Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Tolong Maafkan Kesalahan Teman Saya...

sarlen's picture

Seorang teman beberapa jam yang lalu menghubungi aku via telefon. Sejak
awal berbicara, meskipun tidak terbata-bata, nada suaranya sudah
terdengar sedih. Aku hanya bisa menebak-nebak kalau sesuatu hal yang
tidak menyenangkan, baru saja terjadi pada dirinya.

Yup, dugaan
aku sepertinya gak salah. Teman aku itu langsung bertanya apakah
dirinya mengganggu waktuku dan apakah dirinya bisa bercerita banyak
padaku saat itu. Kedua pertanyaan itu langsung aku jawab : "Tidak, kamu
gak mengganggu, aku lagi gak sibuk. Silahkan saja..."

Kehidupan
sebagai sebagai seorang konseling yang pernah aku jalani beberapa waktu
yang lalu membuat aku terbiasa diganggu untuk mendengarkan curahan hati
dari orang-orang yang membutuhkan tempat untuk menyampaikan curhat
mereka atau sekedar berbagi keluh kesah kepadaku, pada jam berapa pun
selama aku sedang tidak menghadapi rutinitas pekerjaan...

Temanku
itu mulai bercerita... Awalnya dia bilang kalau dirinya tadi siang
mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan di kantor (Psssttt...
berdasarkan pengalaman, aku tahu kalau ini bukanlah hal yang
sesungguhnya ingin dia bagi cerita kepadaku).

Boss-nya marah
padanya karena dia disangka sedang chatting dengan kawan-kawannya.
Kekesalan sang boss dibantahnya dengan pernyataan bahwa dia sedang
mengerjakan tugas yang siang hari sebelum jam makan siang telah diminta
sang boss untuk dikerjakan.

Dia bilang kalau dirinya teramat sedih mendapatkan perlakuan seperti itu...

Well,
sebuah permasalahan sederhana. Aku pun meminta dirinya bersabar.
Mungkin ada permasalahan besar yang sedang mengganggu pikiran boss-nya
sehingga sebaris kalimat kesal ditimpakan kepadanya. Dirinya pun
mengamini nasehat yang aku sampaikan kepadanya...

Cerita
ternyata memang belum usai. Kali ini dia katakan bahwa lagi-lagi,
seorang sahabatnya telah mengecewakan dirinya. Dia bilang, kekecewaan
temannya itu mungkin berasal dari kesalahannya. Temanku itu
menceritakan bagaimana kesalahan yang dilakukannya itu ternyata bisa
membuat dirinya harus mendapatkan pernyataan dan perbuatan tidak
simpatik dari sahabatnya itu.

Berdasarkan cerita yang
disampaikannya, aku pun berpikir kalau kesalahannya itu tidaklah
terlalu fatal. Dia memang bersalah, tapi itu bukan berarti, kesalahan
itu membuat dirinya  boleh diganjar sebentuk "hukuman" yaitu berupa
sikap dingin sahabatnya itu.

Jelas, dia mengalami keadaan yang
traumatik karena sikap dingin sahabatnya itu telah membuat dirinya
kehilangan hak untuk membela diri.

Kesalahan memang telah
terjadi tapi itu bukan berarti tiada kata maaf untuk mengampuni
kesalahannya itu. Silahkan saja kesal, silahkan saja kecewa, silahkan
saja marah... Tapi, menghukum seorang sahabat dengan mendiamkan
dirinya, itu sangatlah menyakitkan...

Siapakah kita ini sehingga
seakan-akan diri kita memiliki kuasa untuk menghukum orang lain,
apalagi orang tersebut adalah sahabat kita? Tidak adakah cara lain agar
"hukuman" itu tidak harus diterimanya?

Janganlah kita membuat
posisi orang lain menjadi sangat tertekan oleh karena perbuatan salah
yang dilakukannya. Susu sebelanga mungkin sudah rusak oleh karena nila
kesalahan yang telah dilakukannya. Tapi, itu bukan berarti tidak ada
cara untuk memperbaiki kesalahan itu...

Sahabat, tahukah kamu
kalau ada orang lain yang tersenyum karena telah berhasil membuat
persahabatan kalian retak? Tahukah kamu, bahwa kesalahan yang lebih
besar sesungguhnya bukanlah ada pada sahabatmu (yaitu temanku), karena
yang dilakukannya hanyalah sebuah keteledoran?

Sahabat, tahukah
kamu kalau dirinya menangis oleh karena kesalahannya? Tangis seorang
sahabat tidak akan pernah jatuh kalau dia tidak menyesali perbuatannya.
Namun dari kesedihan nada suaranya, aku yakin dan percaya, dia
menyesal...

Sahabat, kalau kamu membaca tulisan aku ini,
marahlah padaku...maki-makilah aku, bukan pada temanku yang adalah
sahabatmu... Karena kalau kamu marah padanya, kamu akan benar-benar
kehilangan seorang sahabat yang sesungguhnya mengerti dan mengenal
siapa kamu...

Sahabat, kalau kamu mengerti dengan tulisan aku
ini, berdamailah kalian... Kehancuran persahabatan masih bisa dibangun
kalau memang hati ini mau dengan tulus menghadirkan kata maaf... Tapi
kalau kamu biarkan itu tetap dalam kehancuran, maka kamu akan sulit
menemukan persahabatan sebaik yang telah teman aku itu lakukan,
kepadamu...

Sahabat, kepadamu aku memohon, tolong maafkan
kesalahan dia. Jangan biarkan duri tertanam semakin dalam. Jangan
biarkan amarahmu tetap ada hingga awan berganti gelap malam. Jangan
diamkan dia karena sikap diammu itu, menggoreskan kepedihan di hatinya
(bagaimana kalau hal itu kamu alami, sahabat...?) Dan jangan sia-siakan
makna persahabatan kalau kamu tahu apa arti penting seorang sahabat...

Aku
tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Tapi, demi persahabatan diantara
kalian, aku harus menuliskannya... Biarlah waktuku habis asalkan kalian
bisa berdamai.

Demi KASIH yang ada di hati kalian... berdamailah...

Diberkati Tuhan dengan melimpah-limpah kalian berdua

Note :
tulisan ini ditulis atas inisiatif pribadi, bukan sebuah rekayasa, bukan untuk menceritakan masalah yang terjadi.

.Sarlen Julfree Manurung