Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Why Do You Love Me

Ruth Lestari's picture

<--break-->Aku teringat akan malam itu, saat hujan membasahi kota ku. Saat udara yang begitu dingin mencengkram disertai kesunyian yang begitu dalam. Aku terdiam disisi dalam jendela apartemenku. Aku duduk terdiam, terdiam dan diam. BAdanku tak bisa digerakan lagi hanya air mata yang terus membasahi pipi. Aku tak tahu harus berpikir apa, harus berharap apa. Semua keindahan, tawa dan dirinya telah pergi menjauhiku. Yang tersedia hanya kegelapan malam dan kesendirian.<--break-->

               Dia datang dalam rupa lelaki dewasa yang membuka tangannya menyambutku, senyumnya seperti menawarkan semua keindahan dunia. Aku terjatuh dan terbuaian dalam kedalamn suaranya yang membiusku. Matanya masuk ke dalam sukma ku menyingkapkan semua tirai yang menutupi siapa diriku.Aku terpana. “Sediakan saya semua laporan yang saya perlukan. Oh ya, saya harap siang ini sudah ada dimeja saya. Thank you.” Kalimat pertama yang saya dengar pagi ini,lalu saya melihatnya pergi bertemu dengan para klien yang bersedia menanti dia. Aku melihatnya melewatiku, yang tidak pernah aku lupa harum dari tubuhnya yang terpatri bahkan dalam pikiranku.

“Soraya, phone call babe.”

               Itu dia Diana, rekan sekantorku. Entah mengapa semua orang begitu sibuk hari ini, semua kecuali aku. Aku tidak sibuk untuk semua tumpukan file ku, aku sibuk untuk merekam semua tentang dia yang bisa aku dapatkan hari ini. Jantungku berdegup kencang ketika aku memasuki ruangannya. Disana, dibalik meja itu ada sosok lelaki yang membuatku bisa melihat ada apa di bagian dunia lain. “Ini pak, semua berkas-berkasnya.”Hanya itu yang bisa aku katakana. Sepertinya ada dua pilihan kali ini aku berkedip untuk membuat nyaman mataku atau terus melihatnya tanpa kehilangan satu detikpun pesonanya. Dan pastinya aku memilih yang terbaik untuk diriku.

“Thank you, Soraya” katanya dengan senyuman yang tak akan pernah padam ditelan dunia.

           Ingin rasanya aku tetap berada disana, tapi aku tidak tahu apa lagi yang menjadi kepentinganku kali ini. “Jika perlu yang lain lagi, bapak bisa memanggil saya kapan pun. Saya siap membantu bapak.”Inilah akhir kata yang aku ucapkan padanya sebelum aku meninggalkan ruangan kudus itu.

“Soraya, have lunch say?”

“Hmmm...sebentar lagi, saya mau bereskan kertas-kertas ini dulu. Saya akan menyusul nanti.” “Oke kalau begitu, see you.”

         Aku membawa satu buah apel, roti isi dan sebotol orange juice untuk makan siangku. Aku rasa aku tidak akan menghabiskan waktu disana untuk makan siang. Tidak ada keindahan lebih yang bisa aku dapatkan selain diruangan ini melihat lelakiku tersenyum dan berbincang entah dengan siapa.Pandanganku fokuskan kepada ruang kudus itu, sesekali melihat kearah sebuah tanaman hias di sebelah ruangan itu agar tidak terlalu nyata aku memerhatikannya.

    “Hari ini terasa begitu panjang dengan sinar matahari yang menerangi bumi. Terasa hangat disertai kicauan burung pagi. Udara yang terasa segar mengisi paru-paruku, hmm...” Aku melihatnya, seorang perempuan dewasa berparas ayu dengan rambutnya yang sebahu. Begitu indah tergerai, bergelombang. Dengan tampilan yang pintar, aku bertanya-tanya klien dari mana dia, kenapa tidak ada janji yang terekam di komputerku untuk dia. Lalu kenapa wanita itu memegang pipi lelakiku dengan lembut, mereka tertawa dan mereka tersenyum. Kenapa tidak ada jadwal pertemuan dengan klien itu? Mereka meninggalkan ruang kudus, berjalan pergi. Lelakiku merangkul pinggang wanita dewasa itu dan tak lagi kulihat dirinya.

        Aku sendiri dengan apel, setengah roti isiku dan orange juice dalam botol. Lelaki ku meninggalkan aku disini. Lalu mengapa dia memberikan senyum indah itu pagi ini, suara yang merdu dengan ucapan terima kasihnya, apakah itu. Dia memebutuhkanku lalu mengapa dia meninggalkan ku saat itu. Maka disinilah aku, didalam apartemenku kembali.mencoba menghapus semua kenangan dan harum tubuhnya yang tak mau menghilang dariku. Melupakan semua ungkapan cintanya ...