Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Bahasa dan Sastra Indonesia: Emang Gue Pikirin?
Sudah cukup lama rasanya kategori ini berdiri. Sejauh ini justru kategori ini menjadi salah satu kategori yang memiliki jumlah artikel terbanyak, namun dengan komentar paling sedikit. Ada apa gerangan dengan hal tersebut?
Sebagai orang Indonesia, kita sudah dianggap produk lokal. Begitu jerit tangis kita memecah ruangan, itulah saat kelahiran kita sebagai bayi Indonesia: dibentuk oleh pasangan berkewarganegaraan Indonesia, dicatat di kantor catatan sipil, lalu dibesarkan dalam lingkungan Indonesia (tentu saja mereka yang lahir dan besar di luar Indonesia tidak masuk hitungan).
Setelah cukup umur, masuklah kita ke sekolah-sekolah Indonesia. Belajar segala macam tetek-bengek termasuk sejarah yang amburadul. Tak lupa pula sebuah pelajaran yang terus dibawa hingga perguruan tinggi, Pelajaran Bahasa Indonesia.
Kenapa pula perlu belajar bahasa Indonesia? Bukankah kelahiran dan lingkungan kita yang serba Indonesia sudah mencukupi? Untuk apa lagi? Cukuplah sudah! Biar saja itu menjadi pekerjaan para ahli bahasa Indonesia. Bukankah untuk itulah mereka dibayar? Bukankah banyak editor atau apa pun itu namanya yang bisa dibayar untuk memperbaiki bahasa kita? Lalu kenapa pula kita disiksa untuk belajar bahasa Indonesia sejak TK hingga perguruan tinggi, lalu di kantor pun dirong-rong untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan itu?
Demikianlah pandangan yang terlalu picik. Pandangan orang Indonesia yang terlalu menganggap remeh bahasanya sendiri. Akhirnya, lebih banyaklah orang asing yang jauh lebih memahami bahasa Indonesia ketimbang orang Indonesia itu sendiri.
Ah, bukankah bangsa ini sudah lebih senang diinjak-injak di negerinya sendiri? Tidak cukup dengan barang-barang elektronik dan makanan dari Timur Jauh hingga Barat sana yang menjajah negeri ini, kini bahasanya pun sudah dijajah. Tengok saja kecenderungan generasi muda yang lebih suka ber-and kita orang sudah boring cuman nungguin elu. Tengok pula kecenderungan orang untuk mengejar-ngejar kursus bahasa Inggris tingkat wahid dan merelakan ratusan ribu rupiah demi mendapatkan kemampuan berbahasa Inggris yang jauh lebih baik dari kemampuan berbahasa Indonesianya.
Buntut-buntutnya, kategori ini pun miskin tanggapan, miskin kunjungan. Bahkan dipandang miring.
Bahasa dan Sastra? Makanan apa pula itu? Bahasa dan Sastra Indonesia? Emang gue pikirin?
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
- Indonesia-saram's blog
- 7769 reads
Masalahnya..
Masalahnya era sekarang adalah era yang global, jadi kemampuan berbahasa asing (salah satunya english) menjadi semacam kemampuan yang harus dimiliki agar kita bisa berkomunikasi dengan orang dari negara lain. Jika diperhatikan, tidak semua orang asing bisa berbahasa Indonesia, barangkali hanya mereka yang minat pada sastra kebudayaan Indonesia atau mungkin mereka yang punya keluarga/pelayanan dengan orang Indonesia, jadi mau atau tidak mau harus belajar Bahasa Indonesia.
Memang bener, karena sudah sejak kecil diajarin berbahasa Indonesia, maka terkadang aturan tata bahasa dan sastra malah kurang diperhatikan.
Blajar ma orang asing ...
Just as i am,
kurnia