Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

WANITA MASA KINI

evelyn's picture

Kita hidup di timur yang selalu menganggap wanita adalah pendamping pria. Wanita dilahirkan dan dibesarkan “hanya” untuk menikah, melahirkan ketururunan, dan merawat rumah. Dalam kultur Jawa kita mengenal bahwa tugas wanita hanya “macak, masak, dan manak”. Karena itu, sejak kecil, semua didikan yang diberikan adalah untuk membentuk kepribadian wanita yang seperti itu. Bahkan di kultur bangsa Israel yang diceritakan di dalam Kitab Suci, wanita hanyalah second class yang dipandang lebih rendah dari pria.


Wanita tidak usah pintar, yang penting bisa dandan.

Di sekolah tidak usah berprestasi, yang penting bisa dapat jodoh yang mapan, supaya waktu lulus sekolah bisa langsung menikah.

Wanita tidak perlu belajar teknologi. Itu ranah pria.

Wanita tidak boleh main game, lebih baik belajar memasak.

Benarkah?


Di era saat ini, wanita dan pria memiliki kesetaraan dalam banyak hal. Wanita memiliki hak yang sama untuk belajar, berkarir, berprestasi dalam bidang apapun. Sekarang rasanya tidak ada lagi area pekerjaan yang “milik pria” atau “milik wanita”. Misalnya dalam bidang memasak, chef yang hebat sebagian besar pria. Wanita yang berkarir di bidang elektro, pertambangan, bahkan penerbangan juga banyak.


Dalam setiap tindakan dan pembentukan kepribadian wanita, harusnya tidak lagi diarahkan semata-mata hanya untuk menyenangkan hati pria. Jangan berpikir – pria selalu senang wanita pendiam. Jadi kalau seorang wanita pada dasarnya cerewet, dia akan berusaha untuk menahan diri supaya bisa jadi wanita diam. Kalau seorang wanita pembawaannya ceria, dia akan berusaha untuk jadi wanita kalem. Kalau wanita yang dasarnya tomboi – akan berusaha mati-matian untuk jadi feminim.


Seharusnya kita tidak perlu seperti itu. Just be yourself. Dengan menjadi diri kita sendiri, kita dapat menggali potensi yang kita miliki dengan lebih maksimal dan berprestasi di bidang tersebut. Misal wanita yang ceria dan suka ngobrol, mungkin bisa jadi penyiar radio. Wanita yang tomboi, mungkin akan lebih luwes jika berkarir di bidang yang berhubungan dengan banyak pria, misal di bengkel, di pertambangan. Dengan demikian kita bisa menjadi berkat dan memuliakan Tuhan sesuai dengan talenta dan kepribadian yang dipercayakan Tuhan pada kita.


Bagaimana dengan berdandan? Masih perlukan wanita berdandan? Perlu, tapi motivasi untuk berdandan bukan untuk pria, tapi untuk menghargai diri kita sendiri. Alkitab mengajarkan kepada para wanita agar perhiasan wanita seharusnya bukanlah pakaian yang mahal, wangi-wangian, emas dan mutiara, atau rambut yang dikepang-kepang, namun wanita hendaknya berpenampilan sederhana dan sopan (1 Timotius 2:9). Kita diberi tubuh yang sempurna, karena itu kita harus merawat sebagai bentuk rasa syukur kita. Kita diberi kesempatan untuk bersosialisasi dengan banyak orang, karena itu kita harus bertemu mereka dalam keadaan dan pakaian yang pantas. Jangan sampai kita membuat orang di sekitar kita tidak nyaman hanya karena penampilan kita.


Dalam relasi antara pria dan wanita, mungkin kita pernah mendapat pertanyaan seperti ini:

“sebenarnya klo seorang wanita pergi dengan pria, siapa yang harus bayar? Saya pernah pergi dengan seorang pria, dan saya tidak mau dibayari. Lalu pria tersebut tersinggung dan tidak mau bertemu dengan saya lagi. Ketika di lain kesempatan saya pergi dengan pria lain, saya diam saja ketika waktu membayar. Pria tersebut memang membayar tagihannya untuk saya, tapi kemudian dia menganggap saya matre. Jadi mana yang benar?”


Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa ketika seorang pria pergi dengan seorang wanita, maka jika pria tersebut gentle, dia akan membayar semuanya. Wanita tidak usah mengeluarkan uang sama sekali. Saya rasa ini berasal dari pemahaman bahwa pria punya penghasilan yang lebih tinggi daripada wanita. Jaman dulu, ketika pendidikan wanita dibatasi, maka wanita juga memiliki kemampuan yang terbatas dalam bekerja dan menghasilkan uang. Namun skrg, lagi-lagi di jaman emansipasi, pemahaman ini tidak sepenuhnya benar. Memang ada sebagian wanita yang penghasilannya di bawah pria. Tapi tidak sedikit juga wanita yang menghasilkan uang jauh lebih banyak dari pria. Banyak wanita yang berkarir di kantor, wanita yang menjadi pengusaha, wanita yang menduduki posisi-posisi penting dalam pemerintahan dan organisasi, yang pendapatannya jauh lebih besar dari pria.


Kembali ke topik siapa yang seharusnya membayar? Hal ini harus dikembalikan ke konteksnya, dalam rangka apa wanita dan pria tersebut pergi bersama.

 

  •  Jika dalam urusan bisnis, maka seharusnya yang membayar adalah pihak yang mengundang. Dan jika kebetulan yang mengundang adalah wanita, jangan merasa tabu untuk membayar. Bagi pria, jangan merasa gengsi ketika dibayari.
  • Jika dalam urusan kencan pertama, memang sebaiknya pria yang membayar. Namun bukan berarti wanita pasif dan tidak membuka dompet sama sekali. Tunjukkan itikad baik untuk ikut berpartisipasi membayar. Misal membayar uang parkir, atau ketika beli camilan kecil, wanita yang membayar.
  • Untuk kencan selanjutnya, jangan merasa tabu untuk membicarakan masalah ini berdua. Daripada ganjalan soal pembayaran ini merusak hubungan, lebih baik dibicarakan. Misalnya: kemarin sudah km yang traktir, hari ini giliran aku ya.. atau, aku baru dapat bonus lo, nanti aku traktir ya..
  •  jika wanita dan pria pergi berbelanja, sebaiknya wanita membayar sendiri belanjaannya. 

 

Ketika dalam pasangan, penghasilan wanita lebih besar dari pria. Apa yang harus dilakukan?

 

  • Sebagai pria, jangan minder. Anggaplah itu sebagai kelebihan pasangan mu dan banggalah dengan itu. Berarti pasanganmu punya prestasi, punya keterampilan.
  • Sebagai wanita, jangan sombong. Ingat bagaimana pun kita percaya kalau wanita diciptakan dari tulang rusuk pria, bukan dari bagian kepalanya. Jadi wanita tetap harus menghormati pria, sekalipun pria tersebut memiliki penghasilan di bawah kita.
  • Dalam soal pembayaran, gantian. Tidak masalah kalau wanita yang membayar lebih banyak, karena memang dia yang memiliki pendapatan lebih besar. Tapi sekali lagi, bicarakan baik-baik, supaya masalah ini tidak menjadi ganjalan dalam hubungan.

 

Namun satu hal yang harus diingat, dalam hubungan antara suami dan istri, wanita tidak boleh berada di atas suaminya. Bagaimanapun juga, Firman Tuhan mengatakan bahwa laki-laki adalah kepala rumah tangga dan wanita adalah penopangnya (Baca 1 Korintus pasal 11). Oleh karena itu, sehebat apapun potensi istri dibanding dengan suaminya, ia tetap harus tunduk dan menghormati suaminya. Dengan demikian berkat Tuhan dapat dinyatakan dalam rumah tangga yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

__________________

Be a blessing by giving the best
- Evelyn -