Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Amadeus Aaron, Sahabat Kecil Kami

arie_saptaji's picture

“Terima kasih, Tuhan, telah memberi kami anugerah untuk bersama dengan Amadeus Aaron selama lima jam,” bisik saya ketika menggendongnya menuju rumah duka.

Tidak banyak orang yang dilimpahi cinta Tuhan dengan cara yang seistimewa ini. Dan, di antara yang sedikit itu, betapa bersyukurnya kami karena tangan kemurahan-Nya memilih kami.

Kehadirannya pertama kali kami sadari sebagai kejutan sangat di luar dugaan pada suatu pagi bulan September. Rina, istri saya yang setahun sebelumnya menjalani sterilisasi, terlambat bulan. Test pack menunjukkan hasil positif. Pemeriksaan dokter melalui USG meneguhkannya. Aha, rupanya Tuhan mau mengajak kami bercanda: “Kalian menutupnya, lihat, Aku masih bisa menerobosnya!”

Terus terang, kami sempat was-was dengan kehamilan ini, terutama karena usia Rina sudah di atas 40 tahun. Tetapi, akhirnya kami meneguhkan hati, percaya bahwa kalau Tuhan memberi, tentu Dia memberikan yang terbaik. Terlebih seorang anak yang cara hadirnya saja sudah begitu istimewa, menembus benteng yang dibangun teknologi manusia. Kami pun mempersiapkan diri untuk kembali menimang bayi. Kedua kakaknya, Lesra (9 tahun) dan Tirza (7 tahun), kami beri tahu untuk bersiap menyambut kehadiran adik baru.

Rina sempat pendarahan tiga kali selama empat bulan pertama kehamilan, namun semua teratasi melalui pengobatan dan bed rest di rumah. Hampir seperti ketika kehamilan Tirza. Kali ini, naluri keibuannya mengatakan, anak dalam kandungannya laki-laki. Aaron, yang berarti gunung kekuatan, adalah nama yang terlintas dalam hatinya. Ah, kiranya ia akan sehebat pahlawan Eksodus itu, dan bolehlah sedikit lebih bandel dari kakak sulungnya.

Selasa malam memasuki minggu ke-27, mendadak Rina pendarahan lagi. Seperti kalau menstruasi. Segera kami ke rumah sakit. Rina harus diopname untuk menerima upaya penghentian pendarahan. Kondisi bayi terpantau bagus. Tetapi, kandungan perlu diperkuat dan dipertahankan beberapa minggu lagi, kiranya bayi lahir dalam kondisi lebih siap. Pendarahan akhirnya mereda, namun Rina sesekali masih mengeluarkan bercak kehitaman. Sampai... Minggu pagi, bercak kental kehitaman itu keluar dalam kadar mengkhawatirkan. Dokter segera dihubungi. Ia meminta persetujuan kami untuk melakukan operasi caesar.
 

Di tengah masa perawatan itu, satu nama muncul dalam benak saya: Amadeus, kasih Allah. Berbagai drama yang kami lewati sepanjang persiapan kelahirannya menanamkan kesan dalam hati bahwa, sungguh, ini anak yang sangat dikasihi oleh Allah.

Minggu, 17 Januari 2010, sekitar pukul 12.00, Rina memasuki ruang bedah RS Bethesda, Yogyakarta. Pukul 12.30, Amadeus Aaron keluar dari kamar operasi dan dilarikan ke ruang observasi bayi. Pukul 17.30, ia mendenyutkan degup jantung terakhirnya.

Hanya lima jam.

Tetapi, betapa lama terasakan---dan betapa penuh makna.

Sepanjang melangkah ke rumah duka, sebuah lagu mengiang di hati saya, versi bahasa Jawa dari He Leadeth Me ‘Tenanglah Kini Hatiku’. ”Kami akan mengalunkannya untuk mengantarkan keberangkatanmu, nak,” bisik saya.

Gusti nuntun lampah kula
Saklangkung nggen kula begja
Tenga pundi puruk mami
Tansah kula dipun kanthi

Nggih Gusti kang nganthi mami
Asta-Nya p’yambak kang nganthi
Sun nderek teng pundi-pundi
Wit kinanthi dening Gusti

Tuhan sesungguhnya telah menenangkan hati kami sejak lama. Sejak kehadirannya terdeteksi, sahabat-sahabat kami sudah berbagi sukacita, harapan, dan doa. Ketika Rina mulai opname, kami dinaungi oleh doa dan dukungan semangat para sahabat. Rina juga sempat menerima transfusi darah. Ketika ia dioperasi, seorang sahabat kami ternyata ikut menjadi bagian dari tim bedah. Adapun ruang tunggu penuh oleh para sahabat lainnya, termasuk beberapa teman Lesra dan Tirza.

Menjelang operasi, dokter mempersiapkan hati dengan memberikan gambaran medis tentang kemungkinan hasil operasi. ”Ini memang seperti buah simalakama. Kalau pendarahan berlanjut, hal itu akan membahayakan sang ibu. Bila bayi dilahirkan sekarang, kondisi bayi kemungkinan besar akan kritis---kita perlu memantau perkembangannya selama lima hari pertama. Bagaimanapun, kita akan berusaha sebaik mungkin. Kita percaya Tuhan akan memberikan yang terbaik.”

Ketika Amadeus Aaron dibawa ke ruang observasi, tempat itu menjadi ajang reuni kecil: bukanlah kebetulan bila suster yang bertugas adalah seorang sahabat lama. Meskipun sekota, sekian waktu kami tidak saling berjumpa. Saya pun tahu Aaron berada di tangan yang baik.

Saat kondisi bayi kian kritis, saya diberi kesempatan menunggu di dekatnya. Apa yang bisa saya lakukan kecuali mengelus-elusnya---ah, tubuh mungil itu belum mungkin digendong---dan membisikkan namanya, cinta kami, harapan kami sebagai orangtua, dan semoga ia kuat. Sampai degup terakhir itu.

“Amadeus Aaron sudah mendapatkan tempat yang lebih baik. Ia pulang ke pangkuan Bapa. Tolong, temani aku memberi tahu Rina, ya?” saya menelepon pendeta jemaat dan sahabat saya, Tommy H. Wibowo.

Tentu tidak perlu saya katakan betapa hati saya berduka---rasanya, saya bisa melihat sekilas pedang yang menembus jiwa Maria---namun saya dapat memastikan betapa sepanjang masa berkabung itu kami sekeluarga diliputi oleh selimut cinta Tuhan yang begitu tebal. Dia menggelontorkan cinta-Nya secara bertubi-tubi. Sahabat-sahabat dari jemaat mulai berdatangan dengan pancaran mata yang penuh simpati, pelukan yang meneguhkan, ucapan yang menghangatkan hati. Sejumlah saudara dan sahabat dari jauh menelepon, atau mengirimkan pesan belasungkawa ke telepon genggam kami. Di rumah duka, ada sahabat yang membawa laptop, dan saya mendapati dinding Facebook saya mulai dipenuhi ucapan turut berdukacita.

Kalau saya tidak limbung pada malam itu, tidak lain karena gebyuran gelombang cinta itu jauh lebih kuat daripada badai kepedihan. Malam itu, saya hanya ingin berlama-lama menimang tubuh mungil Amadeus Aaron sebelum kami menidurkannya di dalam peti.

Menjelang kebaktian penghiburan siangnya, Tuhan secara khusus mengirimkan pesan cinta-Nya melalui pendeta dan sahabat kinasih kami, Eriel dan Sinta Siregar yang secara khusus datang dari Jakarta. Mereka menguatkan saya dan Rina untuk tetap kuat dan percaya akan Tuhan di dalam setiap langkah. “Amadeus Aaron adalah anak yang gagah berani karena ia mengorbankan hidupnya bagi ibunya. Dengan penuh keberanian ia menghadapi hidup yang hanya lima jam. Kalian pasti sangat bangga sebagai orangtuanya, dan akan bersukacita bersamanya di dalam kemuliaan-Nya ketika kalian bertemu lagi dengannya di rumah Bapa kita,” kata Eriel.

“Allah tidak pernah melakukan kesalahan. Jalan-jalan-Nya memang penuh misteri bagi kita, dan kita tidak mengetahui bagaimana awal dan akhirnya. Tetapi, Dia menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya.”

Sepanjang kebaktian penghiburan saya hanya bisa menatap langit Jogja yang biru cerah bertabur serpihan awan putih. Saya tidak sanggup turut bernyanyi. Baru pada lagu terakhir, lagu berbahasa Jawa tadi, suara saya bisa keluar secara lantang dan mantap.

Sungguh, Tuhan, Engkau sudah menenangkan hati kami. Dan, Amadeus Aaron kini telah terlelap tenang dalam ribaan-Mu.

Saya pun mulai mengerti mengapa anak itu bernama Amadeus Aaron.

Amadeus---sungguh, engkau anak yang sangat dikasihi Allah, dan karenanya engkau pun dikasihi saudara dan sahabat-sahabatmu. Sangat banyak pihak yang kepada mereka kami patut mengungkapkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya. Tetapi, kami tidak akan---tidak mampu---menderetkannya satu persatu. Biarlah nama-nama dan kebaikan mereka menjadi merjan-merjan permata yang senantiasa bersinar-sinar menghangatkan relung hati kami.

Dan Aaron, oleh kehadiranmu Tuhan meneguhkan kekuatan-Nya secara istimewa bagi kami. Yesus Kristus ialah Sahabat Sejati dan Gunung Kekuatan yang menyerahkan nyawa-Nya bagi orang berdosa. Tetapi, bagi kami berempat---Rina, Lesra, Tirza, dan saya---Tuhan menghadirkan satu lagi sosok sahabat kecil. Sempat mengeluarkan tangisan pendek, sosok itu hanya berbobot 1,2 kg, dengan paru-paru yang berjuang keras untuk menghirup udara bumi, dengan jantung yang tahan berdegup selama lima jam---lima jam paling penuh keberanian yang pernah kami kenal dari dekat. Keberanian seorang sahabat dalam arti terbaiknya: ”Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni seseorang memberikan nyawanya demi sahabat-sahabatnya.”

Selebihnya, saya teringat pada Ashoke Ganguli dalam film The Namesake. Ia memberi nama anaknya Gogol. Ketika Gogol kuliah, nama yang diambil dari pengarang Rusia yang depresi itu membuatnya diolok-olok kawan sekelasnya. Gogol kecewa pada sang ayah sampai suatu saat Ashoke menjelaskan mengapa ia memberikan nama itu. Ketika mengalami kecelakaan maut kereta api yang nyaris merenggut nyawanya, ia sedang membaca buku karya Nikolai Gogol. ”Baba, itukah yang kaupikirkan ketika engkau memikirkan saya? Apakah saya mengingatkan engkau akan malam itu?” Ashoke menjawab, ”Sama sekali tidak. Engkau mengingatkan saya akan segala sesuatu sesudahnya. Setiap hari sesudah peristiwa itu adalah suatu karunia, Gogol.”

Itulah pula yang saya rasakan. Setiap hari sesudah lima jam kehadiran Amadeus Aaron adalah suatu anugerah.

Jadi, kalau suatu saat Anda melihat kami berempat, ketahuilah, kehidupan yang kami nikmati itu ialah satu lagi anugerah istimewa yang secara khusus dilimpahkan-Nya kepada kami melalui kehadiran seorang pahlawan: Amadeus Aaron. Pahlawan gagah berani yang, kubayangkan, pada degup-degup terakhirnya berucap, “Ibu, lebih baik saya pulang lebih dulu. Perjalanan Ibu masih perlu dilanjutkan bersama Bapak dan kakak-kakakku tercinta---Lesra dan Tirza. Selamat jalan, sampai jumpa. Tuhan memberkati kalian.”

Ya, terima kasih, nak. Terima kasih, pahlawan kecil kami. Lewat hidupmu yang hanya lima jam, engkau memperlihatkan betapa kasih Allah itu adalah gunung kekuatan kita. Kami akan meneruskan perjalanan. Di depan tak ayal masih akan ada badai. Tetapi, menyaksikan kekuatan cinta Bapa yang melimpah oleh kehadiranmu, kami semakin yakin betapa janji Allah itu ya dan amin: Dia tidak akan pernah membiarkan kami, tidak akan pernah meninggalkan kami. Sekali lagi, terima kasih, dan selamat jalan, sahabat kecil. Kami bangga---sangat bangga---padamu. Kami mencintaimu---sangat mencintaimu. Sampai jumpa di rumah kekal Tuhan kita. ***

 

__________________

hai hai's picture

@Mas Arie, Ikutan Sedih

Tuhan Yesus mengajarkan bahwa api neraka pun tidak mampu memadamkan CINTA persaudaraan, Itu berarti tak ada satu kekuatan pun yang mampu memadamkan cinta orang tua dan anak.

Ikutan sedih mas! Salam untuk mbak Rina dan ponakan-ponakan.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Tante Paku's picture

Amadeus ing swarga mulya.

Brayat ngriki saweg prihatos awit tinilar seda dening sadherek kita ingkang kita tresnani, Amadeus Aaron. Kita pitados sadherek kita punika mesthi gesang sanadyan sampun seda. Malah gesang langgeng ing swarga mulya!

Yesus paring wangsulan, pangandikane : "Aku iki patangen lan kauripan. Sing apa pracaya marang Aku bakal urip, sanadyan mus mati. (Yohanes 11:25).

Pramila sanadyan brayat ngriki saweg nandhang prihatos awis Gusti Allah mundhut dadakan sadherek kita, nanging prayogi tetep pitados bilih putusanipun Gusti Allah punika mesthi sae. Pancen angel jinajagan, nanging mesthi sae! Awit Gusti Allah punika Mahasae!

Sakehing prakara bisa daksangga ana ing Panjenengane kang paring kakuwatan marang aku. ( Filipi 4:13).

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

Nray's picture

Amadeus Aaron

Kembali ke Rumah Bapak, itulah yang di janjikan Tuhan Yesus kepada kita.

begitu juga anak Amadeus Aaron.

Tuhan lah yang menjadi penghibur dan senantias memberi kekuatan kepada keluarga Bapak Arie.

hiskia22's picture

Ikutan

Turut berdukacita.......

GBU 

__________________

GBU

sandman's picture

@Arie

Cuma bisa turut berdukaca cita saja.. semoga keluarga yang ditinggalkan dapat tabah menghadapi sisa waktu tanpa Amadeus Aaron.

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

Purnawan Kristanto's picture

@ Denmas Arie


Minggu sore, pukul 18.25, mbak Tina [Agustina Wijayani, editor penerbit Gloria] menelepon ke HP-ku. Aku tidak mengangkatnya karena HP ditinggal di rumah. Saat itu aku sedang bertugas dalam ibadah di gereja.

Begitu membuka HP, aku tahu pasti ada sesuatu yang mendesak karena biasanya beliau menghubungku pada hari dan jam kerja. Kuputuskan menelepon mbak Tina, tapi HP-nya tidak aktif. Kukirim SMS: "Ada apa mbak?" dengan harapan segera mendapat respon begitu HP-nya aktif.

Aku  punya dugaan kuat  jangan-jangan ini berkaitan dengan mbak Rina, isteri mas Arie yang sedang dirawat di R.S. Bethesda. Hari Kamis, saat rapat dengan mbak Tina dan mas  Agus dari penerbit Gloria, aku mendapat kabar yang mengejutkan. Mas Arie tidak bisa ikut rapat karena sedang mendampingi isterinya. Mbak Rina mengalami pendarahan dan harus dirawat di Bethesda. Pertama, aku terkejut karena baru mengetahui kehamilan mbak Rina. Kedua, terkejut dengan kondisi kandungannya.

Hari Sabtu, ketika membuka Facebook dan membaca wall mas Arie, isinya cukup menenangkan. Isinya ucapan mas Arie kepada teman-teman yang sudah membantunya, khususnya dalam penyediaan darah untuk transfusi. Dari nada tulisan, aku merasa tenang.

Namun miscall dari mabak Tina kembali mengusik ketenanganku. Kucari informasi dari Facebook. Dinding mas Sidik Nugroho membenarkan kecemasanku. Putra ketiga mas Arie Saptaji pada hari Minggu, 17 Januari 2009, telah dipanggil Tuhan.

Maka kusambar HP untuk mengirim SMS dukacita. Aku tahu ini tidak cukup untuk mengekspresikan perasaan duka saya terhadap keluarga mas Arie, sahabatku. Akan tetapi saya tidak tega untuk meneleponnya. Pada saat itu, batinnya mungkin sedang bergejolak oleh berbagai macam perasaan, memikirkan upacara esok pagi dan menyambut orang-orang yang datang.

Aku pun tidak berharap mendapat balasan SMS dari mas Arie karena dapat memahami kerepotannya. Akan tetapi dugaanku meleset, kurang dari 10 menit, sampailah balasan dari mas Arie: "Kami sangat bersyukur dianugerahi 5 jam untuk memandang Amadeus Aaron."

Langit di Klaten luruh mengiringi dukaku untuk keluarga mas Arie

***

Keesokan harinya, aku bersama isteri melayat ke rumah duka di R.S. Bethesda. Upacara penghiburan berlangsung amat sederhana, tapi khidmat. Aku melirik, istriku mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Jarang sekali dia menangis. Bahkan ketika papanya meninggal, dia hanya menangis sekali sesaat setelah mendengar kabar duka. Selebihnya, dia tampak tegar. Entah apa yang menyentuh hatinya hari itu.

Aku sendiri, seperti konstruksi sosial yang dibuat, menahan emosi supaya tidak menangis. "Man don't cry" kata pepatah. Tetapi siapa yang dapat menyelami hati manusia.

Ketegaran mas Arie dan keluarga, sungguh luar biasa. Dalam situasi yang pahit dan kelam, mereka masih bisa mengecap manis madu pemeliharaan Allah.

 


__________________

------------

Communicating good news in good ways

jhoni's picture

.....

turut berduka cita. mas..

 

Rusdy's picture

Turut Berduka Cita

...

Purnomo's picture

Tak setiap pertanyaan bisa dijawab

Juga mengapa Amadeus diberi untuk diambil-Nya kembali dalam waktu yang begitu singkat. Tak setiap tindakan Allah bisa kita mengerti maksud-Nya. 

Namun saya - yang pernah mengalami kedukaan yang sama - yakin Tuhan juga ikut menangis bersama mas Arie seperti ketika Ia melihat Putra-Nya tergantung di atas kayu salib.

Kiranya ketegaran mas Arie boleh menjadi sebuah kesaksian iman bagi banyak orang.

Salam.

dennis santoso a.k.a nis's picture

+1

+1

edited by bennylin on 21/01/2010

edited by -nis- on 21/01/2010 17.00

Andy Ryanto's picture

Turut bersimpati

Turut bersimpati untuk Amadeus Aaron & keluarga yang ditinggalkannya

"Jalan dan pikiranMu tak terselami"

joli's picture

setiap peristiwa adl karunia..

“Terima kasih, Tuhan, telah memberi kami anugerah untuk bersama dengan Amadeus Aaron selama lima jam,” bisik saya

Tidak banyak orang yang dilimpahi cinta Tuhan dengan cara yang seistimewa ini. Dan, di antara yang sedikit itu, betapa bersyukurnya kami karena tangan kemurahan-Nya memilih kami.

Kalau saya tidak limbung pada malam itu, tidak lain karena gebyuran gelombang cinta itu jauh lebih kuat daripada badai kepedihan. Malam itu, saya hanya ingin berlama-lama menimang tubuh mungil Amadeus Aaron sebelum kami menidurkannya di dalam peti.

Gogol: ”Bapa, itukah yang kaupikirkan ketika engkau memikirkan saya? Apakah saya mengingatkan engkau akan malam itu?”
Ashoke menjawab, ”Sama sekali tidak. Engkau mengingatkan saya akan segala sesuatu sesudahnya. Setiap hari sesudah peristiwa itu adalah suatu karunia

@Ari, Rina, turut berduka ya, saya pernah mengalami hal serupa bersama seorang sahabat, bener kata Ashoke ; "Engkau mengingatkan saya akan segala sesuatu sesudahnya. Setiap hari sesudah peristiwa itu adalah suatu karunia"

Daniel's picture

+1

ikut berdukacita

clara_anita's picture

Turut berbela sungkawa..

Turut berbela sungkawa..

Viesnu's picture

sedih

Keluarga yang luar biasa..orang-orang terdekat yang luar biasa..Tuhan yang luar biasa...

Membaca berita ini, hampir - hampir mewek...tapi berhubung bacanya di kantor ya..ditahan - tahan, bacanya juga ga langsung  - langsung, klo langsung pasti ga kebendung hiks..hiks..

Lovepeace..uenak..

__________________

Lovepeace..uenak..

lonely girl..'s picture

turut berduka...

Salut buat keluarga Pak Arie...

king heart's picture

turut berduka cita....

Semoga keluarga pak Arie diberi ketabahan dan suka cita karena Amadeus Aaron dijaga dan dilimpahi kasih yang tak berkesudahan oleh Lengan yang perkasa

Turut berduka....

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

sandman's picture

Buku yang aneh...

...Kami disana bersama-sama

"Tunggu dulu kupikir Engkau meninggalkanNya -kau tahu- "AllahKu AllahKU mengapa Engkau meninggalkanKU?"

"Disitulah engkau salah memahami misterinya. Terlepas dari apa yang dirasakannya waktu itu aku tidak pernah meninggalkannya."

Bagaimana Engkau dapat mengatakan demikian? Engkau menelantarkan dia sama seperti menelantarkan aku!"

"aku tidak pernah meninggalkan Dia dan aku tidak pernah meninggalkan engkau."

"itu tidak masuk akal bagiku"

"Aku tahu, setidaknya belum. Maukah engkau setidaknya mempertimbangkan ini: Ketika yang hanya dapat kau lihat adalah kepedihanmu, mungkin pada waktu itu engkau tidak lagi melihatku?"

 

Buku yang aneh, jauh jauh dari SOLO ke Bandung, tapi begitu menginspirasi.  Not a reason but a purpose.

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

joli's picture

Tidak pernah

"AKU tidak pernah meninggalkan DIA dan aku tidak pernah meninggalkan engkau."

Allah Bapa tidak pernah meninggalkan Tuhan Yesus,

Membaca kalimat itu yang membuatku tenteram, meski nampak seolah Tuhan diam, Tuhan jauh, Tuhan mengabaikan, "Allahku Allahku mengapa Engkau meninggalkanku?"

 

"AKU tidak pernah meninggalkan DIA dan aku tidak pernah meninggalkan engkau."

Love's picture

19 Agustus 2007

Pada tangga itu saya pun mengalami berkat serupa. Anak laki-laki saya, Abraham harus lahir dalam usia 20 minggu. Dia pun berjuang selama 6 jam sambil ditemani Ayah, opa, oma, tante, dan om-om nya.

Saya sendiri, masih harus terus berada di kamar bersalin untuk menjalani proses pembersihan rahim. Tidak ada kesempatan untuk memeluk dan mencium anak saya. Hanya beberapa detik saja begitu dia lahir, saya diberi kesempatan untuk melihat tubuhnya yang masih berlumuran darah.

Itu kejadian 3 tahun lalu (My Very Little Abraham), dan sampai saat ini, saya tidak bisa melupakan Abraham kecil saya.  Bukan untuk meratap, tetapi sebagai tonggak peringatan untuk selalu mengasihi Tuhan lebih dari apa pun di dunia ini.

Saya turut berbela sungkawa, Pak Arie. Tapi saya yakin, dari tulisan Anda, penghiburan sejati telah dianugrahkan untuk Anda dan keluarga.

Pikiran manusia saya yang terbatas ini sedang membayangkan, Abraham dan Amadeus Aaron sedang bermain bersama di sana :)


Evylia Hardy's picture

Disergap

Disergap keharuan yang begitu menggigit. Oleh anugerah luar biasa yang diberikan dalam waktu yang begitu singkat. Oleh ketabahan luar biasa yang bersumber pada iman.

Terima kasih telah berbagi cerita.

eha

__________________

eha

kaswan's picture

Ikut berbela sungkawa....

Buat Pak Arie saya ikut berbela sungkawa atas dipanggilnya ananda terkasih Amadeus Aaron....

Ketegaran yang Pak Arie tunjukkan mengajari saya.......

Semoga keluarga dikuatkan.......

Ari_Thok's picture

Ikut Berdukacita

.....

*yuk comment tapi jangan nyampah*


*yuk ngeblog tapi jangan nyampah*

__________________

*yuk komen jangan cuma ngeblog*


*yuk ngeblog jangan cuma komen*

billy chien's picture

@Bpk Arie & Family

turut berduka cita

Semoga keluarga diberikan kekuatan dan ketabahan, Tuhan Yesus memberkati....

 

 " EvErY BoDy WaNtS tO gO To HeAvEn But No BoDy WaNtS To Die "

__________________

Kerjakanlah Keslamatanmu dengan takut dan gentar...

iik j's picture

@Pak Arie n Family

turut berduka cita pak...

passion for Christ, compassion for the lost

minmerry's picture

Mas Arie & Family

Deepest Condolences, Be Strong in The Lord.

...

 

Deepest..

 

logo min kecil

__________________

logo min kecil

Vantillian's picture

Turut berdukacita....

Turut berdukacita atas kehilangannya Pak Arie..Semoga Tuhan menghibur keluarga yang ditinggalkan...

greeny's picture

Pak Arie dan bu Rina

terima kasih

sudah mengajak saya

melihat keagungan kasih dan rencana Tuhan  di tengah kehilangan yang bapak sekeluarga rasakan, dan itu tak akan pernah tertampung oleh keindahan kata-kata sekalipun

 

Smoga Tuhan menghiburkan