Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
APOLOGETIKA KRISTEN---Keberadaan Allah
Apakah Allah itu eksis? Mungkin bagi kita orang percaya, pertanyaan ini mudah dijawab. Allah itu ada. Allah telah menyatakan diriNya lewat sejarah Israel, Alkitab dan Yesus Kristus. Persoalannya sudah selesai. Apa yang mau didiskusikan lagi? Tetapi bagi sebagian yang lain, keberadaan Allah sangat susah diterima dengan akal sehat. Mengapa? Banyak penyebabnya, mungkin karena adanya penderitaan, adanya ketidakadilan, kekejaman yang terjadi, kehampaan hidup, tekanan ekonomi, sampai bahkan patah hati. Bukankah ketika manusia berada dalam masa krisis, selalu menuntut kehadiran Tuhan, TETAPI ketika manusia berada dalam zona nyaman, mengganggap Tuhan menjadi tidak ada?
Alkitab jelas menyatakan bahwa karya dan penyataan Allah jelas bagi semua orang.
Roma 1:19 Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.
Roma 1:20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.
Persoalannya adalah manusia merasa tidak perlu mengenal Allah, menindas kebenaran Allah, dan menggantikan Allah dengan kebenaran mereka sendiri.
Roma 1:21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.
Roma 1:25 Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.
Roma 1:28 Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas:
Ketika seseorang mengetahui bahwa ia bisa yakin akan keberadaan Allah, ia sering tidak peduli atau bahkan mengingkari hal ini. Semua ini untuk memuaskan keinginan berdosa yang berkuasa dalam diri manusia. Bukankah hidup akan lebih bebas kalau tidak ada Allah? Bukankah saya bisa berbuat semau saya bila tidak ada Allah? Bukankah manusia bisa menjadi standar mutlak bagi dirinya sendiri ketika Allah tidak ada?
Apologetika Kristen tentang keberadaan Allah seharusnya mempunyai presuposisi demikian. Mengapa? Karena kita berapologetika bukan untuk menunjukkan kehebatan rasionalitas kristen, tetapi kita berapologetika untuk memberi dasar bagi penginjilan dan pertumbuhan rohani.
SEANDAINYA orang kristen BISA berargumen sedemikian hebat dan lihai, sehingga membuat para ateis dan penentang kekristenan menjadi terbungkam dan bertobat, maka mungkin pelayanan penginjilan tidak diperlukan lagi. Apakah maksud kalimat ini? Apakah Roh Kudus menginsyafkan seseorang TANPA memakai argumen? Tentu tidak. Bagaimana kita mau memenangkan jiwa tanpa argumentasi tentang Injil supaya yang mendengar itu mengerti? Maksud kalimat itu adalah kekristenan meskipun adalah rasional, tetapi tidak menjadi rasionalisme.
Apologetika Kristen bukan hanya sekedar pertunjukkan atau pamer argumen untuk menang. Tetapi apologetika kekristenan selalu dimulai dengan presuposisi Firman, yaitu presuposisi pernyataan Allah dan dosa manusia. Presuposisi Pencipta dan Ciptaan. Pencipta adalah Pencipta. Ciptaan adalah ciptaan. Mengapa harus ditekankan perbedaan ini? Karena inilah AKAR dan SUMBER segala kejatuhan dan keberdosaan manusia. Karena salah memahami hal ini, maka manusia menjadi ingin seperti Allah. Karena manusia bukanlah kebenaran absolut, maka manusia ingin menjadi kebenaran absolut. Pencipta-ciptaan. Sederhana. Tetapi ketika disalahpahami dapat berakibat fatal. Inilah dasar argumentasi kekristenan yang paling unik dan khas tentang keberadaan Pencipta.
Jadi, apakah Allah dapat dibuktikan keberadaanNya? Bukankah alam semesta adalah karya Allah? Bukankah manusia sendiri adalah karya Allah? Bukankah hidup ini adalah karya Allah? Apakah manusia dapat mengusahakan kehidupan sendiri? Tentu Tidak. Seorang bayi akan sangat bergantung kepada ibunya. Orang yang tua akan bergantung dengan orang yang muda. SIFAT KETERGANTUNGAN inilah yang membuat nilai manusia menjadi relatif dan senantiasa mencari pegangan yang mutlak dalam hidup. Itulah karya Allah. Itulah bukti yang sangat sederhana. Terlalu sederhana untuk disangkal.
Ada yang menyatakan karena Allah tidak dapat dilihat, maka itu membuktikan Allah tidak ada. Bukankah ini adalah argumen yang tidak rasional? Bukankah hampir setiap saat kita hidup dengan realitas yang tidak kelihatan, NAMUN kita akui keberadaannya? Cinta, oksigen, keadilan, keindahan dan sederet bukti lainnya. Apakah kita akan menyatakan itu tidak ada? Kelihatannya rasional, tetapi irasional.
Ada yang menyatakan karena adanya kejahatan dan ketidakadilan, maka Allah tidak mungkin ADA. Karena kalau ada, Allah tidak akan mengizinkan hal tersebut terjadi. Kelihatan rasional, tetapi sangat irasional. Pertama, kejahatan dan ketidakadilan adalah akibat dari ulah manusia. Kedua, siapakah kita sehingga menjadi penasehat Allah? ANDAIKAN Allah mengabulkan permintaan seperti diatas ( yaitu melenyapkan kejahatan), apakah itu adalah permintaan SEMUA manusia? Mengapa Allah harus menaati setiap manusia? Betapa kacaunya tatanan dunia seandainya ALlah menuruti kehendak manusia. Sedangkan kita mendidik anak MENURUT cara terbaik kita, mengapa kita menuntut Allah melakukan hal demikian? Apakah Allah yang baik harus melenyapkan semua kejahatan? Allah akan menghukum semua kejahatan. Alkitab sudah mencatatnya. Jelas, bahwa Allah tidak akan tinggal diam. Mengapa kita seolah-olah tahu bahwa Allah tidak akan bertindak jika ada kejahatan? Apakah Allah tidak adil? Apakah Allah tidak kasih? Justru Allah itu adil dan kasih, maka Ia menghukum AnakNya sendiri untuk menyelamatkan manusia.
Allah telah menanamkan dalam diri kita suatu keinginan pengenalan akan Dia. Karena itu, kita yang tidak sempurna berusaha mencapai yang sempurna dan memikirkan yang PALING SEMPURNA (yaitu Allah). inilah dasar ontologis. Allah juga menanamkan dalam diri kita suatu kehidupan yang bertujuan. Segala yang ada mempunyai tujuan. Organ tubuh, hewan, tumbuhan. Bukankah itu mensyaratkan adanya tujuan dari Pencipta? Allah juga telah merancangkan suatu keteraturan hukum alam yang luar biasa, sehingga manusia yang mempelajarinya HARUS mengakui adanya RANCANGAN CERDAS di balik itu semua. Itulah rasionalitas dari pemikiran keberadaan Allah. Bukankah membutuhkan iman yang LEBIH BESAR mengatakan bahwa Allah itu tidak ada DARIPADA menyatakan Allah itu ada?
Sola Scriptura
- Vantillian's blog
- Login to post comments
- 5238 reads
KEBERADAAN ALLAH TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN ATAU DISANGKAL
Saudara Vantilian, tulisan anda di atas sangat bagus dan akan memberkati banyak orang. Ijinkan saya juga sebagai seorang BUNGUL (Belajar Untuk Nalar Gaya Uluh Lewu) untuk sedikit berkomentar dan memberikan argumentasi. Saya senang dengan apologetika Kristen anda. Kita berapologetika memang bukan untuk pamer kehebatan. Karena kita memang harus bertanggung jawab dengan apa yang kita imani, Firman Tuhan adalah dasarnya. Kita harus siap sedia untuk mempertanggungjawabkan pengharapan yang ada pada kita supaya kemudian itu menjadi dasar kita bisa memenangkan jiwa-jiwa kembali kepada Tuhan.
Namun, ada survei yang mengatakan 90% masyarakat dunia percaya akan keberadaan Allah atau kuasa lain semacamnya. Ironisnya, tanggung jawab untuk membuktikan keberadaan Tuhan dilemparkan pada orang-orang yang percaya bahwa Tuhan ada. Dengan melihat hasil survei itu, apakah seharusnya tidak terbalik?
Ibrani 11:6 berkata “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia”
Menurut saya, keberadaan Allah itu tidak dapat dibuktikan atau disangkal. Sebab kalau kita bisa membuktikan Allah itu ada maka alat bukti yang dipakai haruslah lebih besar dari yang ingin dibuktikan. Jadi berdasarkan Ibrani 11:6 itu kita harus menerima keberadaan Allah dengan iman. Jikalau Allah menghendaki, Dia bisa muncul begitu saja dan membuktikan pada seluruh dunia bahwa Dia ada. Namun jikalau Dia melakukan hal itu, apakah iman masih diperlukan? Yesus Kristus pernah berkata: `Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya’" (Yohanes 20:29).
Namun demikian maksud saya adalah tidak berarti bahwa tidak ada bukti tentang keberadaan Allah. Firman Tuhan di dalam kitab Mazmur 19:1-4 menyatakan “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi”
Jikalau semua ini masih tidak cukup, di dalam hati kita masih ada bukti keberadaan Allah. Pengkhotbah 3:11 memberitahu kita, “bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka". Jauh di dalam diri kita ada suatu pengenalan bahwa ada sesuatu yang melampaui hidup dan dunia ini. Kita dapat secara intelektual menolak pengenalan ini, namun kehadiran Allah di dalam diri kita dan melalui diri kita akan terus ada. Sekalipun demikian, Alkitab memperingatkan kita bahwa beberapa orang akan terus menyangkal keberadaan Allah, “Orang bebal berkata dalam hatinya: `Tidak ada Allah’." (Mazmur 14:1).
Alkitab sudah memberikan argumentasi Alkitab mengenai keberadaan Allah, namun karena para ateis dan penentang Tuhan perlu argumentasi logis. Maka argumentasi pertama yang anda katakan di atas adalah benar, yaitu argumentasi ontologis. Allah sebagai, “sesuatu yang paling besar yang dapat dipikirkan.” ADA itu lebih besar dari TIDAK ADA; dan karena itu keberadaan yang paling besar haruslah ada. Kalau Allah tidak ada, maka Allah bukanlah keberadaan terbesar yang dapat dipikirkan – namun hal ini akan berlawanan dengan definisi mengenai Allah. Argumentasi ke dua adalah argumentasi teleologis. Alam semesta mempertunjukkan desain yang begitu luar biasa, karena itu pastilah ada seorang desainer Ilahi.
Argumentasi logis ketiga mengenai keberadaan Allah disebut argumentasi kosmologis. Alam semesta dan segala isinya adalah akibat atau hasil. Pastilah ada sesuatu yang mengakibatkan segalanya ada. Pada akhirnya, haruslah ada sesuatu yang “tidak disebabkan” yang mengakibatkan segala sesuatu ada. Sesuatu yang “tidak disebabkan” itu adalah Allah.
Argumentasi keempat dikenal sebagai argumentasi moral. Setiap orang memiliki perasaan benar dan salah. Pembunuhan, berbohong, mencuri dan imoralitas hampir selalu ditolak secara universal. Dari manakah datangnya perasaan benar dan salah ini kalau bukan dari Allah yang suci?
Orang-orang yang menolak untuk percaya kepada Tuhan karena “tidak ilmiah” atau “karena tidak ada bukti”, pada dasarnya adalah merupakan bukti keberadaan-Nya.
Karena kalau Allah tidak ada, maka kita bisa melakukan apa saja yang kita inginkan tanpa takut kepada Tuhan yang akan menghakimi kita. Jadi, Allah itu ada dan pada akhirnya setiap orang tahu bahwa Allah ada. Sekalipun begitu, saya setuju dengan perkataan anda di atas, bahwa walaupun seseorang mengetahui bahwa ia bisa yakin akan keberadaan Allah, ia sering tidak peduli atau bahkan mengingkarinya untuk memuaskan keinginan berdosa yang berkuasa dalam dirinya sebagai manusia.
Karena memang Roma 1:25 berseru, “Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.”
Alkitab juga memproklamirkan bahwa manusia tidak dapat berdalih untuk tidak percaya kepada Allah, “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih” (Roma 1:20).
BUNGUL,
-:ujilah dan peganglah apa yang baik dan benar:-
BUNGUL,
-:ujilah dan peganglah apa yang baik dan benar:-
BUNGUL, komentar anda...
Bungul, terus terang komentar anda malah lebih sistematis dari yang saya tuliskan..Haha...Dan lebih cocok dijadikan satu blog...Tetapi, anyway, thx..Komentar anda telah melengkapi tulisan blog ini...Sehingga pembaca bisa lebih jelas dalam mengerti mengenai apologetika keberadaan Allah. Saya memang sengaja tidak menuliskan istilah-istilah seperti kosmologis, teleologis, five ways dari thomas aquinas, karena ingin menuliskan dengan lebih bebas. Tetapi memang saya sudah merangkumkan semuanya menjadi satu bagian apologetika.
Benar yang anda katakan. Keberadaan Allah TIDAK PERLU dibuktikan, karena sesudah dibuktikan, kita tidak memerlukan iman kepada Allah. Manusia sebenarnya sudah bisa dnegan jelas sekali mengetahui adanya Allah, tetapi mereka sengaja tidak mau tahu, sengaja menggantikan oknum Allah dengan kebenaran sendiri. Karena itu, saya memulai apologetika keberadaan Allah dengan suatu asumsi dasar bahwa Allah sudah diketahui oleh manusia. Tetapi karena dosa, manusia sengaja melawan pengetahuan tersebut. Saya yakin bahwa presuposisi ini adalah awal yang jelas bahwa semua orang tahu bahwa Allah itu ada. Manusia untuk menyelami ilmu tentang dunia saja tidak ada habis-habisnya. Bagaimana mungkin manusia bisa yakin bahwa Allah itu tidak ada, tanpa menyelidiki dengan tuntas? Itulah kesalahan sains yang menilai kebenaran agama.
Masalah yang terbesar bukan Apakah Allah itu ada? tetapi Apakah ada Allah yang benar? Saya akan menuliskan dalam blog tersendiri..Terima kasih..Tuhan memberkati
Sola Scriptura
Ditunggu Blognya Van
Ketika kita berdiskusi seperti ini tentang Dia, justru itu bukti bahwa Tuhan itu Ada. Bagi saya Keberadan Allah itu TIDAK BISA dibuktikan, sebab untuk membuktikan keberadaan-Nya maka alat yang dipakai untuk membuktikannya haruslah lebih besar. Permasalahannya, adakah alat di dunia ini yang lebih besar dari Tuhan? ADA / EKSISTANSI saja diciptakan Tuhan, so Tuhan lebih besar dari segalanya, sebab Ia adalah Sang Pencipta yang menciptakan KEBERADAAN.
Apakah ada Allah yang benar?
Oke Van, saya tunggu blognya ya. Tetaplah menjadi berkat bagi sesama.
Tuhan memberkati anda juga
BUNGUL,
-:ujilah dan peganglah apa yang baik dan benar:-
BUNGUL,
-:ujilah dan peganglah apa yang baik dan benar:-
wanna say
van, van, saya kagum setelah membaca tulisan anda....
wanna say... Allah itu benar benar ada.
^-^
Min, thx..
Min, thx untuk kekaguman anda...Mungkin anda bisa membagikan pengalaman anda tentang Allah itu ada bersama dalam hidup anda? Saya tunggu...
Sola Scriptura
BAGAIMANA HARUS MENULIS?
Udalama, saya bukan orang pintar....
Udalama, saya bukan seorang yang pintar seperti sangkaan anda. Saya sering gagal dalam memahami sesuatu. Bahkan untuk buku ringan yang harus saya kuasai, saya mesti membacanya berulang, karena sering lupa. Maklum, rambut putih sudah banyak. Hehe..Tulisan saya bukan tulisan orang pintar. Hanya tulisan orang biasa. Tulisan seorang yang percaya. Ini dapat diketahui dari tidak sistematisnya alur pikir saya. Mungkin karena itu, anda menjadi susah mengerti. Percayalah udalama, meskipun kita belajar dengan cara berbeda, tetapi kita juga mesti belajar untuk memahami. Kelemahan terbesar saya adalah sering menggebu2 tanpa "ISI". Asal tembak kata orang. Mungkin ini yang mesti saya kendalikan.
Untuk kata asing, seperti apologetika, kalau anda membaca blog APOLOGETIKA KRISTEN yang pertama, saya sudah merujuk pada link apologetika hai-hai. Disana sudah ada definisi yang jelas. Anda bisa klik disini. Secara prinsip saya sudah sepakat dengan definisinya, jadi saya tidak akan menulis ulang...Semoga membantu..
Mengenai alur sistematika penulisan, saya akan belajar terus. Mungkin untuk memudahkan pemahaman anda. Thanks untuk masukan anda supaya tetap menjadi diri sendiri. Saya memang berusaha hidup sesuai keotentikan diri. Tetapi juga belajar untuk diubahkan oleh Tuhan. Jadi, saya adalah diri yang TETAP sekaligus BERUBAH. Semoga dengan jalan begini, saya bisa dipakai Tuhan menjadi alatNya. Salam...
Sola Scriptura