Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Bagaimana Kristen membela Perempuan ????

sarah's picture

Relakanlah aku pergi, meninggalkan kau yang kucintai, harus bagaimana lagi cinta ini harus diakhiri...................

Memang berat dalam hati, meninggalkan kau yang kucintai, harus bagaimana lagi, hidup ini harus dijalani..................................

Cukup sudah sampai disini, kita tak bisa jalan bersama lagi.......................

Bila suatu hari ada jalan tuk kembali lagi, bagaimana nanti hidup ini harus dijalani..........................

Itulah penggalan kidung cinta yang tak lagi bermakna.

Lantas bagaimana Kristen memandang sebuah perceraian. Beberapa orang "nekat" bercerai secara hukum. Apakah perceraian mereka itu tetap tidak sah di mata Allah? Lalu mereka berzina dalam perkawinan selanjutnya? Ada beberapa "hamba Tuhan" yang pernah masuk kedalamnya juga, bukan?

Dalam Kejadian: 2
2:18. TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
2:21. Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.
2:22 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.
2:23 Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."
2:24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
2:25 Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.

Hawa tahu, ia terambil dari tulang rusuk Adam, karena pada waktu itu tidak ada orang lain selain mereka berdua. Bagaimana seorang perempuan jaman ini tahu bahwa ia terambil dari tulang rusuk Mr. X yang dinikahinya? Jika ternyata bukan, bagaimana ?

Apa yang harus dilakukan seorang perempuan, bilamana suaminya tak lagi memenuhi kewajibannya. Diluar Kristen ada istilah dizolimi (bilamana seorang perempuan merasa terusik/terganggu/tertekan oleh sikap/perbuatan laki-laki), perempuan berhak menentukan hidupnya sendiri dengan menggugat cerai suaminya.

Di gereja ada konseling ! Ada peneguhan nikah. Tetapi maaf, laki-laki dengan segala keegoisannya jarang yang mau datang pada hamba Tuhan untuk konseling untuk mempertahankan/memperbaiki perkawinannya.

Ada seorang perempuan yang sudah 12 tahun menikah, selama itu ia ditinggal suaminya karena kerja di luar kota (bukan Sarah lho), dia memiliki 2 anak, dan ia selalu diam, tak pernah berbagi suka-dukanya pada siapapun, tiap hari minggu ia ke gereja bersama anak-anaknya, tetapi ga tahu hatinya kemana.

Suatu ketika, mungkin ia sudah pada batas kemampuannya, ia menghilang hingga saat ini belum ditemukan. Ia pergi meninggalkan pekerjaannya, anak-anaknya, suaminya pun tak merasa kehilangan. Satu-satunya berita yang ditinggalkannya adalah sepucuk surat yang ditujukan kepada ibunya yang memberitakan bahwa kini ia ditempat yang aman dibawah naungan salah satu ponpes di Jawa Barat, ia menyeberang ke gunung sinai.

Anak-anaknya terpukul, tapi suaminya santai-santai aja, ga nyariin, ga juga lapor polisi, ga melakukan apa-apa...heran! Yang tersiksa anak-anaknya. Suatu ketika keluarganya meminta Sarah untuk bantu mencari melalui acara reality show sebuah stasiun TV, tetapi Sarah merasa bukan orang yang semestinya mencari.

Apa kabur itu jalan terbaik? Rasanya tidak. Anak-anak jadi korban, suaminya toh masa bodoh.....

Maleakhi 2:16 Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel--juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!

Matius 19:3. Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"
19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?
19:5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?"
19:8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.

 

Kisah itu mungkin mewakili banyak kisah perempuan kristen lainnya, ada yang sudah terlanjut kabur, ada juga yang hampir kabur, ada yang tak mungkin kabur..sekalipun dia hampir mati.....Bagaimana Kristen membela perempuan?

Belum lama ini ada pasangan artis kristen yang bercerai, rasanya lega barangkali ya......dosa ga ya...??? Apa yang harus dilakukan perempuan untuk mempertahankan hidupnya jika ia seperti layang-layang yang diterbangkan angin kian kemari?

Kata-kata memang mudah diucapkan tetapi tak mudah dilakukan.

(Oh Lord, bring back my sister to you and her family)

dennis santoso a.k.a nis's picture

pertanyaan bagi setiap wanita

kadang2 gue selau heran kalo baca judul model begini... kenapa sih banyak bener perempuan yang selalu bertanya soal "fasilitas perlindungan yang disediakan suatu lembaga / institusi / agama / apapun bagi dirinya"?

apa kalian para wanita sudah sebegitu tidak percaya dirinya sehingga tidak sanggup melindungi diri sendiri?

joli's picture

@Dennis.. pertanyaan sulit

Nis: apa kalian para wanita sudah sebegitu tidak percaya dirinya sehingga tidak sanggup melindungi diri sendiri?

Pertanyaan yang sullit, Joli termasuk wanita yang nggak  bisa jawab... biar Sarah aja yang jawab..

sarah's picture

Karena Wanita Selalu berada di pihak yang dirugikan

Shlm P' Denis,

Wanita iku kan terambil dari tulang rusuk, yang seharusnya terlindung/dilindungi, tetapi ketika itu tidak didapatkan (banyak lho contoh realnya) hingga si wanita ini harus mengambil pilihan yang tidak diinginkan misalnya menjadi (maaf) PSK, ia tetap akan disalahkan orang, mengapa tidak mencari pekerjaan lain yang lebih halal? Mungkin kalau ditanya, para PSK itu tidak ada yang menginginkan profesinya seperti itu, entah itu dalih belaka, mereka akan katakan, andai ada pilihan yang lebih baik.

Kalau demikian apa dong arti sebuah institusi seperti gereja? Memang Gereja bukanlah yayasan sosial yang harus mencover orang-orang yang demikian, tetapi sebagai institusi rohani yang berdasarkan kasih Tuhan, smat disayangkan kalau masih ada orang-orang yang berfikir seperti anda.

Bukankah manusia hidup sebagai makhluk sosial, bohong kan kalau manusia bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Harus ada hukum yang jelas, batasan yang jelas dalam hal ini....tetapi rasanya di belahan manapun dari jaman dulu sampai sekarang, wanita berada di pihak yang selalu dirugikan.

 

dennis santoso a.k.a nis's picture

buat sarah with love, hahaha

Wanita iku kan terambil dari tulang rusuk,

hehehe, wanita yang diambil dari tulang rusuk itu cuma hawa. lain2nya udah kagak lagi; coba diconfirm ke pendeta kamu deh ;-)

ia tetap akan disalahkan orang

disalahkan orang itu biasa. ga usah pelacur, pendeta yang bener aja bisa disalah2in orang. khotbah sejujurnya dibilang ga hormat ke jemaat2 yang tua, khotbah yang manis2 dibilang ga berani menyatakan kebenaran firman Tuhan. semua orang bebas berkata apa saja tentang orang lain, tapi apakah semuanya perlu dipikirkan?

Kalau demikian apa dong arti sebuah institusi seperti gereja? Memang Gereja bukanlah yayasan sosial yang harus mencover orang-orang yang demikian, tetapi sebagai institusi rohani yang berdasarkan kasih Tuhan, smat disayangkan kalau masih ada orang-orang yang berfikir seperti anda.

hahaha, ijinkan gue bertanya, menurut elo, emangnya apa sih yang gue pikirkan? gue hanya bertanya kenapa para wanita cenderung hobby minta dilindungi. gue bertanya untuk mencoba memahami, karena gue beneran heran.

tapi... kamu bicara seolah2 gue menyerang kamu. nah... mungkin nggak sih bahwa semuanya baik2 saja dan hanya kamu saja yang sensi? hahahaha, coba dipikirkan dulu kata2 gue.

Bukankah manusia hidup sebagai makhluk sosial, bohong kan kalau manusia bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Harus ada hukum yang jelas, batasan yang jelas dalam hal ini....tetapi rasanya di belahan manapun dari jaman dulu sampai sekarang, wanita berada di pihak yang selalu dirugikan.

betul, manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain.

betul, harus ada hukum dan batasan yang jelas.

tapi.... untuk apapun, subjek nya (dalam hal ini adalah wanita) haruslah punya kekuatan yang cukup dan kemampuan untuk menilai suatu kondisi ketika dia berinteraksi. tanpa kekuatan ini, dia hanyalah orang cacat yang kebanyakan mengasihani diri sendiri.

sarah's picture

Ya x saya lagi sensi

Shlm Pak Den, emang sarah lagi sensi juga siang tadi .......

Yang penting sarah dpt inputan walau mungkin ga seperti yang sarah pikirkan, masalah ini banyak terjadi di kanan kiri kita. Sebagai umat yang percaya Tuhan ga ada salahnya kalau besuk atau lusa kita menyempatkan waktu, tenaga, pikiran atau apapun untuk tidak menutup mata buat mereka, rasanya sayang, jiwa-jiwa terhilang konyol begitu aja...memang sih itu soal pribadi, tapi sebenarnya bisa dicegah x ya ....Gbu.

dennis santoso a.k.a nis's picture

@sarah

sarah, gue baru nulis blog panjang khusus buat kamu. semoga kamu suka :-)

bisa klik disini.

Yenti's picture

Wanita lebih kuat dari Pria

Kisah itu mungkin mewakili banyak kisah perempuan kristen lainnya, ada yang sudah terlanjut kabur, ada juga yang hampir kabur, ada yang tak mungkin kabur..sekalipun dia hampir mati.....Bagaimana Kristen membela perempuan? -----???

Kenapa Kristen dipersalahkan dalam hal ini?? Aku kira, kekristenan tidak dapat dipersalahkan, yang dipersalahkan adalah diri sendiri. Kenapa selalu memandang diri sendiri sebagai makhluk yang lemah ?? Bukan berarti aku setuju perceraian, tetapi wanita akan tetap punya kekuatan walaupun tanpa suami.

Aku mengenal dekat seseorang. Dia adalah ciciku sendiri. Suaminya meninggal saat dia berusia 36 tahun. Dia menikah pada saat usia 20 tahun. Anaknya ada 3 orang ( 1 - baru mau masuk SMA, 1 -baru kelas 4 SD, dan satu lagi 1 tahun ) saat kejadian itu. Suaminya pun tidak meninggalkan harta warisan yang demikian banyaknya , hanya rumah yang dimiliki di daerah gang Gunung Sahari , yang pada tahun 1998 dijual dengan harga 28 jut.

Saat suaminya meninggal, dia bekerja dengan menempel kembang pada suatu konveksi dan dibawa pulang ke rumah. Satu baju dihargai Rp 700,-. Sehari hanya mendapat maksimal 10 baju. Waktu itu sempat aku bantu dia mengerjakan karena aku tinggal di rumahnya sementara sambil menemaninya. Akhirnya, aku usulkan dia untuk pulang ke daerah, dan tinggal bersama dengan orang tua di daerah ( kebetulan ciciku hanya lulusan SMP ). Ternyata dia juga punya pikiran yang sama. Dia menjual rumahnya, dan hasil penjualan dipakai untuk berjualan pakaian yang diambil dari Tanah abang atau Mangga dua. Dan ternyata ciciku yang bukan Seorang Kristen pun, bisa bertahan hidup, dan anaknya telah lulus kuliah saat ini di Jakarta. 3 anaknya bisa bertumbuh baik walaupun dia tidak mengenal " kekristenan". Aku pernah bertanya kepadanya :" Apakah cici berpikir untuk menikah lagi ??" Jawaban yang mengagetkan g:" Tidak ".

Lalu, sempat juga sekelumit cerita bersama teman-teman kos yang belum maried:" Sebenarnya di dalam kelembutan wanita, terdapat kekuatan yang sangat besar". Para pria hanya punya kekuatan otot, tapi wanita punya kekuatan yang lebih besar dibandingkan pria. Lihat, berapa banyak wanita yang bisa hidup tanpa seorang pria walaupun telah ditinggalkan oleh suaminya ?? Berapa besar kekuatan wanita, walaupun sudah bekerja di kantor, tetapi setelah pulang kantor masih bisa melakukan banyak hal di rumah- menjaga anak, melayani suami ,dan mungkin memeriksa PR anak, dsb. Wanita lebih gampang bangkit kembali walaupun sudah menghadapi permasalahan yang berat, tanpa harus mungkin mabuk-mabukan- yah paling nangis lah atau curhat, tidak seperti para pria, yang kadang kala melampiaskan emosinya pada hal-hal yang tidak benar- merokok ,mabuk-mabuk atau mungkin apa aja deh...masuk ke gua masing-masing sampai lama sekali. ( Sory yah...rada gender sedikit:P he..he. )

Saya pikir, bukan saatnya lagi menyalahkan kekristenan, tetapi mengatakan pada diri sendiri " Kekuatan itu dimiliki oleh setiap orang, tidak dibedakan oleh gender.Percayalah, dibalik kelembutan wanita, ada kekuatan yang luar biasa yang diberikan Tuhan ".

sarah's picture

Aku bertanya bagaimana kristen membela......

Shlm,

Aduh Non, saya ga menyalahkan Kristen, tetapi saya merindukan pendapat yang bener2 Alkitabiah bagaimana "tindakan" yang semestinya dilakukan oleh seorang wanita yang tersudut seperti itu dalam konteks kekristenan.

Seandainya saja waktu itu perempuan itu membuka diri melalui konseling, mungkin dia tahu keterbatasan dirinya itu tidak terbatas di dalam Tuhan. Sayangnya tidak...demikian.

Lagipula, keterbatasan seseorang berbeda, dalam situasi yang berbeda dan dengan reason yang berbeda pula.

Tks u komennya. Gbu.

Yenti's picture

Salah "nangkap makna" kalo begitu...

Kalo begitu saya salah "nangkap makna " pernyataan " Bagaimana Kristen membela wanita" ?? 

Penyelesaian dengan konseling?? Mungkin bisa tapi tidak menjamin juga. Banyak masalah dalam pernikahan yang saya pikir mungkin tidak tercantum secara praktis di dalam Alkitab.

Untuk masalah ini, kebetulan saya ngak terlalu tahu banyak, tetapi saya telah mendengar beberapa kasus seperti ini. Yang ada dalam pikiran saya saat ini : "Sebelum menikah, bukalah mata dan telinga lebar-lebar, dan setelah menikah, tutuplah mata dan telinga rapat-rapat ". " Keputusan ada di tangan kita sendiri, dan tidak dapat mengharapkan apapun untuk menolong kita keluar dari segala masalah ,termasuk meminta pembelaan Gereja,ataupun apa saja. 

Mengenai apakah perceraian diijinkan atau tidak? di Alkitab katakan tidak. Tetapi dalam beberapa kasus, emang sulit juga untuk melihat apakah perceraian lebih baik/bersatu ?? Misalnya : beberapa bulan lalu, ada seorang teman yang bercerita kasus pernikahan 2 orang GI. Ada seorang GI menikah dengan GI yang lain. GI co ternyata adalah seorang gay dan GI ce disuruh oleh suaminya untuk melakukan Oral Seks yang bagi si Wanita dirasakan tidak nyaman. Dari cerita yang dilihat ke belakang , katanya.... ada "guna-guna" yang dilakukan oleh si mantan pacar GI co ( yang dikatakan dari Kalimantan ). GI ce yang adalah Hamba Tuhan, setiap minggu harus melayani di gereja, untuk bercerai tidak mungkin karena dia menganut paham perceraian tidak diijinkan, akibatnya emang setiap minggu dia harus berbohong kepada setiap jemaat yang bertanya " kapan punya anak ?? kemana suaminya ?? ".

Jadi menurut saya, kasus rumah tangga bukan kasus orang awam saja yang tidak mengetahui " konseling " ataupun Firman Tuhan, bagi GI yang sudah sekolah teologia aja mengalami hal yang sama.

ebed_adonai's picture

@sarah: rumit...

Rumit memang kalau sudah berbicara mengenai perceraian dalam kekristenan mbak...

Tanpa bermaksud mengecilkan duka lara sang ibu yang melarikan diri dan pindah keyakinan tersebut (begitu saya menangkapnya, atau saya salah?), ada baiknya juga diselidiki dahulu bagaimana kehidupan pribadinya bersama sang suami (ini yang tidak banyak diketahui orang), dan bagaimana sudut pandang sang suami dalam masalah mereka itu, sebelum kita memberikan penilaian atas kasus-kasus seperti ini.

Maaf sebelumnya. Menurut hemat saya, satu kelemahan terbesar para kekasih yang bergerak di bidang pastoral (termasuk pernikahan) adalah terlalu cepatnya hati mereka tersentuh oleh tangisan dan keluhan sepihak dari pasangan suami-istri yang sedang bertikai. Saya sendiri tipe yang seperti itu, makanya sebisa mungkin saya selalu meminta pendapat orang lain yang "keras hati", dalam mencermati masalah-masalah seperti di atas.

Baiklah. Bukannya menyatu dalam simpati seperti itu salah. Tapi kalau kita membiarkan diri kita terlarut dalam curhatan orang lain, maka seringkali penilaian kita menjadi bias. Mungkin hal ini kelihatan baik bagi pihak yang berkeluh kesah, karena mereka mendapatkan simpati, yang, memang sepantasnya mereka dapatkan. Namun, kalau kita menyimak inti permasalahannya, mungkin sikap seperti ini malah tidak menolong, walau terkesan melegakan hati...

Simpati saya yang sedalam-dalamnya untuk keluarga dan anak-anak yang ditinggalkan, terutama untuk anak-anak, semoga dikuatkan....

Shalom!

(...shema'an qoli, adonai...)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

sarah's picture

Pada akhirnya semua terpulang kepada pribadi masing-masing...

Shalom,

Yah itulah kang Ebed, kayaknya pada akhirnya memang semua harus terpulang pada pribadi masing2 wanita itu ya......, Kang Ebed bukan wanita sih, jadi ga tahu gimana rasanya .....

Dalam hal ini memang diperlukan satu tindakan dari si wanita, karena menurut saya tindakan lebih keras suaranya dibandingkan berkata-kata....Tks, Gbu.

 

ebed_adonai's picture

@sarah: pria & wanita...

Hehe, saya memang bukan wanita mbak. Tapi kalau yang menjadi victimnya pria misalnya, & mbak Sarah juga seorang pria, mungkin kata-kata mbak juga akan lain . Memang perbedaan jender seringkali menyulitkan kita untuk berempati mbak. Lha kalau ditanya bagaimana rasanya mengandung & melahirkan kaum laki-laki memang tidak akan pernah tahu, & begitu juga sebaliknya. Tapi bukan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Justru dengan segala perbedaan itu kita jadi saling melengkapi. Lha buktinya pria dan wanita toh bisa mengikat janji sehidup semati bukan?

Celakanya, kalau terjadi masalah, yang dianalisa (seringkali) bukan mereka sebagai suami-istri, tetapi sang istri thok, suami thok, atau salah satu pihak yang datang untuk konseling. Dalam hal inilah saya kira orang-orang Kristen jadi "salah" dalam membela perempuan yang telah berkeluarga, walau kekristenan sendiri sudah baik dalam membela kedudukan seorang wanita.

Mbak Sarah betul sekali. Memang pada akhirnya setiap orang (bukan hanya wanita saja) harus memikul beban salibnya sendiri-sendiri. Tujuan utama konseling pastoral adalah agar seseorang mampu menghadapi beban salibnya. Tapi kan ada Seorang Kawan yang mau menemani kita dalam segala kesusahan kita? Mbak Sarah setuju dengan saya?

Shalom!

(...shema'an qoli, adonai...)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

sarah's picture

Yes..........

Yes.......I agree kang ebed ...................

fenny kristanti's picture

wahhh... ribet y!!

syaloomm ... mbak/ kak sarah?? atau tante sarah?

kalau soal cerai-berai alias perceraian yang berderai-derai (wah, ada rhyme nya!) orang tua saya pernah dan sedikiiiitttt lagi mengalami hal itu. tapi karena Tuhan masih sayang sm saya dan abang2 saya, akhirnya kedua2nya baikan lagi. kyknya mreka berdua ngelepasin smua ego yang ada di diri mereka. udah deh! sampe skarang masih tetep langgeng walaupun terpisah jarak krn tuntutan pekerjaan. 

intinya sich klu mo berkeluarga, jgn deh ber-ego2 ria!! kan keluarga itu satu. jgn ada yang mementingkan diri sendiri. sabar dan teguh berpegang kpd Firman-Nya!!

oh, iya! pas waktu masih kejadian itu, mama nanya sama saya, "kamu milih tinggal sama siapa? Mama atau papa?" waktu itu sich gak sempat jawab. tapi klu ditanya lagi (mudah2an gak!), jwbannya, "tinggal sendiri. biaya aku, sampai aku punya pekerjaan sendiri." hoho... piss! (koq malah curhat??)

Hidup wanita!!! Prianya juga!!!

God's child

__________________

God's child