Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Teknologi Di Dalam Gereja by mas Ded
Tidak dapat kita pungkiri bahwa teknologi sangat dibutuhkan di dalam sebuah gereja. Baik untuk ibadah ataupun sekedar persektuan doa semuanya membutuhkan teknologi untuk memudahkannya.
Sebut saja dari yang paling sederhana yaitu lampu atau penerangan, bahasa kerennya lighting. Pada umumnya semua gereja pasti memiliki sistem penerangan di dalam gerejanya. Terlebih ibadahnya dilangsungkan pada malam hari, maka penerangan ini sangat dibutuhkan.
Pada beberapa gereja sistem lighting ini diurus oleh tim atau pelayan khusus bidang pencahayaan. Kegunaannya adalah supaya menambah meriah suasana ibadah yang sedang dilangsungkan. Walaupun beberapa gereja lainnya masih menolak keras sistem pencahayaan ini. Tetapi dimasa yang akan datang kemungkinan pelayanan pada bidang ini lebih dibutuhkan. Terlebih apabila teknologi lighting semakin terjangkau.
Lalu yang kedua adalah sound sistem. Saya yakin gereja yang jemaatnya lebih dari lima puluh orang pasti memiliki sound sistem, minimal sekedar speaker portabel untuk memudahkan berbicara saat menyampaikan khotbah maupun disaat mengajak jemaat untuk memuji Tuhan.
Pada gereja-gereja tertentu sudah ada tim yang melayani di bidang ini. Menyepelekan bidang pelayanan ini akan membuat kuping jemaat tidak akan nyaman. Bayangkan saja bila dalam sebuah ibadah beberapa kali terdengar bunyi feedback atau grounding, pasti sangat tidak nyaman.
Seperti bulan kemarin saat saya pergi ke rumah duka, disana tidak ada yang mengurus sound sistemnya, sehingga saat sedang suasana duka, malah bunyi ngiinngg atau feedback berkali-kali, dan itu sangat menggangu. Rasa-rasanya saya ingin maju ke depan lalu mensettingnya supaya tidak feedback lagi.
Lalu yang ketiga adalah LCD, atau proyektor. Pada bagian ini dibagi dua bagian besar. Pertama LCD untuk menampilkan lirik lagu keseluruhan, dan yang kedua adalah untuk menambah asik suasana suatu ibadah.
Apabila kita pernah pergi ke gereja seperti NDC atau JPCC pasti tahu bahwa ada satu LED besar di tengah panggung, dan ada dua LCD di kiri kanannya. Kedua hal itu memiliki peran yang berbeda. Yang satu untuk mengajak jemaat menyanyi yaitu yang di kiri kanannya, sedangkan yang tengah untuk menambah suasana ibadah semakin meriah.
Untuk bagian kiri dan kanan biasanya juga terdapat pada gereja-gereja yang ada di perumahan. Sebab harga LCD atau proyektor sudah sangat terjangkau. Yang 2200 lumens saja hanya 1,2 juta rupiah. Dan cara mengoperasikannya juga mudah. Cukup menggunakan easyworship atau powerpoint.
Sedangkan untuk bagian yang LED tengah membutuhkan skill video editing. Disamping itu juga membutuhkan kerjasama dengan Penyanyi dan Pemusik supaya teks yang ditampilkan tidak terlalu cepat ataupun tidak terlalu lambat, harus benar-benar pas. Saya tidak menyarankan gereja-gereja di perumahan memakai sistem seperti ini. Kecuali apabila memang mampu, maka tidak ada salahnya berkorban waktu lebih banyak untuk mempersiapkan hal ini.
Tidak kalah penting hal yang ke empat adalah alat-alat musik. Tanpa alat musik yang memadai, maka ibadah akan terasa hambar.
Saya bersyukur karena pernah merasakan saat-saat ibadah tanpa musik. Kesannya memang ada yang kurang. Apalagi saat pemimpin pujiannya kurang persiapan, maka sangat sulit untuk mengangkat suasana ibadah. Tetapi saya tetap enjoy mengikuti ibadah pada saat itu.
Di beberapa gereja yang menjadi problem bukan alat musiknya, tetapi pemain musiknya. Percuma ada alat musik bernilai ratusan juta tetapi tidak ada pemain musik yang dapat memainkannya dengan benar. Malah membuat suasana ibadah menjadi turun. Lebih baik satu gitar kopong daripada alat musik lengkap tetapi tidak ada yang bisa memainkannya.
Lanjut lagi hal kelima yang merupakan teknologi adalah AC:
Di beberapa gereja ada orang atau pelayan yang bertugas mengatur suhu AC, supaya tidak terlalu dingin, atau panas dan juga menjaga kelembaban udara.
Ada orang-orang hanya karena AC di gereja tidak dingin, maka orang itu memilih untuk pindah gereja. Ada beberapa anak sekolah Minggu ditempat saya melayani, tidak mau ikut sekolah Minggu hanya karena ruangan sekolah Minggu tidak full AC atau tidak dingin.
Jadi AC ini juga penting dalam menunjang sebuah ibadah.
Hal yang keenam adalah sistem kedap suara. Di beberapa gereja khususnya di daerah non mayoritas Kristen, teknologi kedap suara sangat dibutuhkan. Tujuannya supaya tidak menggangu warga sekitar.
Hal yang ketujuh adalah internet atau pelayanan digital. Disatu sisi memang kesannya negatif, karena banyak konten negatif di internet. Tetapi disisi lainnya pelayanan digital sangat dibutuhkan pada zaman sekarang dan masa yang akan datang.
Bagi yang pernah melihat khotbah live streaming pasti menyadari bahwa zaman sekarang orang dapat berkhotbah dari jarak ribuan kilo meter. Walaupun beberapa gereja kecil menolak ide pelayanan seperti ini, tetapi dimasa depan nanti saat teknologi VR dan AR sudah murah. Maka gereja harus siap terjun ke dalam dunia itu.
Pertanyaannya: Apakah dosa apabila kita berkumpul bersama pada sebuah dunia virtual? Terlebih semakin hari harga-harga kuota internet semakin murah, dan kecepatan datanya pun semakin tinggi.
Bagi saya pribadi tidak ada salahnya bila kita mempersiapkan diri menyambut persekutuan secara virtual.
Waktu saya masih remaja, saat masih zamannya game di FB. Ada game yang bernama Pico World, games sejenis Habo dimana kita dapat membuat dunia virtual sendiri. Saat itu saya sempat membuat ruangan ibadah. Lengkap dengan tanda salib pada temboknya.
Dikemudian hari untuk menjangkau anak sekolah Minggu, saya membuat dunia virtual atau world di Growtopia. Dan hal ini cukup disukai oleh anak-anak.
Apabila dikemudian hari ada teknologi yang memungkinkan membuat ibadah secara virtual. Maka saya akan coba terjun juga ke dalam dunia seperti itu. Sebab kita dapat datang ke dunia virtual dengan mudah.
Jadi dapat disimpulkan pelayanan digital ini sangat penting. Dan kita harus bersiap diri untuk menyambutnya. Kegagalan dalam menyambut era serba digital ini akan membuat hidup kita semakin sulit.
Sebagai bonus, hal selanjutnya yang tidak kalah penting dalam penggunaan teknologi adalah dalam hal persembahan atau uang.
Di beberapa gereja sudah tidak lagi memakai amplop atau kantong Kolekte. Tetapi sudah memakai teknologi e-money atau transfer elektronik. Sehingga di masa yang akan datang kita tidak lagi memerlukan pelayan kolektan. Karena sudah digantikan dengan teknologi.
Saya ingat betul beberapa tahun yang lalu, setiap mau natalan maka pihak panitia gereja akan menyiapkan amplop dalam jumlah yang banyak. Pada tahun ini jumlahnya sudah sangat berkurang, karena semua persembahan dapat dikirimkan melalui transfer bank.
Pertanyaan saya adalah ketika e-money sangat memudahkan penggunanya. Maka apakah yang menjadi respon kita? Menolaknya atau turut melakukannya?
Karena itu, orang yang tidak mau melakukan transaksi e-money akan menyusahkan diri sendiri. Tetapi apabila melakukan semua transaksi menggunakan e-money, maka nubuatan pada kitab Wahyu akan terpenuhi. Bahwa tidak ada orang yang dapat membeli dan menjual kecuali orang-orang yang memiliki "tanda itu" (bacanya e-money). Sudah siapkah kita menghadapi era seperti itu? Maka saat terjadi seperti itu, mereka yang tidak mau menggunakan "tanda itu" tidak akan dapat hidup di dunia ini.
Jadi stop memberitakan hoax tentang pemasangan chip 666. Karena musuh kita tidak bodoh, mereka tidak akan memakai cara yang kasar supaya kita menerima tanda itu. Mereka akan membuat sistem dimana orang-orang yang tidak mau memakai tanda itu akan tersingkir dari dunia ini. Salah satunya adalah di bidang teknologi. Kalau ada orang yang berani memusuhi teknologi. Maka orang itu akan mengalami penderitaan yang sangat berat. Tetapi apabila kita tidak waspada akan siasat iblis ini, maka teknologi dapat membuat kita menjauh dari Tuhan.
Akhir kata, bijak-bijaklah dalam menggunakan segala teknologi yang ada.
- Mas Ded's blog
- Login to post comments
- 3199 reads