribadi, orang-orang Kristen yang lain, mungkin memiliki pendapat yang berbeda, bahkan mungkin ada yang sudah memahaminya dengan baik. Karena hingga saat ini belum ada janda yang ditinggal kawin lagi oleh suaminya bertanya kepada saya, maka itu berarti masih ada waktu bagi saya untuk belajar sebelum mengajar. Jadi, silahkan anda semua yang membaca tulisan ini untuk menyatakan pendapatnya setelah mempelajari thema ini dengan baik.
Kesimpulan
Untuk mencegah perceraian tidak cukup hanya dilakukan dengan mengajarkan, bahwa apa yang sudah dipersatukan Tuhan tidak boleh dipisahkan manusia. Semua suami istri Kristen yang menikah di gereja pasti telah mengetahui hal itu. Menakut-nakuti atau mengiming-imingi tidak akan menyelesaikan masalah, mereka harus diajak selangkah demi selangkah melihat masalah mereka dan menyelesaikannya selangkah demi selangkah.
Perceraian adalah langkah terakhir untuk menyelamatkan perkawinan, bila hal itu tidak dapat dicapai, maka biarlah langkah itu diambil demi menghindarkan suami istri hidup saling menyakiti. Bila suami istri hidup saling menyakiti, mustahil tidak menyakiti anak-anaknya. Tentu saja ini hanya pendapat pribadi hai, bila anda punya pendapat lain, kenapa tidak diungkapkan?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
- hai hai's blog
- 21550 reads
Perceraian bukan langkah terakhir... perceraian itu BIADAB!
Hai-hai said:
Perceraian adalah langkah terakhir untuk menyelamatkan perkawinan, bila hal itu tidak dapat dicapai, maka biarlah langkah itu diambil demi menghindarkan suami istri hidup saling menyakiti.
Saudaraku Hai itu kan menurutmu... hahaha... bukan menurut Ajaran Alkitab sejati... hahaha... i use your style man... :)
Menurut saya perceraian adalah SAMA SEKALI BUKAN langkah terakhir... perceraian itu menurut saya BIADAB... dipandang dari pengalaman 1001 sisi seorang anak yang keluarganya mengalami perceraian... Bayangkan apa yang terjadi dengan anakmu sekarang jika kalian berdua entah karena ada permasalahan apa pun itu nanti... yang saya harapkan tidak akan terjadi.... memilih jalan perceraian... berpisah iya mungkin... bercerai??? wooo.... itu udah lain cerita bro... kasihan anak kita... percaya sama saya sekali ini saja... kasihan anak kita...
BIG GBU!
JM.
Istriku Meremas Odol Saya
ha ha ha ha ha ... Josua sahabatku, saya suka dengan ucapan anda,
Menurut saya perceraian adalah SAMA SEKALI BUKAN langkah terakhir... perceraian itu menurut saya BIADAB...
Memang benar, perceraian adalah tindakan biadab mengakhiri perkawinan. Ketika sepasang suami istri menetapkan perceraian secara hukum untuk mengakhiri perkawinanan mereka, maka pada saat itu keduanya, telah kehilangan kemanusiaannya. Yang ada di dalam pikiran keduanya adalah bagaimana menyakiti yang lainnya setelak mungkin. Bahkan, dalam kondisi demikian, anak adalah senjata pamungkas yang digunakan untuk menyakiti yang lainnya.
Papa dan mama saya tidak pernah menikah secara hukum, itu sebabnya mereka tidak pernah bercerai secara hukum. Di dalam akte kelahiran saya tercatat, nama, hai hai (bukan nama sebenarnya), anak Sandra (bukan nama sebenarnya), Tidak menikah. Secara hukum, saya adalah anak HARAM, dalam bahasa sunda disebut "Haram Jadah!" Saya sudah terbiasa disebut haram jadah (anak haram) oleh teman-teman di sekolah sejak kecil.
Natal pertama yang saya rayakan adalah Natal yang indah, saat itu saya kelas 3 SD. Pada saat itu, pendeta bercerita tentang kelahiran Yesus. Pulang dari gereja saya bercerita pada Mama, bahwa Yesus juga anak haram, sama seperti saya, haram jadah (anak haram). Sejak itu, setiap kali teman-teman sekolah saya, orang Kristen mengejek saya haram jadah, maka saya balas mengejek mereka karena menyembah haram jadah. Akibat ejekan saya itu, ibu guru menghadiahi saya dengan dua buah gamparan yang membuat rahang saya sakit selama berhari-hari dan sebuah pukulan sekuat tenaga dengan penggaris kayu dipunggung yang mengakibatkan penggaris tersebut patah berantakan. Gamparan dan pukulan itu tidak membuat saya kapok, setiap kali diejek haram jadah, saya balas mengejek haram jadah dan menerima gamparan dan hajaran guru dengan tabah. Satu-satunya alasan saya tidak melawan ibu guru adalah, karena sejak kecil nenek saya mengajarkan bahwa guru adalah wakil Ti Kong (Tuhan dalam bahasa Hokian). Saya tidak tahu, kenapa teman-teman akhirnya berhenti mengejek saya, namun saya tahu, itu bukan karena guru saya melarang mereka mengejek saya, sebab ibu guru saya maupun pendeta di gereja yang saya kunjungi tidak pernah melarang mereka. Ibu guru menghajar saya karena saya mengejek Tuhan yang disembahnya, namun dia tidak pernah bertanya kepada saya, kenapa saya mengejek teman-teman menyembah haram jadah.
Josua sahabatku, ada banyak alasan suami istri bercerai, yang paling banyak dan paling menyakitkan adalah perceraian yang disebabkan oleh karena salah satunya telah menemukan kekasih baru atau selingkuh. Namun, apapun alasan perceraian, anak-anak tetap menjadi korban. Namun, tidak banyak orang yang memahami, bahwa derita anak yang kedua orang tuanya hidup sebagai musuh dalam selimut jauh lebih dasyat dan berdarah-darah serta lebih sulit untuk disembuhkan.
Mozi yang hidup abad 4 sebelum masehi menulis:
Sebelum seorang nabi mengganti penguasa di bawah langit ini, ia harus mengetahui pasti apa yang menyebabkan kekacauan dan bagaimana mengatasinya. Tanpa mengetahui pasti apa yang menyebabkan kekacauan, mustahil bisa mengatasinya. Seumpama seorang tabib akan mengobati pasiennya dengan benar bila ia tahu apa penyakitnya. Bagaimana bisa mengobati dengan benar bila tidak tahu apa penyakitnya? Kekacauan tidak muncul dengan sendirinya. Dengan mengetahui pasti apa penyebabnya, akan dapat mengatasinya, tanpa mengetahui pasti apa penyebabnya, mustahil dapat mengatasinya. Seorang nabi yang hendak mengganti penguasa, tidak boleh tidak meneliti apa yang menyebabkan kekacauan. Mozi Jian Ai Shang 1
Josua sahabatku, tanpa mengurangi rasa hormat kepada gereja dan para pengkotbah, namun itulah yang terjadi saat ini di gereja-gereja kita. Pengkotbah dan jemaat beramai-ramai menghakimi, "Itu DOSA! JANGAN LAKUKAN!" Namun mereka tidak mau mencari tahu apa yang menyebabkan orang-orang memutuskan untuk bercerai dan bagaimana mengatasinya. Ketika perceraian tejadi, pengkotbah dan jemaat beramai-ramai mencela, namun tetap tidak mencari tahu apa yang menyebabkannya dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya, minimal mencegah semaksimal mungkin dampak buruknya, baik terhadap suami istri terlebih anak-anaknya.
Terhadap korban-korban perceraian pengkotbah dan jemaat berkata, "Kasihan ya ...!" Namun rasa kasihan itu hanya diucapkan di bibir, tanpa tindakan nyata.
Perceraian adalah akibat, hasil akhir dari sebuah perkawinan yang sakit. Ketika sepasang suami istri memutuskan untuk bercerai dan minta restu kepada pendetanya, pada saat itu kondisinya sudah benar-benar gawat, umumnya bahkan sudah tak terselamatkan. Mencela dan mengutuk hanya akan membuat masalah semakin parah, tidak menyelesaikan masalahs ama sekali. Saya menyebut tindakan itu sebagai, "menyelesaikan masalah dengan masalah."
Saudara josua, anda mengganggap perceraiana dalah tindakan biadab. Pendapat anda itu benar, namun cara mengatasinya bukan dengan menakut-nakuti atau mengiming-imingi, tetapi mencari akar permasalahannya.
Anda pernah mendengar cerita suami istri yang ribut gara-gara odol? Banyak pengkotbah yang telah menceritakan kisah tersebut, dan kebanyakan jemaat menganggapnya sebagai cerita yang lucu. Saya menceritakan kisah ini, karena saya mengalaminya sendiri. Saya selalu memencet odol dengan cara yang menurut saya baik, yaitu dari bawah, sedangkan istri saya memencet odol dengan cara meremasnya. Istri saya lalu mengadu kepada mama dan adik adik saya, mereka lalu menegur saya karena merasa kesal dengan istri untuk hal sepele, hal kecil. Benarkah itu hal sepele, hal kecil? Di mata istri, mama dan adik-adik saya itu memang hal sepele, hal kecil, saya setuju dengan pendapat mereka. Karena itu hanya hal kecil, hal sepele, maka seharusnya mudah bagi istri saya untuk mengubah caranya memencet odol. Apa susahnya memencet odol dari bawah, bukan meremasnya? Saya bertanya pada istri, cara mana yang lebih baik, memencet odol dengan cara saya atau dengan cara dia? Dia bilang cara saya lebih baik, dan berjanji untuk belajar melakukannya. Namun, dia tetap memencet odol dengan cara meremasnya. Setiap kali saya menegurnya, dia bilang lupa. Saya pikir, kalau kami menggunakan odol yang berbeda akan menyelesaikan masalah. Ternyata tidak, karena istri saya meremas odol saya. Ketika saya menegurnya, dia bilang lupa.
Apakah urusan odol tersebut adalah masalah sepele? Tidak! Itu bukan masalah sepele, sebab kalau itu masalah sepele, maka istriku dapat mengubah kebiasaannya dengan mudah, namun dia selalu lupa. Istri saya menganggap itu hal sepele, jadi saya tidak boleh ngomel. Saya menganggap hal itu sepele, jadi istri saya mudah untuk mengubah kebiasaannya, karena dia sudah setuju bahwa cara memencet odol yang lebih baik adalah memencetnya dari bawah. Kalau dia tetap mau memencet odol dengan cara dia, maka lakukan itu pada odolnya, jangan odol saya.
Ketika istri saya meremas odol saya, saya menganggapnya sedang melecehkan. Ketika istri saya bilang dia lupa dan saya tidak percaya, dia menganggap saya tidak mempercayainya lalu dia menuduh saya meributkan masalah kecil.
Josua, sebelum menikah saya sudah mendengar pengkotbah cerita tentang kisah odol ini puluhan kali, itu sebabnya saya mengantisipasinya dengan menyediakan 2 odol, satu odol saya, satu odol istri saya. Dia bebas meremas odolnya asal jangan odol saya. Namun dia cari gara-gara dengan meremas odol saya. Kisah odol ini benar-benar mengesalkan saya dan istri saya mustahil menceritakannya kepada pendeta. Saya menuduh istri saya BEBAL, dia marah dan menuduh saya sok idealis. Siapa yang salah, saya atau istri saya? Teman-teman saya jelas bilang istri saya yang salah dan teman-teman sitri saya jelas bilang saya yang salah.
Ketika belum mencintai diri tanpa syarat, maka yang ada di dalam pikiran saya adalah menyalahkan istri dan menuduhnya bebal. Istri saya sama frustasinya, karena dia tahu pasti bahwa dia selalu lupa dan menuduh saya tidak memberinya waktu yang cukup untuk berubah.
Ketika mampu mencintai diri tanpa syarat, (saya menuliskannya dengan judul I Love My Self) maka saya dapat mencintai istri saya tanpa syarat pula. Saya berhenti menyalahkan istri dan menuduhnya, tetapi berusaha untuk membantunya untuk mencari tahu, kenapa dia selalu lupa?
Tulisan BEBAL adalah anugerah Tuhan bagi kami yang coba saya bagikan dengan para pembaca sabdaspace. Istri saya punya kebiasaan meremas odol dari kecil, ketika lulus SMA, dia terpaksa bekerja untuk menghidupi diri sendiri dan membantu ketiga adiknya kuliah. Uangnya tidak banyak, dia hidup sebagai anak kost, jadi memencet odol teman kost yang ketinggalan di kamar mandi adalah salah satu cara baginya untuk berhemat. Ketika menikah dengan saya, kedua kebiasaannya tersebut telah menjadi reflek. Ketika saya menegurnya, dia tahu apa yang dilakukannya salah, namun, dia lalu mencari alasan untuk membela diri, bahwa itu hal sepele. Setiap kali dia mencari alasan untuk membenarkan diri, maka itu berarti dia memberi tahu otak belakang, otak refleknya bahwa tidak ada yang salah dengan kebiasaan itu. Ketika hendak sikat gigi, dia melakukannya dengan reflek, memencet odol dengan meremasnya, ketika melihat ada odol lain, dia secara reflek mencurinya untuk menghemat.
Anda boleh tertawa terpingkal-pingkal ketika membaca kisah odol kami, namun ketika menjalaninya dulu, hal itu benar-benar amat menyakitkan dan membuat putus asa. Supaya anda tidak mengalaminya, silahkan baca tulisan saya "I Love My Self" untuk belajar mencintai diri tanpa syarat dan tulisan "BEBAL" untuk membantu anda membina diri dan memahami serta membantu pasangan anda untuk membina diri.
Karena di surga, yang terbesar adalah anak-anakKarena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
odol pihak ketiga
Happy Lee
Anda Terlambat 8 tahun
Happy lee, terimakasih untuk nasehatnya, sayang terlambat 8 tahun. Saya memang tidak beruntung, kalau mendengar nasehat anda ini delapan tahun yang lalu, pasti saya nggak perlu ribut masalah odol sama istri.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Orang luar nda akan tahu rasanya....
Tidak Ada yang Sempurna, Jadi Biarkan Untuk Bahagia Mengalir....
Aku Ingin Tahu, Masih Ada Harapan
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
kasus kerabat saya.....
kerabat saya sebut saja wanita,menikah dgn pria singapura,menurut hukum singapura,tdk menurut hukum indonesia maupun hukum gereja.
karena terjadi perselisihan,wanita sudah 9tahun pulang ke tanah air beserta 2buah hatinya.ketika wanita curhat ke istri saya tentang alasan lari dari sang suami adl karena wanita jadi korban KDRT LAHIR-BATIN.artinya saat-saat menjelang kepulangannya ke tanah air,selain melakukan pemukulan fisik karena BEDA PENDAPAT,sang suami juga pernah terpergok melakukan pelecehan harga diri si wanita,yaitu MASTURBASI.si wanita merasa harga dirinya terinjak-injak saat mengetahui suaminya masturbasi di depannya karena si wanita merasa sudah memenuhi kebutuhan biologis suami.
9tahun telah berlalu,wanita berjuang menjadi single parent hingga si sulung telah tumbuh jadi perjaka dan si bungsu menginjak bangku SMP.mereka berdua memiliki 2kewarganegaraan yang pada usia 17tahun mereka harus memilih jadi WNI atau tidak.. yang jadi masalah adalah wanita tidak tau mengenai statusnya.apakah dia masih istri sah atau sudah di ceraikan secara sah.karena sejak wanita pergi meninggalkannya,si suami memilih putus komunikasi dengan wanita maupun kedua anaknya.si wanita adl org kristen,suami non kristen.pertanyaan saya,DOSAKAH wanita karena lari dari sang suami?DOSAKAH wanita bila ingin menikah lagi?bolehkah gereja memberkati si wanita menikah lagi?mengingat mereka tdk pernah diberkati,dan terlepas dari sah atau tdknya perceraian,menurut hukum umum,bila 5tahun atau lebih pasangan berpisah otomatis cerai demi hukum.apakah perceraian itu KUTUK dari nenek moyang yang bisa di wariskan ke keturunan berikut?kalo jawabannya YA,setelah kami melakukan kroscek,cek dan ricek pada silsilah keluarga kami,ditarik dari 4keturunan ke atas,FAKTANYA adalah keluarga kami BEBAS dari virus CERAI selain TUHAN yang menceraikannya(MAUT).kalo jawabannya TIDAK,adakah ayat pendukungnya untuk mematahkan teori kutuk tsb?karena si wanita sangat mencintai 2anaknya dan tidak ingin jadi korban kutukan.pasca berpisah si wanita tidak pernah lari dari kewajibannya terhadap 2anaknya,anak2nya
sangat mencintai ibunya dan mendorong ibunya untuk menikah lagi.
@ rambo, Kasus Kerabat Anda
Memukul istri dengan alasan apapun adalah perbuatan BIADAB. Sebagai lelaki saya memahami ada kondisi tertentu ketika cekcok dengan istrinya seorang lelaki menjadi mata gelap dan secara naluri hendak melampiaskan amarahnya dengan memukul istrinya. Itu adalah naluri BIADAB, naluri binatang. Sekali seorang suami melampiaskan amarahnya dengan memukul istrinya, maka dia akan kecanduan dan ringan tangan. Itu sebabnya, setiap lelaki yang menghadapi situasi demikian, harus segera berlutut dan berdoa minta tolong kepada Allah.
Melakukan masturbasi di depan istri adalah perbuatan TUNA SUSILA. Itu adalah cara BIADAB untuk menghina istri. Menurut saya, hanya laki-laki tidak bermoral dan tanpa harga diri yang melakukannya.
Lelaki Biadab harus diberi pelajaran, dia harus dilaporkan ke polisi.
Saya tidak paham hukum yang berlaku di singapura, itu sebabnya tidak bisa memberikan pendapat. Namun menurut saya, proses cerai harus dilakukan sebab tanpa proses cerai yang resmi maka wanita itu secara hukum masih terikat perkawinan dengan suaminya. Bila dia menikah lagi, mungkin suatu saat suaminya yang lama memiliki hak untuk menuntut separuh dari hartanya? Baiklah saya mempersilahkan handai taulan yang memahami hukum Singapura menyampaikan pendapatnya.
Apakah seorang wanita yang menikah tanpa pemberkatan dengan seorang suami non Kristen, ketika bercerai boleh menikah lagi? Banyak pengkotbah dan orang Kristen yang menyatakan BOLEH. Alasannya, perkawinan demikian TIDAK DIPERSATUKAN ALLAH.
Negara menerima mandat dari Alah untuk berkuasa sebagai penguasa dunia. Bukankah itu berarti apa yang disatukan oleh negara, disatukan dengan KUASA dari Allah?
Banyak pengkotbah yang mengajarkan bahwa dalam perkawinan demikian, Allah MENGIZINKAN namun tidak MEMBERKATI. Allah TERPAKSA mengizinkan karena wanita itu kekeh jumekeh ingin MENIKAH walaupun dengan pasangan yang tidak sepadan.
Apabila yang diajarkan oleh para pengkotbah itu benar, maka seharusnya wanita itulah yang menjadi TUHAN sebab dia berkuasa memaksa Allah untuk menuruti kehendaknya.
Tentang perkawinan yang sah, Alkitab mengajarkan, bahwa bila wanita itu menikah lagi sementara suaminya belum meninggal, dia dan suaminya hidup di dalam perzinahan. Ayatnya GAMBLANG dan TEGAS.
Apakah perceraian wanita itu membawa kutuk kepada anak cucunya hingga keturunan yang kesepuluh? Apakah perceraian wanita itu akibat kutuk dari leluhurnya?
Baik Ev. Daud Tony maupun Pdt. Gilbert Lumoindong di dalam buku mereka mengajarkan bahwa perceraian dan selingkuh akan mengakibatkan kutuk kepada anak cucu hingga generasi ke sepuluh. Tentu saja yang diajarkan oleh keduanya SALAH kerena bertentangan dengan ajaran Alkitab. Mungkin sudah saatnya saya mengunggah beberapa tulisan yang menguji ajaran kutuk yang diajarkan oleh keduanya sehingga para pengunjung pasar Klewer dapat melihat betapa NGAWURNYA ajaran kutuk keduanya.
Teori Kutuk mengajarkan: Apabila anda berdosa kepada Allah, maka Allah akan menghukum anda dengan menyerahkan anda dan keturunan anda untuk dikuasai Iblis. Sekali diserahkan kepada Iblis maka anda dan keturunan anda KEHILANGAN kehendak bebas, sehingga nggak MAMPU memilih untuk berbuat baik. Karena kehilangan kehendak BEBAS maka walaupun ingin menjadi orang baik, namun anda dan keturunan anda tidak akan MAMPU melakukannya.
Coba renungkan kisah ini. Anda melarang putri anda pacaran dengan preman pengangguran. Suatu hari anda melihatnya bercumbu dengan preman pengangguran tersebut. Karena melanggar perintah anda, maka anda lalu menyerahkan putri anda kepada preman pengangguran itu. Apakah saya harus menyebut ayah seperti anda mahabijak, mahakasih dan mahakuasa?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak