Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
WS RENDRA PUN MENYUSUL MBAH SURIP
Barangkali mbah Surip tidak ingin sendirian di bawah pohon jengkol di pemakamannya "Padepokan Bengkel Teater" Pancoran Depok Jawa Barat, maka sang "tuan" rumah pun diajak ikut menemani. WS Rendra, Penyair, Dramawan, Aktor itu pun meninggal dunia pada Kamis, 6 Agustus 2009 pukul : 21.30 WIB di RS Mitra Keluarga Depok Jawa Barat, akibat penyakit komplikasi, pada usia 74 tahun.
Tentu jagat kesenian Indonesia kehilangan putra terbaiknya dalam bidang pendidikan yang banyak menorehkan sejarah kesusasteraan yang cukup besar. Bagi Rendra unsur yang terpenting dalam sastra adalah pikiran, puisinya pun sering disebutnya pamplet. Sementara dalam pembacaan puisinya Rendra sering dengan model impresario. Kesan Rendra dalam menggarap teaternya tidak terlepas dari realisme kehidupan sehari-hari, karena beliau adalah biangnya dalam menyajikan masalah-masalah sosial ke dalam karya-karyanya.
Tentu tidak sedikit untuk menyebut karya-karya Rendra yang telah dihasilkannya, antara lain dan Mastodon dan Burung Kondor, Perjuangan Suku Naga, atau legenda-legenda Yunani yang diadaptasi kembali dengan mengangkat realitas sosial Indonesia seperti karya Sopochles "Antigone", "Machbet", "Audipus Rex" dan masih banyak lagi yang dengan berani Rendra membubuhi kritikan-kritikan sosial. Tak kurang 8 penghargaan seni telah dikumpulkannya. Karya-karyanya pun sudah diterjemahkan kedalam bahasa asing, artinya karya Rendra sudah mendunia.
Willibrodus Surendra Broto Rendra alias WS Rendra, pria kelahiran Solo ini sepulang dari Amerika l961 mendirikan Bengkel Teater di Yogya. Rendra yang semula beragama Katolik ini pernah menulis litani dan mazmur, serta pernah memerankan sosok Yesus dalam lakon drama "Cinta dan Luka". Namun perkawinan keduanya menimbulkan kontroversi ketika nekat menikahi muridnya sendiri RA Sitoresmi Prabuningrat dan meninggalkan agamanya untuk berpindah ke agama Islam demi poligami. Tentu saja Rendra mampu memberikan alasan yang kelihatan rohani dan bisa mendukung kehidupan perkawinan berikutnya.
Ketika pengusaha Setiawan Djody sukses sebagai pengusaha besar, maka dengan tidak ragu menggandeng WS Rendra untuk berkolaborasi dalam kesenian. Maka bersama Iwan Fals, Sawung Jabo, Jockie Suryoprayoga mereka membentuk kelompok musik Kantata Takwa yang fenomenal dalam mengumpulkan penonton terbesar dalam sejarah musik Indonesia. Di sini WS Rendra memberikan puisi-puisinya untuk digubah menjadi syair-syair lagu, di antaranya "Kesaksian", "Orang-orang Kalah", "Paman Doblang", "Balada Pengangguran", "Nocturno", "Rajawali" dsb.
Kedekatannya pada Setiawan Djody inilah akhirnya menghasilkan lokasi yang cukup luas untuk padepokannya di Kampung Cipayung, Depok, Jawa Barat itu. Dari situlah Padepokan Bengkel Teater berolah seni setiap hari, sekaligus terdapat pemakaman khusus seniman dan memang Rendra telah menyiapkan kuburannya sendiri. Menulis lengkap Rendra tentu akan menghabiskan berlembar-lembar kertas karena memang perjuangannya hidup dalam berkesenian cukup lama.
Selamat terbang bergendongan dengan mbah Surip sang Burung Merak, barangkali mbah Surip sudah mengeluarkan tawanya untukmu. " Ha ha ha ha ha.....di sini mantep mas Rendra ha ha ha...."
Aku mendengar suara
Jerit mahluk terluka
Luka, luka
Hidupnya luka
Orang memanah rembulan
Burung sirna sarangnya
Sirna, sirna
Hidup redup
Alam semesta
Luka
Banyak orang
Hilang nafkahnya
Aku bernyanyi
Menjadi saksi
Banyak orang
di rampas haknya
Aku bernyanyi
Menjadi saksi
Mereka dihinakan
Tanpa daya
Terbiasa hidup sangsi
Orang-orang
Harus dibangunkan
Aku bernyanyi
Menjadi saksi
Kenyataan
Harus di kabarkan
Aku bernyanyi
Menjadai saksi
Lagu ini
Jeritan jiwa
Hidup bersama
Harus dijaga
Lagu ini
Harapan sukms
Hidup yang layak
Harusa di bela
(Sajak Kesaksian yang dinyanyikan Iwan Fals)
*****
Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
- Tante Paku's blog
- Login to post comments
- 4383 reads