Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Tanggapan atas artikel Kedaulatan Allah dan Kebebasan Manusia versi Steven E.Liauw
Topik mengenai kedaulatan Allah dan kebebasan manusia adalah topic yang harus dipikirkan dan digumulkan oleh setiap orang Kristen karena kedua hal tsb merupakan kebenaran yang dinyatakan didalam Kitab Suci dan berhubungan erat dengan iman dan kehidupan Kristen. Ketika seseorang membaca kitab suci dan merenungkannya, maka ia akan mendapi banyaknya konsep ini yang bertebarang di halaman-halaman Alkitab. ‘Kedaulatan Allah’ berkaitan erat dengan Pribadi Allah sendiri. ‘Kebebasan manusia’ berhubungan erat dengan kita sebagai manusia. Kedua-duanya adalah realita keberadaan dimana Allah dan manusia dinyatakan melalui kebenaran Kitab Suci. Pengenalan yang benar dan tepat terhadap topic ini membuat hidup kekristenan menjadi dinamis dan bertumbuh dengan sehat ke arah yang benar.
Perdebatan antara Calvinisme dan Armenianisme sebenarnya adalah lagu lama dengan lirik yang baru. Namun setiap zaman mempunyai pergumulannya masing-masing untuk membendung setiap arus yang bisa membelokkan kita dari Injil Kristus. Ini merupakan beban theologis dari saya sebagai kaum awam dari sebuah gereja Reformed/Calvinist. Kali ini perdebatan Calvinisme vs Arianisme dimulai dari tingkah pola kaum Fundamentalis yang merasa diri paling benar dan Alkitabiah dari seluruh aliran yang ada di Indonesia. Klaim ini sah-sah saja mengingat tidaklah mungkin seseorang menganut suatu paham/aliran kalau ia sendiri tidak merasa yakin akan kebenaran pandangan alirannya. Tetapi adalah sesuatu yang memuakkan kalau klaim itu tidak didukung sama sekali oleh FT, dan dilakukan dengan cara barbarian, yaitu : tanpa belajar dan mengerti dengan baik suatu aliran, namun mengklaimnya sebagai sesat dan tidak Alkitabiah dan ini dilakukan dengan sesumbar di mana-mana. Tulisan mereka bertebaran di Internet. Anda bisa meng-googlingnya dengan mengetik nama mereka untuk mencari tahu mengenai tulisan mereka. Situs resmi mereka dimana tulisan fitnahan itu tersebar adalah http://www.graphe-ministry.org/.
Sebelumnya saya akan mengatakan bagaimana caranya Suhento Liauw dan anak-anaknya memfitnah Calvinisme. Mereka memfitnah Calvinisme dengan menyatakan separoh kebenaran dari ajaran Calvinisme, sisanya yang lain merupakan dusta mereka, lalu mereka mencampuradukkan kedua macam pandangan tersebut dalam satu kemasan dan menamakannya Calvinisme. Lalu dengan pandangan baru Calvinisme versi mereka, mereka mulai melancarkan serangannya kepada orang-orang Reformed/Calvinist. Salah satu ucapan busuk mereka terhadap Calvinisme adalah sbb :
- mengutip perkataan salah seorang theolog mereka, Suhento Liauw dalam prakata didalam bukunya Doktrin Keselamatan Alkitabiah mengatakan : menurut Vance "Calvinisme is therefore the greatest Christian heresy that has plagued the church." (Calvinisme adalah ajaran sesat yang terhebat yang mewabahi kekristenan).
- dalam email kepada saya, Suhento Liauw menyatakan bahwa Allah Calvinisme adalah monster.
- masih banyak lagi ucapan miring mereka mengenai Calvinisme dimana Pembaca dapat meng-googlingnya.
- yang paling jelas dan nyata dimata kita adalah artikel yang saya counter ini.
KEDAULATAN ALLAH DAN KEBEBASAN MANUSIA
YANG ALKITABIAH
Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary
I. Pendahuluan
Salah satu hal yang secara paling mendasar mempengaruhi bagaimana seseorang memandang dunia ini, adalah konsepnya tentang Allah. Beritahukan pada saya, apa yang seseorang percayai tentang Allah, maka saya dapat memprediksikan apa pendapat orang tersebut dalam berbagai hal, dan bahkan bagaimana orang tersebut akan bertindak
dalam berbagai situasi. Tentu ada ruang yang lebar untuk variasi individu, tetapi pandangan seseorang tentang Allah berada pada poros inti moralitas dan filosofinya.
Seorang atheis, misalnya, bahkan tidak percaya ada Allah. Oleh karena itu, atheis yang konsisten, tidak akan memiliki moralitas yang absolut. Ada atheis yang tidak memiliki moralitas sama sekali dan menunjukkan kepada dunia apa yang terjadi jika atheisme diimani secara konsekuen sampai pada kesimpulan akhirnya. Jika tidak ada Allah, maka
manusia hanyalah binatang lainnya, dan tidak ada konsep benar atau salah. Oleh karena itu, mereka berlaku tidak lebih dari binatang yang pintar, melakukan apapun juga yang diingini tanpa ada rasa tanggung jawab sedikitpun. Dalam hal ini, tindakan mereka bahkan bisa lebih kejam dari binatang, karena binatang cukup puas dengan mempertahankan hidup dan eksistensi mereka, sedangkan manusia yang tidak bermoral dikuasai oleh nafsu yang tidak pernah mengenal cukup.
Tentu banyak atheis yang tidak seperti itu. Mereka masih memiliki moralitas, walaupun moralitas yang relatif. Walaupun secara intelektual mereka menolak eksistensi Allah, tetapi karena alasan-alasan lain (rasa kemanusiaan, tenggang rasa, budi pekerti yang dipelajari sejak kecil, dll), mereka mempertahankan sejenis moralitas. Tetapi ini tidak
berarti bahwa atheisme dapat menghasilkan moralitas. Moralitas pada seorang atheis adalah sisa-sisa kebenaran ilahi yang universal, yang belum terkikis habis oleh atheisme itu, yang masih ada pada individu tersebut. Ia bermoral bukan karena ia atheis. Sebaliknya, ia bermoral walaupun ia seorang atheis, karena dia belum mau menerima konsekuensi logis dari atheisme. Dapat kita katakan bahwa ia adalah seorang atheis dalam teori, tetapi belum atheis dalam praktek, minimal belum sepenuhnya. Ada ketidakkonsistenan antara apa yang ia percayai dengan apa yang ia lakukan, tetapi
ketidakkonsistenan yang menguntungkan.
Bagaimana dengan orang-orang yang percaya ada Allah? Apakah mereka semua ini sama? Tentu tidak! Tanpa perlu mengupas tentang deisme, pantheisme, panentheisme, atau yang lainnya yang sudah pasti akan membawa penganutnya ke pandangan yang berbeda-beda, bahkan di kalangan theis sekalipun (percaya Allah sebagai pribadi yang
immanen dan transenden), ada perbedaan cara berpikir yang cukup luas, tergantung kepada konsep dia tentang pribadi Allah.
Ketika seseorang menekankan bahwa Allah adalah mahakasih, tanpa melihat aspek lain dari sifat-sifat Allah, maka ia akan sampai kepada kesimpulan yang salah. Banyak orang senang dengan Allah yang mahakasih, tetapi tidak mau Allah yang mahakudus atau Allah yang mahaadil. Mereka merasionalisasikan: Allah yang mahakasih tentu tidak akan
mengirim orang ke neraka untuk selama-lamanya!
Tetapi rasionalisasi seperti ini sungguh salah. Ada dua kesalahan yang terjadi. Kesalahan PERTAMA adalah merasionalisakan sifat Allah dengan mengabaikan pernyataan jelas Alkitab. Banyak sekali ayat Alkitab yang menyatakan bahwa manusia yang berdosa dan menolak kasih karunia penyelamatan Allah, akan binasa untuk selama-lamanya dalam
neraka. Matius, misalnya, mencatat peringatan Yesus bahwa lebih baik masuk Surga dalam kondisi timpang dan buta daripada dengan tubuh lengkap, tersesat dan masuk ke dalam api yang kekal (Mat. 18:8). Jadi, pernyataan kaum universalis bahwa semua manusia akan masuk Surga, bertentangan dengan pernyataan jelas dalam Alkitab. Seharusnya, bagi orang yang sungguh menjunjung tinggi Alkitab sebagai standar, adanya pernyataan jelas dalam Alkitab menjadi pandu yang berotoritas.
Seharusnya terjadi pemikiran seperti berikut:“Jika Alkitab menyatakan bahwa orang-orang yang tidak bertobat akan masuk neraka untuk selama-lamanya, maka pemikiran awal saya (bahwa Allah yang mahakasih tidak mungkin mengirim orang ke neraka) adalah salah. Saya harus merevisi ulang premis dasar pemikiran saya.” Ini adalah sikap yang benar. Tetapi sayang, yang biasanya terjadi adalah pemelintiran ayat-ayat kitab Suci untuk mendukung pemikiran dasar seseorang. Bukannya berpikir bahwa ada yang salah dengan premis dasar (karena bertentangan dengan ayat-ayat jelas Alkitab), yang bersangkutan justru sibuk mencoba menjelaskan ayat-ayat Alkitab itu agar masuk ke dalam konsep dia.
Kesalahan KEDUA adalah terlalu menekankan satu sifat Allah, tanpa melihat sifat-sifat Allah yang lain. Ketika seseorang berjalan tanpa membiarkan Alkitab mengoreksi premis dasarnya, maka tidak mungkin dihindari dia akan berlebihan menekankan salah satu sifat Allah. Penekanan yang berlebihan ini justru membuat pengertiannya akan sifat
Allah tersebut menjadi salah.
Sang universalis terlalu menekankan tentang kasih Allah, sehingga mengabaikan kekudusan Allah dan keadilan Allah. Manusia yang berdosa tidak dapat berkenan kepada Allah yang mahakudus, dan tidak mungkin masuk Surga tanpa ada penyelesaian dosa terlebih dahulu. Allah yang adil tidak mungkin tidak menjalankan hukumNya sendiri, bahwa dosa harus dihukum. Kita bisa melihat bahwa menekankan satu sifat Allah di atas sifat-sifatNya yang lain akan menghasilkan pemahaman tentang Allah yang timpang. Allahnya sang universalis, bukan lagi menjadi Allah yang mahakasih, melainkan
Allah yang lemah, yang tidak berani menjalankan hukumNya sendiri. Kasih yang demikian juga bukanlah kasih yang sejati, karena kasih yang sejati selalu harmonis dengan kebenaran.
Tanggapan saya :
Anda bukan Tuhan sehingga mustahil anda dapat menilai hati setiap manusia. Jangan menyombongkan diri dengan hanya punya pengetahuan sekuku hitam tapi udah menyamakan diri seperti Tuhan.
Tuhan sendiri menyatakan bhw anda tidak akan mungkin tahu apa yang ada didalam hati saya. Apalagi pengertian anda tentang Firman Tuhan sangat mengenaskan ini membuat saya tidak tertarik mengomentari terlalu panjang bagian ini.
I Korintus 2:11 Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.
Semua pendahuluan di atas mengantar saya kepada topik inti dari tulisan ini, yaitu kedaulatan Allah dan hubungannya dengan kebebasan manusia. Dalam kekristenan ada satu kelompok yang banyak berbicara mengenai “kedaulatan Allah,” yaitu kelompok Kalvinis. Kalvinis membuat premis dasar dari pemahaman mereka akan “kedaulatan
Allah.” Menurut mereka, karena Allah berdaulat, maka Allah pastilah telah menetapkan segala sesuatu. Segala sesuatu artinya adalah segala sesuatu. Jadi, setiap tindakan manusia maupun malaikat, setiap pikiran manusia maupun malaikat, telah ditentukan oleh Tuhan. Lebih lanjut lagi, Tuhan sudah menentukan dari semula, bahkan sebelum penciptaan, bahwa Dia akan menciptakan sebagian manusia untuk diselamatkan, dan Dia akan menciptakan sebagian manusia untuk dibinasakan.
Tanggapan saya :
Memang ada beberapa orang yang mempunyai pandangan demikian. Pandangan diatas dinamakan Supralapsarianisme. Supralapsarianisme bukan pandangan resmi Calvinisme. Kebanyakan pandangan ini dianut oleh orang Hyper Calvinisme, dan beberapa dianut oleh orang Calvinisme yang terlalu melebih-lebihkan dekrit kekal Allah tanpa melihat integritas sifat Allah. Hyper Calvinisme identik dgn fatalisme dan lebih tepat disebut sbg Anti Calvinisme karena pandangan Hyper Calvinisme secara essensi sama sekali berbeda dengan Calvinisme.
Anda tahu bedanya Calvinisme dengan Hyper Calvinisme?
Anda PASTI tidak tahu karena anda tidak ingin mencari tahu. Anda hanya mau tempe.
Daripada anda berbuat terlalu jauh dengan melontarkan fitnahan terhadap Calvinisme, sekarang saya akan memberitahu anda, Doktor.
Perbedaan kedua cara pandang paham tersebut adalah dalam melihat mengenai intervensi Allah terhadap orang pilihan dan reprobate.
Calvinisme memandang bahwa Allah tidak bekerja didalam diri reprobate dengan cara yang sama (asimetris) seperti yang Ia lakukan terhadap kaum pilihan. Allah tidak mengaktifkan dosa didalam diri reprobate. Kaum reprobate melakukan dosa karena ia sendiri menginginkannya. Kehendak bebasnya menginginkan dosa tsb lebih daripada kebaikan.
Hyper Calvinisme memandang bahwa pola kerja Allah didalam diri reprobate adalah simetris dengan cara kerja-Nya didalam diri kaum pilihan. Sebagaimana Allah secara aktif melahirbarukan, membawa kepada pertobatan, pembenaran,dll demikian juga Allah secara aktif berintervensi didalam menciptakan niat jahat didalam diri reprobate dan memastikan bhw ia akan melakukan niat jahat menjadi perbuatan jahat tsb.
Mayoritas terbesar Calvinist menganut pandangan Infralapsarianisme, dimana ketetapan kekal Allah dipandang dari sudut pandang kebaikan/kemurahan hati/kasih Allah atas ciptaan yang telah jatuh didalam dosa.
Tabel dibawah ini dapat menjelaskan mengenai kedua pandangan yang mempercayai mengenai ketetapan Allah yang berkaitan dengan keselamatan, dimana disusun berdasarkan urutan-urutan logika dari ketetapan kekal Allah.
Normal
0
MicrosoftInternetExplorer4
Normal
0
MicrosoftInternetExplorer4
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";}
table.MsoTableGrid
{mso-style-name:"Table Grid";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
border:solid windowtext 1.0pt;
mso-border-alt:solid windowtext .5pt;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-border-insideh:.5pt solid windowtext;
mso-border-insidev:.5pt solid windowtext;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";}
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";}
table.MsoTableGrid
{mso-style-name:"Table Grid";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
border:solid windowtext 1.0pt;
mso-border-alt:solid windowtext .5pt;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-border-insideh:.5pt solid windowtext;
mso-border-insidev:.5pt solid windowtext;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";}
Supralapsarianisme |
Infralapsarianisme |
|
|
Saya mengatakan urutan-urutan diatas adalah ‘secara logika’ karena Allah tidak terikat oleh waktu (kronos) sehingga tidak mungkin kita mengatakan bhw yang satu mendahului (dalam arti waktu) dari yang lain.
Jadi adalah salah sasaran kalau Steven Liauw menuduh bhw Calvinisme adalah Supralapsarianisme atau bahkan Hyper Calvinisme. Mungkin bisa jadi kebenciannya yang menyala-nyala terhadap Calvinisme membuat dia akan selalu memandang negative apapun yang berkaitan dengan Calvinisme dan menyerangnya secara membabi buta.
Keselamatan atau kebinasaan ditentukan oleh Allah tanpa pertimbangan apapun di luar diri Allah! Lebih lanjut lagi, sesuai dengan pemilihan keselamatan/kebinasaan itu, Allah hanya akan menyediakan keselamatan bagi yang terpilih selamat. Dan Allah akan memaksakan (memberi tanpa dapat ditolak) “kasih karunia”Nya kepada orang-orang
yang terpilih untuk selamat ini.
Tanggapan saya :
Anda jangan ngawur kalau ngomong. Itu bukan ajaran Calvinisme! “HALF TRUTH IS WHOLE LIES”. Anda hanya benar separoh sedangkan separohnya adalah fitnahan anda!
Calvinisme mengajarkan :
Keselamatan ditentukan oleh Allah BERDASARKAN kerelaan kehendakNya semata (anugerah).
Kebinasaan ditentukan oleh Allah BERDASARKAN dosa yang telah dilakukan oleh manusia yg membuat mereka layak masuk kedalamnya.
Keselamatan diberikan dengan tidak bersyarat, penghukuman diberikan dengan persyaratan.
Roma.5:12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa
Yohanes.6:37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang
Ayat diatas berbicara mengenai panggilan efektif ilahi atas manusia berdosa.
Manusia yang telah mati didalam dosa, dihidupkan secara efektif oleh Allah. Analogi yg sama yang dapat kita ambil dari kehidupan ini adalah mengenai kematian tubuh. Setiap manusia yang meninggal, pasti akan mendengar panggilan ilahi untuk bangkit dari kubur, dan panggilan itu sedemikian efektif, sehingga orang tsb tidak bisa menolaknya.
Yohanes.5:28 Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya,
5:29 dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum
Bandingkan juga dgn ayat sbb :
Yohanes.6:44 Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman
…..
Yohanes.6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.
Alkitab menggambarkan secara GAMBLANG mengenai konsep kematian rohani. Hanya orang yang mati atau buta secara rohani saja yang tidak bisa menangkap kebenaran ini.
Kalvinis menegaskan bahwa setiap orang yang percaya bahwa Allah berdaulat harus sampai pada kesimpulan yang sama dengan mereka. Jikalau tidak, maka anda tidak benar-benar percaya bahwa Allah berdaulat! Oleh karena itulah saya terbeban untuk menulis tentang topik ini. Motivasi saya bukanlah untuk menyerang pribadi-pribadi tertentu. Saya tidak membenci satu orang Kalvinis pun, bahkan saya memiliki teman-teman baik di antara para Kalvinis. Motivasi
saya adalah kebenaran. Saya tidak tahan melihat Allah yang saya sembah dan kasihi, digambarkan dengan sedemikian salah. Saya merinding melihat bagaimana loyalitas terhadap suatu dogma telah membuat banyak orang yang brilian dan baik menentang kata-kata jelas dari Alkitab. Saya ingin menggambarkan kedaulatan Allah yang sebenarnya dari dalam Alkitab.
Tanggapan saya :
Kedaulatan Allah ditentukan oleh siapa Dia. Allah adalah Pribadi yang mutlak! Mutlak pada Dirinya sendiri : mutlak benar, mutlak suci, mutlak adil, mutlak berdaulat, dll. KedaulatanNya tidak bergantung pada siapapun. Dengan membatasi kedaulatan Allah hanya sebatas pada wilayah non freewill maka otomatis anda telah menempatkan diri anda sendiri sebagai Allah. Penjelasan ini sudah dijelaskan dalam Artikel : ‘Kedaulatan/Penetapan Allah dan Kebebasan/Tanggung Jawab Manusia’ oleh Pdt.Budi Asali,M.Div.
Roma.11:33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
11:34 Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
11:35 Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Dengan mengatakan Calvinisme sesat, maka anda telah menyatakan bhw orangnya juga sesat. Dengan menyatakan bahwa Calvinisme menyesatkan, maka anda telah menyatakan bahwa orangnya juga menyesatkan orang lain dengan ajaran sesatnya.
Saudara Steven, anda pandai sekali membual. Tidakkah anda sadar bahwa penggambaran anda yang salah thdp Calvinisme telah memposisikan orang2 Kristen yang taat dan setia, dimana mungkin didalamnya ada teman-teman anda sendiri, sebagai orang sesat?
Anda terjerat oleh ulah anda sendiri dan sekarang mencoba mempermak diri anda sendiri dgn gambaran2 yang menipu.
Pada waktu terima artikel ini, pertama kali pandangan mata saya saya arahkan langsung ke jantung pembahasan/point utama dari artikel ini, yaitu : Kedaulatan Allah. Tetapi seperti yang sudah saya duga, bahwa artikel ini tidak membahas apa-apa mengenai kedaulatan Allah, bahkan CUMA ada satu ayat Alkitab yang disertakan untuk mendukung point ini, yaitu : Maz. 66:6-7, inipun cuma ditulis ayatnya tanpa diberi keterangan yg memadai, malah seakan-akan ia membantah sendiri ayat tsb dengan mengatakan : Tetapi, manusia tidak ada hak sedikit pun, demi suatu definisi “kedaulatan”yang salah, membuat Allah sebagai pribadi yang menetapkan, mendekritkan, dan merencanakan segala dosa yang ada, yang adalah pelanggaran terhadap kekudusanNya!. Lantas artikel ini membahas apa??? Yup…artikel ini memang didesain oleh penulis bukan untuk mengulas mengenai ‘Kedaulatan Allah’ melainkan hanya untuk menunjang doktrin-doktrin manusiawinya yang telah dilabeli dengan cap palsu ‘Alkitabiah’. Artikel ini HANYA membahas mengenai kebebasan manusia secara berlimpah ruah.
Kenapa Steven tidak melakukan hal tsb didalam artikelnya (menyertakan argumentasi yang solid dan ayat2 Alkitab mengenai ‘Kedaulatan Allah’) ? karena satu alasan yang sederhana, yaitu tindakan itu akan membunuh sendiri teorinya yang menentang ‘Kedaulatan Allah’, sehingga tujuannya untuk memfitnah Calvinisme tidak berhasil dan ini akan mengakibatkan aliran ‘Kristen Fundamental’ tidak laku dijual di Indonesia.
Untuk membuktikan bualan besarnya ini, saya akan menunjukkannya dan membahasnya pada tanggapan saya dibawah tepat menanggapi point utama ini.
Tetapi agar tindakannya tidak diketahui orang maka ia tetap menyertakan term ‘kedaulatan Allah’ sekaligus sedikit ayat agar ia dianggap sebagai orang yang ter’Alkitabiah.
Sepandai-pandainya Steven melompat pasti akan jatuh juga. Kedok ini akan ketahuan kalau yang membacanya berpikir kritis dan membandingkannya dengan apa yang Alkitab ajarkan.
Tidak pernah dalam mimpi saya sekalipun, saya berpikir bahwa karya tulis saya akan membuat semua Kalvinis berubah. Orang yang telah menggolongkan dirinya dalam suatu kelompok, cenderung sulit untuk melihat segala sesuatu dengan netral. Tujuan utama saya adalah orang-orang yang masih sedang menyelidiki dan mencari. Jika anda ingin tahu tentang kedaulatan Allah, kebebasan manusia, dan keselamatan, maka harapan saya buku ini bisa bermanfaat dalam anda mempelajari Alkitab. Ingatlah bahwa Alkitab adalah standar tertinggi. Tetapi bagi para Kalvinis yang masih rela untuk menguji sistem yang telah mereka yakini selama ini, saya yakin buku ini juga akan bermanfaat. Saya minta untuk membaca karya tulis ini dengan hati yang terbuka, yang siap untuk menguji setiap premis dasar, membandingkannya dengan Alkitab. Sesudah menyelesaikan buku ini, setuju atau tidak setuju, adalah kebebasan anda! Tetapi suatu hari nanti, kita semua akan berdiri di hadapan Allah, mempertanggungjawabkan bagaimana kita menggunakan kebebasan yang telah Ia anugerahkan itu.
Tanggapan saya :
ALKITAB ADALAH STANDAR TERTINGGI., ya ini mutlak benar dan saya menyetujuinya. Tetapi bukan berarti karya tulis anda adalah lebih tinggi dari yang tertinggi, bukan? Kalau bukan, kenapa suruh orang membuka hati dan menyelidiki kebenaran didalam tulisan anda? Kenapa tidak suruh mereka membuka hati dan menyelidiki STANDAR TERTINGGI tsb? Bukankah ini jauh lebih baik menyuruh orang untuk menyelidiki dan mempelajari Alkitab daripada tulisan anda yang belum tentu benar?
II. Kedaulatan Allah menurut Kalvinis
A. Allah Menetapkan Segala Sesuatu
Premis dasar dari Kalvinisme menegaskan bahwa Allah yang berdaulat adalah Allah yang menetapkan segala sesuatu. Dengan kata lain, setiap perbuatan, tindakan, maupun pikiran semua makhluk hidup, telah ditetapkan oleh Allah sebelumnya. Ini adalah premis dasar dari Kalvinisme. Untuk membuktikan bahwa Kalvinis sungguh percaya seperti itu,
kita akan melihat kutipan pengajaran berbagai tokoh Kalvinis.
John Gill berkata, “Pendeknya, segala sesuatu tentang semua individu di dunia, yang pernah ada, yang ada, atau yang akan ada, semuanya sesuai dengan dekrit-dekrit Allah, dan menurut pada dekrit-dekrit itu; lahirnya berbagai manusia ke dalam dunia, waktu terjadinya, semua hal-hal yang terjadi berhubungan dengan itu; semua peristiwa
dan kejadian yang dialami manusia, sepanjang hidup mereka; tempat tinggal mereka, posisi mereka, panggilan hidup mereka, dan pekerjaan mereka; kondisi mereka berhubungan dengan kekayaan dan kemiskinan, kesehatan dan penyakit,
kesulitan dan kemakmuran; kapan mereka akan meninggalkan dunia, dan semua hal yang berkaitan dengan itu; semuanya sesuai dengan rencana dan kehendak Allah.” (Penambahan penekanan oleh saya)
Semua orang Kristen lahir baru percaya bahwa Allah memiliki rencana dalam hidup tiap-tiap individu. Semua orang percaya yakin bahwa waktu kelahiran ataupun kematian ada di tangan Tuhan. Semua orang beriman juga mengakui bahwa segala hal yang dia nikmati dalam hidupnya adalah berkat-berkat Tuhan. Tetapi Kalvinis tidak puas sampai di situ. Kalvinis menegaskan bahwa semua yang terjadi dalam hidup seseorang, termasuk tindakannya, pikirannya, kesukaan-kesukaannya, pilihan-pilihannya, semuanya telah ditetapkan oleh Tuhan sejak kekekalan dalam dekrit-dekrit rahasia. Untuk memastikan bahwa benar inilah yang dipercayai Kalvinis, kita lihat lagi beberapa kutipan. Budi Asali berkata, “Karena itu kalau kita percaya bahwa Allah itu berdaulat, maka kita juga harus percaya bahwa Ia menetapkan segala sesuatu.” Berkhof memperjelas posisi Reformed: “Theologia Reformed menekankan kedaulatan Allah atas dasar mana Ia secara berdaulat telah menentukan dari sejak kekekalan apapun yang akan
terjadi...”(Penambahan penekanan oleh saya)
Sampai di sini kita perlu berhenti sebentar dan bertanya kepada Kalvinis: “Apakah segala sesuatu yang dimaksud di sini benar-benar berarti segala sesuatu?” Pertanyaan ini penting, karena Kalvinis sering memiliki interpretasi sendiri mengenai kata “segala” atau “semua.” Ketika Alkitab mengatakan bahwa Yesus mati bagi “semua manusia,” Kalvinis bersikukuh bahwa “semua” yang dimaksud adalah “semua orang pilihan.” Jangan-jangan, maksud Kalvinis adalah bahwa Allah menetapkan “segala sesuatu yang pilihan saja.” Tetapi kita dipuaskan oleh para Kalvinis bahwa memang mereka percaya Allah menetapkan segala sesuatu tanpa kecuali.
Tanggapan saya :
Benar-benar tulisan yang bertele-tele! Anda menampilkan tulisan orang lain, lalu anda membuat pertanyaan dan dijawab sendiri sesuai dengan tulisan orang lain tersebut. Kalau memang anda ingin menampilkan tulisan Calvinist mengenai Kedaulatan Allah, kenapa tidak ditampilkan sewajarnya dan apa adanya pernyataan tersebut? Kenapa harus beri komentar yang tidak perlu dan bertele-tele dibagian ini? Bukankah anda bisa memberikan komentar anda di bagian lain, yaitu bagian tanggapan anda terhadap komentar tsb?
Alih2 alasan bhw Calvinist memiliki interpretasi sendiri, hanya untuk sekedar dihubung-hubungan dengan topic yang sama sekali tidak termasuk dalam pembahasan ini : Limited Atonement. Ini argumentasi apa? Anda hendak melebih-lebihkan tuduhan anda terhadap Calvinisme?
David West berkata, “Allah menetapkan sejak awal segala sesuatu, baik yang beranimasi (bergerak/hidup), maupun yang tidak beranimasi (diam/mati). DekritNya mencakup semua malaikat, baik yang baik maupun yang jahat.” Tow dan Khoo memperjelas: “Dengan kuasa yang tak terbatas dan hikmat yang tak terbatas, Allah telah sejak kekekalan lampau, memutuskan dan memilih dan menetapkan segala peristiwa yang terjadi tanpa kekecualian, sampai dengan kekekalan yang akan datang.”5 Melanchthon menghilangkan segala keraguan kita dengan berkata bahwa “Segala sesuatu
terjadi sesuai dengan ketetapan ilahi; bukan hanya pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan secara eksternal, tetapi bahkan juga pikiran-pikiran yang kita pikirkan secara internal.”
B. Allah Menetapkan Dosa
Satu hal yang mengganggu saya ketika merenungkan pernyataan-pernyataan Kalvinis bahwa “Allah menetapkan segala sesuatu,” adalah masalah dosa. Kalau Allah menetapkan segala sesuatu, maka berarti Ia menetapkan juga semua dosa yang pernah diperbuat, yang sedang diperbuat, dan yang akan diperbuat. Ini berarti bahwa Allah-lah yang menetapkan agar Adam dan Hawa makan buah yang Ia larang. Bukankah lucu bila Allah melarang mereka makan buah itu, tetapi Ia pula yang menetapkan agar mereka makan buah itu? Lebih mengerikan lagi adalah pemikiran bahwa Allah yang menetapkan semua pembunuhan yang pernah terjadi. Jika Allah menetapkan segala sesuatu, maka tindakan semua pemerkosa ditentukan oleh Allah. Sesuai dengan pernyataan
Melanchthon, bahwa Allah menentukan “...juga pikiran-pikiran yang kita pikirkan secara internal,” maka semua benci, iri hati, kesombongan, pikiran kotor, hawa nafsu, pikiran perzinahan, juga terjadi karena ditetapkan demikian dalam dekrit Allah.
Apakah anda terganggu dengan semua itu? Saya tahu bahwa saya terganggu, karena saya tidak bisa membayangkan bahwa Allah yang MAHAKUDUS menetapkan satu dosa pun untuk terjadi, jangankan semua dosa yang pernah dan akan ada! Oleh karena itu, saya berulang mengecek, apa benar itu yang dipercayai para Kalvinis?
Boettner menegaskan: “Bahkan kejatuhan Adam, dan melaluinya kejatuhan umat manusia, bukanlah suatu kebetulan atau kecelakaan, tetapi sudah ditetapkan demikian dalam keputusan rahasia Allah.”7 (Penambahan penekanan oleh saya)
Tanggapan saya :
Hahaha…Saudara Steven, saya harap pikiran anda masih baik-baik saja setelah terganggu dengan hal diatas tersebut. Saya teringat akan istrinya Ayub yang dimana reaksi yang dia berikan kepada Allah SAMA PERSIS seperti reaksi anda ketika melihat kebenaran bahwa Allah menetapkan adanya dosa. Anda hanya mau menerima yang baik dari Allah tetapi tidak mau menerima ‘yang buruk’.
Ayub.2:9 Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"
2:10 Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
Tidakkah anda melihat kebenaran kisah diatas bhw kemalangan yang menimpa Ayub telah ditetapkan oleh Allah ?
Anda pasti heran dan merasa terganggu dengan issue ini dikarenakan anda memandang rencana Allah hanya sebatas ‘penetapan dosa’ lalu berhenti disitu tanpa melihat keseluruhannya. Makanya tak heran anda merasa terganggu karena anda hanya melihat dari satu sisi. Kenapa anda tidak melanjutkan melihat ketetapan Allah yang lain dimana dari sisi tersebut anda bisa melihat banyak hal secara integral dan bukannya partial? Anda tidak mau? Makanya tak heran anda jadi begitu jahat memfitnah Calvinisme yang anda sendiri tidak tahu ajarannya.
Allah yang maha kasih tidak ditunjukkan oleh penetapan Allah atas dosa tetapi ditunjukkan oleh penetapan Allah untuk menyelamatkan orang-orang berdosa.
Berkenaan dengan keselamatan (orang pilihan) dan pembinasaan (reprobate), maka Infralapsarianisme menjabarkan ketetapan kekal Allah berdasarkan urutan logika adalah sbb :
1. Menciptakan
2. Mengijinkan kejatuhan didalam dosa
3. Memilih beberapa dan membinasakan sisanya (karena dosa-dosanya).
4. Menyediakan keselamatan untuk orang pilihan
5. Memanggil orang pilihan kepada keselamatan.
Kalau ‘penetapan Allah’ saya hubungkan dengan sifat-sifat Allah, maka saya menyatakan hal tsb sbb :
- ‘Menciptakan’ (point 1) dan ‘mengijinkan kejatuhan didalam dosa’ (point 2) ini berhubungan dengan KEDAULATAN ALLAH YANG MAHABIJAK (MAHA BERDAULAT)
- ‘Memilih beberapa dan membinasakan sisanya (karena dosa-dosanya)’ (point 3) ini berhubungan dengan MAHA MURAH dan MAHA ADIL nya Allah.
- ‘Menyediakan keselamatan untuk orang pilihan’ (point 4) dan ‘memanggil orang pilihan kepada keselamatan’ (point 5) ini berhubungan dengan MAHA KASIH, MAHA PENYAYANG, MAHA BERDAULAT, MAHA AJAIB, dll.
Kalau kita melihat semua rencana Allah yang indah itu, hati dan mulut kita akan melimpah dengan ucapan syukur karena kita mengerti apa artinya SOLI DEO GLORIA.
Perhatikan bahwa Kalvinis bukan hanya berbicara mengenai “mengizinkan dosa.” Kalvinis berbicara mengenai “menetapkan dosa.” Ada perbedaan yang besar antara “menetapkan” dan “mengizinkan.” Ada Kalvinis yang mencoba untuk menyamarkan doktrin mereka dengan menggunakan bahasa “izin.” R. C. Sproul, agak bingung membedakan antara “menentukan” dengan “mengizinkan.” Dia berkata, “ Jika Ia [Allah] mengizinkan sesuatu, maka Ia pasti memutuskan untuk mengizinkannya. Jika Ia memutuskan untuk mengizinkan sesuatu, maka dalam arti tertentu Ia menentukannya. ... Mengatakan bahwa Allah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi adalah sama dengan mengatakan bahwa Allah itu berdaulat atas segala ciptaanNya. Jika ada sesuatu yang bisa terjadi di luar izinNya yang berdaulat, maka apa yang terjadi itu menghalangi kedaulatanNya. Jika Allah menolak untuk mengizinkan sesuatu dan hal itu tetap terjadi, maka apapun yang menyebabkan hal itu terjadi mempunyai otoritas dan kuasa yang lebih besar dari Allah sendiri.”
Kalau Kalvinis hanya mengatakan bahwa “Allah mengizinkan dosa,” maka saya setuju! mengizinkan dosa berbeda dengan menetapkan dosa. Memberi izin berarti bahwa kehendak untuk melakukan berasal dari pribadi lain, dan pihak pemberi izin melakukan supervisi. Menetapkan sesuatu berarti kehendak untuk melakukan berasal dari yang
menetapkan itu. Kalvinis-kalvinis lain lebih jujur dan dengan terus terang menyatakan bahwa Allah menetapkan dosa.
Tanggapan saya :
Saudara Steven, kalau anda bingung jangan melemparkan kebingungan anda tsb ke orang lain. Anda tidak akan bertambah yakin dengan melakukan hal itu, malah akan menunjukkan betapa lemahnya posisi anda.
Kalau anda bingung, silahkan bertanya agar tidak sesat dijalan.
R.C Sproul adalah seorang theolog yang brilliant. Kesarjanaannya diakui oleh scholar2 theologia yang lain. Anda ga ada apa-apanya dibandingkan dia. Juga Tuhan tidak memakai anda untuk mempermalukan dia. Anda hanya mempermalukan diri anda sendiri dengan gagal menangkap apa yang orang lain maksudkan.
R.C Sproul meggunakan kata ‘mengizinkan’ didalam bukunya ‘Kaum Pilihan Allah’ (dalam bahasa Inggris : ‘Chosen By God), memaksudkan ‘izin’ dalam artian ‘izin yang efektif’ atau ‘izin yang berdaulat’. Konsep R.C Sproul tentang kedaulatan Allah, sangat jelas. Ia mengkaitkan antara ‘izin Allah’ dengan ‘penentuan keputusan Allah’ dan ini berhubungan erat dengan ketetapan Allah. Izin yang efektif atau berdaulat tersebut adalah kerelaan kehendak Allah sendiri yang berkenan menetapkan segala sesuatu.
Efesus.1:11 Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan -- kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya --
Tetapi karena anda bingung tujuh keliling dengan teori bualan anda, anda mencampuradukkannya dengan konsep ‘izin supervisi’ yang ada dibenak anda sendiri.
Pertanyaan saya untuk anda jawab :
Allah mengizinkan dosa.
Atas izin siapa Allah memperbolehkan adanya dosa?
Manusia atau Dirinya sendiri?
Kalau Manusia,
Bagaimana cara manusia memberi izin kepada Allah?
Kapankah peristiwa perizinan itu terjadi?
Kenapa tidak dicatat didalam Alkitab?
Kalau manusia tidak memperbolehkan Allah mengizinkan dosa, apakah dosa tetap ada atau tidak ada?
Kalau Dirinya sendiri,
Bukankah ini sama saja dengan menyatakan bhw Ia berkehendak secara berdaulat untuk menetapkan adanya dosa?
Bukankah ini istilah yang ganjil ‘Diri memberi izin kepada Diri sendiri’ kenapa tidak langsung aja dengan kalimat yang jelas bhw ‘Allah menetapkan dosa’???
Silahkan anda jelaskan!
Arthur Pink membuat jelas bagi kita: “Jelaslah bahwa adalah kehendak Allah dosa harus masuk ke dalam dunia, sebab kalau tidak demikian maka ia [dosa] telah tidak masuk, karena tidak ada sesuatupun yang terjadi selain yang telah didekritkan Allah sejak kekal. Lebih lanjut lagi, masalah ini lebih dari sekedar memberi izin semata,
karena Allah hanya mengizinkan apa yang Ia kehendaki.” (Penambahan penekanan oleh saya) Pink melanjutkan, “Bukan hanya mataNya [Allah] yang mahatahu melihat Adam memakan buah yang terlarang itu, tetapi Ia telah mendekritkan sebelumnya bahwa ia [Adam] harus melakukannya.”
Palmer menegaskan, “Adalah Alkitabiah untuk mengatakan bahwa Allah telah menetapkan dosa. Jika dosa berada di luar rencana Allah, maka tidak ada satupun hal penting dalam kehidupan yang dikuasai oleh Allah.” (Penambahan penekanan oleh saya) Kutipan terakhir dari Palmer mengandung permainan kata-kata yang cukup berbahaya. Tidak ada orang lahir baru yang mengajarkan bahwa “dosa berada di luar rencana Allah.” Saya percaya bahwa dosa sangat diperhitungkan oleh Allah dalam rencanaNya. Sekali lagi, ini berbeda dengan mengatakan bahwa Allah menetapkan dosa. Jika saya sudah tahu bahwa besok akan hujan, maka hujan bisa ada dalam perencanaan saya, tanpa sedikitpun dapat dikatakan bahwa
saya menetapkan hujan. Oleh karena itu, penggunaan kata “rencana” harus diperjelas. Kalvinis percaya bahwa Allah menetapkan dosa, jadi mereka percaya bahwa Allah merencanakan dosa. Merencanakan dosa tentu berbeda dengan sekedar “dosa ada dalam rencana Allah.”
Tanggapan saya :
Saudara Steven, anda seringkali mengkritik istilah-istilah yang dipakai oleh Calvinist, dan disaat yang sama anda sendiri bingung mendefinisikan dan mengaplikasikan istilah tsb sesuai dengan doktrin anda
Anda telah mengartikan ‘rencana Allah’ sama dengan ‘rencana manusia’.
Anda telah menyamakan Allah dengan manusia yang baru bisa memasukkan hujan kedalam rencananya kalau manusia tahu bahwa besok ada hujan.
…hahaha… ilustrasi anda yang amburadul menggambarkan betapa kacaunya pikiran anda dalam issue ini.
Rencana Allah dengan memasukkan dosa didalam rencana-Nya KARENA dosa itu akan ada, adalah sesuatu penghinaan terhadap Allah!
Anda tahu bentuk penghinaan yang telah anda lakukan terhadap Allah? anda telah menggambarkan Allah yang terikat oleh waktu dan pengetahuan Allah yang baru bisa ada kalau ada input informasi dari luar. Allah model apa ini??? Allah berproses???
Teori anda akan menemui banyak sekali kesulitan, diantaranya bagaimana dosa itu bisa ada dengan pastinya kalau tidak ada yang memastikan bahwa dosa akan terjadi sehingga bisa masuk dalam rencana Allah?
Seandainya anda berargumentasi bahwa dosa ada karena kehendak bebas manusia yang telah disalahgunakan untuk melanggar perintah Allah, bagaimana bisa kehendak bebas manusia itu bisa ada dengan PASTINYA sehingga Allah mengetahui bahwa hal itu PASTI akan terjadi dimana ini menyebabkan Allah memasukkannya dalam rencananya?
Tentunya semua hal ini (penyalahgunaan kehendak bebas dan dosa) ada dalam suatu KEPASTIAN sehingga Allah bisa mengetahuinya dan memasukkan faktor2 tersebut didalam rencana-Nya.
Semua hal itu tidak ada dalam kemungkinan, karena TIDAK ADA kemungkinan yang bisa masuk dalam rencana Allah yang PASTI akan terjadi. Hanya yang PASTI saja yang bisa direncanakan oleh Allah.
Dosa masuk dalam rencana Allah karena sebelum dosa ada, dosa dipastikan ada oleh kehendak Allah yang berdaulat sehingga dosa bisa masuk dalam rencana kekal Allah. Dengan kata lain, Allah menetapkan adanya dosa sehingga rencana Allah mencakup keberadaan dosa didalamnya.
Kalau anda berargumentasi bahwa rencana Allah belum tentu terjadi, maka anda telah mengingkari bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat sehingga tidak ada sesuatupun yang akan menghalangi rencana-Nya. Dan dengan sendirinya anda telah melakukan PENGHUJATAN terhadap Allah dengan menyatakan secara implicit bahwa Allah tidak maha tahu, tidak maha bijak, dan tidak maha kuasa sehingga rencana-Nya bisa gagal.
Apapun argumentasi anda, sepanjang anda menolak definisi PENETAPAN ALLAH TERHADAP DOSA, argumentasi anda akan menjadi tamparan bagi diri anda sendiri.
Saya kutip lagi perkataan theolog Reformed dari artikel Pdt.Budi Asali,M.Div :
Louis Berkhof: "Reformed Theology stresses the sovereignty of God in virtue of which He has sovereignly determined from all eternity whatsoever will come to pass, and works His sovereign will in His entire creation, both natural and spiritual, according to His predetermined plan. It is in full agreement with Paul when he says that God 'worketh all things after the counsel of His will' (Eph 1:11)" [= Theologia Reformed menekankan kedaulatan Allah atas dasar mana Ia secara berdaulat telah menentukan dari sejak kekekalan apapun yang akan terjadi, dan mengerjakan kehendakNya yang berdaulat dalam seluruh ciptaanNya, baik yang bersifat jasmani maupun rohani, menurut rencanaNya yang sudah ditentukan sebelumnya. Ini sesuai dengan Paulus pada waktu ia berkata bahwa Allah 'mengerjakan segala sesuatu menurut keputusan kehendakNya' (Ef 1:11)] - 'Systematic Theology', hal 100.
Charles Hodge: "And as God is absolutely sovereign and independent, all his purposes must be determined from within or according to the counsel of his own will. They cannot be supposed to be contingent or suspended on the action of his creatures, or upon anything out of Himself" (= Dan karena Allah itu berdaulat dan tak tergantung secara mutlak, semua rencanaNya harus ditentukan dari dalam atau menurut keputusan kehendakNya sendiri. Mereka tidak bisa dianggap sebagai kebetulan atau tergantung pada tindakan-tindakan dari makhluk-makhluk ciptaanNya, atau pada apapun di luar diriNya sendiri) - 'Systematic Theology', vol II, hal 320.
William G. T. Shedd: "Whatever undecreed must be by haphazard and accident. If sin does not occur by the Divine purpose and permission, it occurs by chance. And if sin occurs by chance, the deity, as in the ancient pagan theologies, is limited and hampered by it. He is not 'God over all'. Dualism is introduced into the theory of the universe. Evil is an independent and uncontrollable principle. God governs only in part. Sin with all its effects is beyond his sway. This dualism God condemns as error, in his words to Cyrus by Isaiah, 'I make peace and create evil'; and in the words of Proverbs 16:4, 'The Lord hath made all things for himself; yea, even the wicked for the day of evil'" (= Apapun yang tidak ditetapkan pasti ada karena kebetulan. Jika dosa tidak terjadi karena rencana dan ijin ilahi, maka itu terjadi karena kebetulan. Dan jika dosa terjadi karena kebetulan, keilahian, seperti dalam teologi kafir kuno, dibatasi dan dirintangi olehnya. Ia bukanlah 'Allah atas segala sesuatu'. Dualisme dimasukkan ke dalam teori alam semesta. Kejahatan merupakan suatu elemen hakiki yang tak tergantung dan tak terkontrol. Allah memerintah hanya sebagian. Dosa dengan semua akibatnya ada di luar kekuasaanNya. Dualisme seperti ini dikecam Allah sebagai salah, dalam kata-kata Yesaya kepada Koresy, 'Aku membuat damai dan menciptakan malapetaka / kejahatan'; dan dalam kata-kata dari Amsal 16:4, 'Tuhan telah membuat segala sesuatu untuk diriNya sendiri; ya, bahkan orang jahat untuk hari malapetaka') - 'Calvinism: Pure & Mixed', hal 36.
R. C. Sproul: "That God in some sense foreordains whatever comes to pass is a necessary result of his sovereignty. ... everything that happens must at least happen by his permission. If he permits something, then he must decide to allow it. If He decides to allow something, then is a sense he is foreordaining it. ... To say that God foreordains all that comes to pass is simply to say that God is sovereign over his entire creation. If something could come to pass apart from his sovereign permission, then that which came to pass would frustrate his sovereignty. If God refused to permit something to happen and it happened anyway, then whatever caused it to happen would have more authority and power than God himself. If there is any part of creation outside of God's sovereignty, then God is simply not sovereign. If God is not sovereign, then God is not God. ... Without sovereignty God cannot be God. If we reject divine sovereignty then we must embrace atheism" (= Bahwa Allah dalam arti tertentu menentukan apapun yang akan terjadi merupakan akibat yang harus ada dari kedaulatanNya. ... segala sesuatu yang terjadi setidaknya harus terjadi karena ijinNya. Jika Ia mengijinkan sesuatu, maka Ia pasti memutuskan untuk mengijinkannya. Jika Ia memutuskan untuk mengijinkan sesuatu, maka dalam arti tertentu Ia menentukannya. ... Mengatakan bahwa Allah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi adalah sama dengan mengatakan bahwa Allah itu berdaulat atas segala ciptaanNya. Jika ada sesuatu yang bisa terjadi di luar ijinNya yang berdaulat, maka apa yang terjadi itu menghalangi kedaulatanNya. Jika Allah menolak untuk mengijinkan sesuatu dan hal itu tetap terjadi, maka apapun yang menyebabkan hal itu terjadi mempunyai otoritas dan kuasa yang lebih besar dari Allah sendiri. Jika ada bagian dari ciptaan berada di luar kedaulatan Allah, maka Allah itu tidak berdaulat. Jika Allah tidak berdaulat, maka Allah itu bukanlah Allah. ... Tanpa kedaulatan Allah tidak bisa menjadi / adalah Allah. Jika kita menolak kedaulatan ilahi, maka kita harus mempercayai atheisme) - 'Chosen By God', hal 26-27.
L. Boettner:
o "This fixity or certainty could have had its ground in nothing outside of the divine Mind, for in eternity nothing else existed" (= Ketertentuan atau kepastian ini tidak bisa mempunyai dasar pada apapun di luar Pikiran ilahi, karena dalam kekekalan tidak ada apapun yang lain yang ada) - 'The Reformed Doctrine of Predestinattion', hal 45.
o "Yet unless Arminianism denies the foreknowledge of God, it stands defenseless before the logical consistency of Calvinism; for foreknowledge implies certainty and certainty implies foreordination" (= Kecuali Arminianisme menyangkal / menolak pengetahuan lebih dulu dari Allah, ia tidak mempunyai pertahanan di depan kekonsistenan yang logis dari Calvinisme; karena pengetahuan lebih dulu secara tidak langsung menunjuk pada kepastian, dan kepastian secara tidak langsung menunjuk pada penetapan lebih dulu) - 'The Reformed Doctrine of Predestinattion', hal 44.
L. Boettner: "Foreordination in general cannot rest on foreknowledge; for only that which is certain can be foreknown, and only that which is predetermined can be certain" (= Secara umum, penentuan lebih dulu tidak bisa didasarkan pada pengetahuan lebih dulu; karena hanya apa yang tertentu yang bisa diketahui lebih dulu, dan hanya apa yang ditentukan lebih dulu yang bisa tertentu) - 'The Reformed Doctrine of Predestinattion', hal 99.
William G. T. Shedd: "The Divine decree is the necessary condition of the Divine foreknowledge. If God does not first decide what shall come to pass, he cannot know what will come to pass. An event must be made certain, before it can be known as a certain event. ... So long as anything remains undecreed, it is contingent and fortuitous. It may or may not happen. In this state of things, there cannot be knowledge of any kind" (= Ketetapan ilahi adalah syarat yang perlu dari pengetahuan lebih dulu dari Allah. Jika Allah tidak lebih dulu menentukan apa yang akan terjadi, Ia tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi. Suatu peristiwa / kejadian harus dipastikan, sebelum peristiwa itu bisa diketahui sebagai peristiwa yang tertentu. ... Selama sesuatu tidak ditetapkan, maka sesuatu itu bersifat tergantung / mungkin dan kebetulan. Itu bisa terjadi atau tidak terjadi. Dalam keadaan demikian, tidak bisa ada pengetahuan apapun tentang hal itu) - 'Shedd's Dogmatic Theology', vol I, hal 396-397.
B. B. Warfield: "... God foreknows only because He has pre-determined, and it is therefore also that He brings it to pass; His foreknowledge, in other words, is at bottom a knowledge of His own will" (= .. Alah mengetahui lebih dulu hanya karena Ia telah menentukan lebih dulu, dan karena itu juga Ia menyebabkannya terjadi; dengan kata lain, pengetahuan lebih dulu ini pada hakekatnya adalah pengetahuan tentang kehendakNya sendiri) - 'Biblical and Theological Studies', hal 281.
John Owen: "Out of this large and boundless territory of things possible, God by his decree freely determineth what shall come to pass, and makes them future which before were but possible. After this decree, as they commonly speak, followeth, or together with it, as others more exactly, taketh place, that prescience of God which they call 'visionis,' 'of vision,' whereby he infallibly seeth all things in their proper causes, and how and when they shall some to pass" (= Dari daerah yang besar dan tak terbatas dari hal-hal yang mungkin terjadi ini, Allah dengan ketetapanNya secara bebas menentukan apa yang akan terjadi, dan membuat mereka yang tadinya 'mungkin terjadi' menjadi 'akan datang'. Setelah ketetapan ini, seperti yang pada umumnya mereka katakan, berikutnya, atau bersama-sama dengan ketetapan itu, seperti orang lain katakan dengan lebih tepat, terjadilah 'pengetahuan yang lebih dulu' dari Allah yang mereka sebut VISIONIS, 'dari penglihatan', dengan mana Ia, secara tidak mungkin salah, melihat segala sesuatu dalam penyebabnya yang tepat, dan bagaimana dan kapan mereka akan terjadi) - 'The Works of John Owen', vol 10, hal 23.
Jadi, janganlah ada Kalvinis yang marah jika saya berkata, “allahnya Kalvinis adalah allah yang merencanakan dosa, dan yang mengharuskan manusia berbuat dosa.” Kalau anda Kalvinis, dan anda shock dengan pernyataan ini, maka anda belum tahu pengajaran Kalvinis yang sejati. Terus terang pertama kali saya mempelajari Kalvinisme, saya juga
shock dengan deklarasi demikian. Tetapi setelah saya selidiki pengajaran tokoh-tokoh Kalvinis itu sendiri, saya dapatkan bahwa benar demikian. Dan sebelum saya dapat protes terhadap deklarasi mereka, para Kalvinis menyuguhkan dulu suatu premis lain lagi: “Kalau Allah mahatahu, itu berarti Allah telah menetapkan segala sesuatu, termasuk dosa.”
Tanggapan saya :
Saudara Steven, rupanya disinilah letak ketidakmampuan anda didalam menelaah doktrin Alkitabiah Calvinisme sehingga menyebabkan anda seringkali gagal menangkap kebenaran didalamnya.
“Allah menetapkan dosa” = “Allah mengharuskan manusia berbuat dosa”.
Pernyataan anda ini sama dengan
“Tukang pisau membuat pisau” = “Tukang pisau mengharuskan orang untuk melakukan pembunuhan”.
Argumentasi apa ini? Argumentasi dari hongkong??? Hahhaahaha….
Didalam kekekalan, Allah memang menetapkan dosa. Dalam istilah ‘Jawa’nya ini dinamakan God’s decretive will (Kehendak Ketetapan Allah).
Tetapi didalam sejarah, Ia selalu mengarkan manusia untuk melakukan kebaikan yang tercermin dari firmanNya. Ini dinamakan God’s moral will (Kehendak Moralitas Allah).
Ini tidak bertentangan tetapi menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang berdaulat mengendalikan segala sesuatu dan yang menginginkan manusia untuk hidup didalam firmanNya.
Anda tidak bisa membedakan (menyamakan) antara God's decretive/sovereign will dan God's moral/preceptive will. Lagian yang anda tulis diatas (Allah mengharuskan manusia berbuat dosa) bukan God’s moral will melainkan Steven Liauw’s moral will.
Ah…anda lucu sekali!
Saudara Steven, saya sudah menjelaskan kepada anda dalam email saya sebelumnya bahwa ada 3 macam pengertian dari ‘kehendak Allah’ :
1. Kehendak Allah yang mengacu pada ketetapan kekal-Nya.
2. Kehendak Allah yang berkaitan dengan apa yang baik yang diperkenan-Nya dan apa yang jahat yang tidak diperkenan-Nya.
3. Kehendak Allah yang dinyatakan dalam hokum-hukum-Nya.
Point yang 1 hanya dapat dimengerti secara tuntas oleh Allah sendiri karena berkaitan dengan sifat kekalnya. Manusia adalah makhluk waktu sehingga kesulitan untuk memahami dengan sempurna ketetapan kekal Allah (God's decretive/sovereign will)
Point 2 dan 3 Tuhan nyatakan didalam firman-Nya sehingga manusia bisa mengerti kehendak Allah (God's moral/preceptive will).
Berikut ini saya jelaskan dengan gaya bahasa saya sendiri, mengutip tulisan dari Pdt.Billy Kristanto.
Kalau anda mau melihat keharmonisan antara God’s decretive/sovereign dan God's moral/preceptive will, anda harus berpindah posisi CARA PANDANG.
Kenapa harus begitu? Karena kita adalah makhluk waktu dan tempat. Kita TIDAK BISA melihat segala sesuatunya, termasuk kehendak Allah, dengan hanya sekali pandang pada waktu dan tempat yang sama. Itulah PARADOKS! Sama seperti kita tidak bisa melihat dua sisi coin sekaligus dalam waktu dan tempat yang sama. Anda harus berpindah waktu dan tempat untuk melihat sisi lain dari coin tersebut.
Apakah anda mengira ini hanya permainan kata dari Calvinist belaka?
Kekristenan dipenuhi dengan paradoks, karena kekristenan dari Tuhan untuk manusia, dari tak terbatas untuk terbatas. Contoh yang paling jelas adalah mengenai DWI NATUR Kristus. Perhatikan bahwa sekalipun keduanya bersatu dalam Pribadi Kristus namun tidak bercampur. Keduanya berbeda, namun bukan keterpisahan, dengan kata lain: bukan kontradiksi.
Prinsip ini dapat kita terapkan secara analog dalam pengertian God's sovereign and preceptive will dan bukan tanpa alasan. Kita dapat melihat kehendak Allah sebagai kehendak Allah yang dinyatakan "en Christo". Atau, jika Anda tidak menyukai pendekatan ini, ada pendekatan yang lain, yaitu: kedekatan antara sifat paradoks God's sovereign and perceptive will dengan paradoks nature ilahi dan nature manusia Kristus yang dimengerti sebagai paradoks perspektif kekekalan dan perspektif kesementaraan.
Jika kita merenungkan Alkitab, di situ kita melihat bagaimana kedua natur Kristus itu bukan dijelaskan dalam subordinasi, melainkan diperlihatkan dalam waktu yang bergantian. Ketika Dia lapar, kita menyaksikan natur manusia-Nya, sementara natur ilahi-Nya seolah terselubung, tidak nampak pada waktu itu. Sementara pada saat yang lain, ketika Dia mendemonstrasikan kuasa mujizat-Nya, yang mencapai puncak pada peristiwa kebangkitan- Nya, kita menyaksikan dengan jelas natur keilahian-Nya, natur manusia seolah berada di belakang. Alkitab menyatakan kedua perspektif ini secara bergantian dalam satu Pribadi Kristus.
Hal yang sama dapat kita pelajari juga berkenaan dengan kehendak kedaulatan Allah dan kehendak moral Allah. Alkitab menyatakannya dengan bergantian. Ada waktu untuk perspektif kehendak kedaulatan Allah, ada waktu untuk kehendak moral Allah.
Kenapa harus demikian? Sekali lagi, bahwa kita adalah makhluk waktu dan tempat. Kronos kita berbeda dengan kairos Allah.
Ada waktu, ada saat saya menyoroti kehidupan saya dari perspektif kedaulatan Allah: di situ saya terhibur karena tahu dengan pasti Allah memelihara hidup saya dengan setia, bahkan di dalam kegagalan pun saya tidak perlu berputus asa dan tidak lagi berpengharapan karena segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi saya. Saya tidak perlu panik jika saya tidak segera menyaksikan pertumbuhan dalam diri orang lain, karena Allah yang mengatur semuanya itu, saya tidak perlu berusaha menolong Allah karena saya tahu rencana Allah tidak mungkin ada yang gagal.
Ada waktu saya menyoroti kehidupan saya dari perspektif kehendak moral Allah: saya harus bergumul untuk mencari wajah Allah, bergumul tidak melepaskan Allah kecuali Dia memberkati saya, menegur diri dan menyesal ketika kegagalan dan kejatuhan rohani menimpa hidup saya, ketakutan jika Allah tidak lagi hadir dalam kehadiran-Nya yang memberkati, bergumul untuk mendapatkan kepenuhan Roh Kudus agar kesaksian hidup kita berkuasa dan bukan digerakkan oleh kedagingan.
C. Allah Tahu Karena Allah Menetapkan
Semua orang Kristen lahir baru tentunya percaya bahwa Allah memiliki sifat mahatahu. Allah tahu segala sesuatu yang telah terjadi, yang sedang terjadi, maupun yang akan terjadi. Allah tahu tentang segenap perbuatan, kejadian, peristiwa, bahkan pikiran, perasaan, dan hal-hal yang paling tersembunyi sekalipun. Bukan hanya itu saja, Allah juga tahu semua kemungkinan yang bisa terjadi, dan semua alternatif dari realita.
Walaupun Non-Kalvinis mempercayai Allah mahatahu, Kalvinis memiliki pengertian yang lain tentang kemahatahuan. Kalvinis percaya bahwa jika Allah mahatahu, berarti Allah menentukan segala sesuatu. Logika Kalvinis berjalan seperti ini:
“Bayangkan suatu saat (minus tak terhingga) dimana alam semesta, malaikat, manusia, dsb belum diciptakan. Yang ada hanyalah Allah sendiri. Ini adalah sesuatu yang alkitabiah, karena Alkitab jelas mengajarkan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu (Kej 1 Yoh 1:1-3). Pada saat itu, karena Allah itu mahatahu (1Sam 2:3 - "Karena
TUHAN itu Allah yang mahatahu"), maka Ia sudah mengetahui segala sesuatu (dalam arti kata yang mutlak) yang akan terjadi, termasuk dosa. Semua yang Ia tahu akan terjadi itu, pasti terjadi persis seperti yang Ia ketahui. Dengan kata lain, semua itu sudah tertentu pada saat itu. Kalau sudah tertentu, pasti ada yang menentukan (karena tidak mungkin hal-hal itu menentukan dirinya sendiri). Karena pada saat itu hanya ada Allah sendiri, maka jelas bahwa Ialah yang menentukan semua itu.”
Saya akan memperjelas lagi dengan mengambil suatu contoh kasus imajiner, yaitu seorang bernama Budi yang suatu hari tertentu memilih untuk memakai baju merah. Allah sudah mengetahui bahwa Budi akan memakai baju merah pada hari itu. Pengetahuan Allah akan hal ini sudah sejak kekekalan lampau. Dan, pengetahuan Allah tentu tidak dapat salah atau gagal, karena Ia Allah dan Ia mahatahu. Jadi, menurut filosofi Kalvinis, Budi tidak memiliki pilihan lain. Kalau Budi pada hari itu memilih baju biru, maka pengetahuan Allah menjadi salah, dan ini tidak mungkin terjadi. Oleh karena
itu, walaupun tampaknya seolah-olah Budi menggunakan kehendak bebasnya untuk memilih baju merah dari berbagai pilihan berwarna-warni baju di lemari, menurut Kalvinis sebenarnya Budi sudah ditetapkan untuk memilih baju merah,
dan bahwa Budi tidak bisa memilih baju warna lain karena Allah sudah tahu dia akan pilih merah, dan pengetahuan Allah tidak bisa salah.
Sedemikian yakinnya Kalvinis akan jalur logika dan kesimpulan ini, sehingga Boettner berkata, “Kecuali Arminianisme menyangkal pengetahuan lebih dulu dari Allah, ia tidak mempunyai pertahanan di hadapan kekonsistenan logis dari Calvinisme; karena pengetahuan lebih dulu secara tidak langsung menunjuk pada kepastian, dan kepastian
secara tidak langsung menunjuk pada penetapan lebih dulu.”
Bukan hanya itu, Kalvinis juga menyimpulkan bahwa Allah mahatahu karena Ia menetapkan segala sesuatu.
Shedd berkata, “Jika Allah tidak lebih dulu menentukan apa yang akan terjadi, Ia tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi.”15 Warfield menambahkan, “Allah mengetahui lebih dulu hanya karena Ia telah menentukan lebih dulu, dan karena itu juga Ia menyebabkannya terjadi; dengan kata lain, pengetahuan lebih dulu ini pada hakekatnya adalah pengetahuan tentang kehendakNya sendiri.”16 Baik anda Kalvinis maupun Non-Kalvinis, anda perlu membaca dan meresapi apa makna dari pernyataan Kalvinis: Allah tidak bisa tahu suatu peristiwa jika Ia tidak menentukan peristiwa itu. Bukankah ini justru mengecilkan kemahatahuan Tuhan? Sampai dengan titik ini, saya belum memberikan ayat-ayat Alkitab ataupun argumen-argumen untuk menyatakan kesalahan posisi Kalvinis. Sampai dengan titik ini, tujuan utama saya adalah untuk menjelaskan pada anda, apa yang sebenarnya Kalvinis percayai. Oleh karena itulah saya tidak sekedar menjelaskan dengan kata-kata saya sendiri, tetapi mengutip langsung dari sumber-sumber Kalvinis. Boettner, Melanchthon, Pink, Sproul, Palmer, Warfield, Shedd, adalah
nama-nama besar Kalvinis. Mereka diakui oleh dunia sebagai Kalvinis. Masih banyak lagi tokoh Kalvinis yang akan saya kutip nanti. Tetapi saya ingin anda tahu bahwa saya tidak mengada-ada atau melakukan misrepresentasi terhadap
pengajaran Kalvinis.
Tanggapan saya :
Saudara Steven, dengan mengingkari perbuatan diri sendiri tidak serta menjadikan diri anda bebas dari kesalahan yang telah anda lakukan.
Anda telah melakukan misinterpretasi liar dari Calvinisme. Bukan hanya itu, tetapi anda SERINGKALI mengambil ilustrasi2 yang sama sekali tidak menggambarkan Calvinisme tetapi anda katakan itu adalah Calvinisme.
Calvinisme TIDAK PERNAH mengajarkan bhw Allah menetapkan segala sesuatu sehingga manusia tidak memiliki pilihan lain.
Calvinisme MENGAJARKAN bahwa ketetapan Allah selalu bekerja efektif, sehingga walaupun manusia memiliki pilihan lain, ia tetap akan melakukan apa yang telah ditetapkan oleh Allah.
Allah menetapkan Budi memakai baju merah, maka ketetapan Allah itu PASTI terjadi. Tetapi ini tidak menandakan bhw Budi tidak memiliki pilihan lain. Budi masih memiliki pilihan lain. Tetapi ia tidak akan melakukan pilihan lain tersebut, karena keinginan Budi adalah sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh Allah.
Bandingkan dengan pernyataan TOLOL dari Steven Liauw berikut ini :
Sebagai ilustrasi, saya ambil contoh lagi tokoh Budi yang memilih warna baju. Dalam konsep Kalvinis, Allah menentukan Budi untuk memilih baju merah. Ia tidak punya pilihan yang riil sebenarnya. Dari sudut pra-pengetahuan Allah, tindakan Budi sudah PASTI sekaligus HARUS.
Tetapi dalam konsep Alkitabiah, Tuhan tidak menentukan bagi
Budi. Budi benar-benar punya pilihan, apakah merah atau biru. Karena Budi memilih Merah, Allah tahu akan hal itu (di luar waktu). Sehingga, sebelum Budi memilih pun, dari sudut pra-pengetahuan Allah, sudah PASTI dia memilih merah.
Tetapi Budi TIDAK HARUS memilih merah. Kalau Budi memilih biru, maka pengetahuan Allah menjadi “Budi akan memilih biru.” Sekali lagi, maka sejak kekal sudah PASTI Budi memilih biru, walaupun ia TIDAK HARUS memilih biru.
Jadi kita lihat, “peristiwa” pemilihan oleh Budi, menyebabkan “pengetahuan” Allah akan pilihan Budi, walaupun pengetahuan (di luar waktu) itu sebelum peristiwa (dalam waktu).
Steven berpendapat bhw ketetapan Allah BERGANTUNG pada apa yang terjadi didunia nyata.
Pertanyaan saya untuk Steven jawab :
Kalau memang sesuatu itu sudah pasti terjadi didunia, buat apa ditetapkan lagi oleh Allah?
Apa gunanya ketetapan Allah kalau memang peristiwa itu sudah terjadi?
Apakah Allah anda LEBAY?
Belum lagi permainan KONYOL yang menyatakan “PASTI tetapi “TIDAK HARUS”.
Bahasa Indonesia memang memiliki kelemahan dengan banyaknya kata dengan arti yg ambigu (ganda). Seperti contoh kata yg diambil oleh Steven ini.
Ini seperti menyatakan :
“Besok PASTI hujan” (probabilitas 100%).
“Besok TIDAK HARUS hujan” (???) SEHARUSNYA “Besok BELUM PASTI/TIDAK TENTU hujan”.
Penggunaan kata yang membingungkan artinya ini menunjukkan BETAPA membingungkan juga doktrin manusia yang dianut oleh Steven ini.
Andaikata istilah diatas tetap dipaksa untuk digunakan dalam kasus Budi, maka tetap akan menghadapi kendala logika yang SANGAT AKUT :
Kalau memang Budi PASTI memilih merah, maka Budi HARUS memilih merah, walaupun saat itu dia punya pilihan warna baju lain. Kalau memang pada akhirnya Budi tidak memilih merah (memilih biru), maka TIDAK BISA DIKATAKAN : “Budi PASTI memilih merah”. Pernyataan ‘Budi PASTI memilih merah’ HARUS diganti dengan ‘Budi BELUM TENTU memilih merah’.
Kalau teori Steven ini dikaitkan dengan ketetapan Allah, maka yang terjadi adalah TIDAK ADA SATUPUN ketetapan Allah yang bersifat PASTI, semuanya serba kemungkinan yang tidak pasti. Dengan kata lain, Steven sedang mengutarakan konsep keallahannya yang tidak berdaulat dan tidak berkuasa apa-apa didalam ketetapan-Nya. Keallahan yang BERGANTUNG MUTLAK pada probabilitas realita yang ada. Itu adalah ‘Allah’nya Kristen Fundamental.
Nah, sebelum saya menjelaskan letak kesalahan dari premis dasar Kalvinisme, saya ingin mengajak pembaca sekalian untuk melihat konsekuensi dari premis dasar Kalvinisme. Saya ingin tahu, jika seseorang memegang pandangan Kalvinisme ini secara konsisten, apa yang akan terjadi. Keterangan dari Steven Liauw : Adalah kebiasaan Kalvinis, untuk mengelompokkan semua orang yang bertentangan dengan dirinya sebagai “Arminian.” Ini adalah taktik tentunya. Dengan demikian, mereka hanya perlu menjelek-jelekkan segala sesuatu yang berkaitan dengan Arminian. Orang akan ngeri dengan “Arminianisme,” dan mengaku Kalvinis hanya agar tidak disebut Arminian. Padahal, kelompok Non-Kalvinis berasal dari berbagai spektrum. Banyak yang memiliki pengajaran yang berbeda dengan James Arminius.
Tanggapan saya :
Adalah kebiasaan dari Suhento Liauw dan kroni-kroninya yang ada di tubuh Kristen Fundamental untuk menyebut orang diluar alirannya sebagai ‘TIDAK ALKITABIAH’.
Ini adalah taktik mereka didalam mendiskreditkan kelompok diluar aliran Kristen Fundamental dan cara mereka menambah jumlah anggotanya dengan klaim sepihaknya agar orang-orang bergabung dengan Kristen Fundamental dan memakai cap “ALKITABIAH”.
Saya tidak sekedar omong kosong. Ini dibuktikan dengan adanya label ‘ALKITABIAH’ didalam setiap artikel atau buku2 yang diterbitkannya, misal : doktrin keselamatan Alkitabiah, doktrin gereja Alkitabiah, doktrin Allah Alkitabiah, kedaulatan Allah dan kebebasan manusia yang Alkitabiah, dll.
Hahaha….Alkitabiah dari Hongkong?
Kesetujuan dan ketidaksetujuan dari Calvinisme dan Armenianisme adalah dalam hal 5 point ini (TULIP). Calvinisme setuju dengan SEMUA point diatas, sedangkan Armenianisme tidak setuju minimal satu dari issue tsb.
Jelas bahwa Suhento Liauw dan kroni-kroninya tidak setuju dengan kelima point TULIP itu menandakan bahwa mereka adalah Armenianisme.
Ini bukan untuk mendiskreditkan kelompok yang lain yg menentang Calvinisme, tetapi ini hanya untuk memisahkan keduanya menjadi berbeda.
‘Armenianisme’ TIDAK berkonotasi negative. Armenianisme sama seperti Calvinisme, hanyalah sebuah nama ajaran yang memandang berbeda mengenai keselamatan yang diajarkan oleh Alkitab. Tetapi entah kenapa Steven Liauw memakai issue nama aliran ini sebagai alasan untuk menjelekkan atau mendiskreditkan Calvinisme. Tentunya dari polah tingkah pembesar Kristen Fundamental kita mengetahui bahwa mereka sangat membenci Calvinisme/Reformed, dan mereka sangat ingin namanya (Suhento Liauw cs) dan nama alirannya (Kristen Fundamental) menjadi besar di Indonesia ini bahkan dunia seperti aliran2 lain yang sudah besar, Reformed/Calvinisme, Karismatik, Baptis, Pentakosta, dll.
Kiranya melalui bantahan saya lewat artikel ini membuka kedok asli mereka, bahwa ajaran-ajaran mereka sangat tidak Alkitabiah dan mereka bermaksud licik didalam usaha mereka memfitnah Calvinisme sebagai ajaran setan.
III. Konsekuensi Pandangan Kalvinisme
Logika dan Alkitab mengajarkan kita bahwa untuk segala tindakan dan kepercayaan, pasti ada konsekuensi yang mengikuti. “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Gal. 6:7). Oleh sebab itulah kita mengajari anak-anak kita bahwa tindakan mereka akan membawa
konsekuensi. Kalau mereka nakal, kita pukul atau hukum untuk mengajarkan konsekuensi negatif untuk tindakan seperti itu. Sebaliknya kalau mereka melakukan yang baik, kita beri insentif. Ini kita lakukan, karena kita ingin menanamkan
pada anak-anak bahwa tindakan dan perilaku mereka akan membawa konsekuensi.
Sebagai contoh lain, Alkitab selalu mengajarkan bahwa orang yang sungguh-sungguh beriman, pasti akan menghasilkan buah. Iman sejati selalu diikuti oleh pekerjaan baik. Memang ada orang yang tidak memiliki buah walaupun
mengklaim diri percaya pada Tuhan Yesus. Tentunya mereka ini tidak benar-benar percaya. Demikian juga dengan Kalvinisme. Jika premis dasar Kalvinisme benar, yaitu bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu sejak kekekalan, bahkan dosa, dan bahwa kemahatahuan Allah (yang adalah karena penetapanNya) menyebabkan manusia tidak memiliki pilihan lain selain apa yang Allah tetapkan itu, maka:
A. Manusia Tidak Memiliki Kehendak Bebas
Jika Tuhan sudah menetapkan segala sesuatu, termasuk tindakan, pikiran, dan keputusan semua makhlukNya, sebagaimana diajarkan Kalvinisme, maka secara logis tidak ada satupun makhluk yang memiliki kehendak bebas. Manusia pun tidak memiliki kehendak bebas.
Tanggapan saya :
Salah satu hal yang ditetapkan Tuhan didalam dekrit kekalnya adalah freewill. Kedaulatan Allah didalam ketetapan kekal-nya tidak menghapuskan kebebasan manusia melainkan memberikannya secara cukup dan memuaskan bagi manusia untuk melaksanakan kehendak bebasnya baik itu baik maupun jahat bagi penggenapan seluruh rencana kekal Allah.
Bahkan, kalau mau dipikirkan secara konsisten, maka kita tidak bisa mengatakan, “keputusan Budi untuk memakai baju merah.” Keputusan itu bukanlah keputusan Budi, melainkan keputusan atau ketetapan Allah. Budi hanyalah agen pelaksana ketetapan Allah. Jika diteruskan secara logis dan konsisten, maka premis dasar Kalvinisme (Allah menetapkan segala sesuatu) menjadikan seluruh ciptaan Allah dan seluruh rangkaian peristiwa sejak penciptaan hingga kekekalan nanti, sebagai sebuah sandiwara atau film yang sudah dinaskahkan. Setiap kata-kata, tindakan, dan aksi, telah dinaskahkan sesuai dengan keinginan sutradara. Manusia, anda dan saya, hanyalah salah satu pemain, yang tidak dapat melakukan apapun selain dari yang telah dinaskahkan (didekritkan sejak kekekalan). Lebih parah lagi, seorang aktor masih memiliki ruang improvisasi, tetapi Kalvinis menyatakan bahwa hal yang terkecil pun sudah ditetapkan oleh Tuhan. Dengan kata lain, manusia tidak lebih dari robot, yang harus melakukan ketetapan Allah. Kalau ada yang protes, saya hanya perlu mengingatkan bahwa adalah Kalvinis (John Gill) yang mengatakan: “Pendeknya, segala sesuatu tentang semua individu di dunia, yang pernah ada, yang ada, atau yang akan ada, semuanya sesuai dengan dekrit-dekrit Allah, dan menurut pada dekrit-dekrit itu.” Kalau manusia membuat robot, tentunya segala tindakan, perkataan, dan sifat dari robot itu, adalah sesuai dengan programnya. Bukankah ini sama dengan deskripsi Kalvinis, bahwa segala tindakan, perkataan, dan segala sesuatu mengenai individu, sesuai dan menurut pada “dekrit” (program) Allah? Allah tentu jauh lebih canggih dari manusia, sehingga kalau Allah membuat robot, dia bisa membuat robot itu memiliki perasaan dan kesadaran diri. Tidakkah pandangan Kalvinis membuat manusia masuk ke dalam kategori robot robot canggih? Robot yang sadar diri dan memiliki perasaan. Robot yang berpikir bahwa ia memilih sesuatu, yang mengira bahwa ia memutuskan berbagai hal, tetapi yang bagaimanapun juga adalah robot karena ia tidak bisa melakukan selain dari “program”nya (dekrit Allah).
Kalvinis sering membantah dan mengatakan bahwa dia percaya manusia punya kehendak bebas. Budi Asali berkata, “...Allah menentukan segala-galanya, dan itu berarti bahwa Allah juga menentukan bahwa orang itu akan melakukan tindakan itu secara bebas.” Dalam kalimat lain, Asali memperjelas, “Sekalipun Allah menentukan dan mengatur terjadinya dosa, tetapi saat dosa itu terjadi, manusia melakukan dosa itu dengan kemauannya sendiri! Ini menunjukkan bahwa kebebasan manusia tidak dibuang!”
Tetapi permasalahannya adalah, Kalvinis memiliki suatu definisi “bebas” yang aneh. Walaupun tindakan itu sudah ditetapkan Allah, dan manusia tidak bisa melakukan selain dari ketetapan itu, manusia masih dikatakan “bebas.” Webster mendefinisikan “free will” (Indonesia: kehendak bebas) sebagai berikut: Jadi, jelaslah bahwa “ kehendak bebas” berarti dapat memilih antara dua atau lebih alternatif. Jika tidak bisa memilih alternatif lain, maka tidak ada kebebasan. Argumen Kalvinis bahwa “walaupun Allah menentukan, tetapi manusia melakukannya dengan kemauan sendiri,” adalah suatu tipuan! Menurut Kalvinis, segalanya ditentukan Allah. Jadi, kemauan orang itupun ditentukan Allah! Orang itu mau melakukan suatu tindakan, karena Allah menetapkan bahwa dia mau! Dia tidak bisa tidak mau! Dia tidak punya pilihan! Dia tidak bisa mau melakukan apapun selain yang Allah tetapkan! Apakah manusia seperti ini bisa dikatakan memiliki kehendak bebas? Tidak mungkin, kecuali anda meredefinisi “bebas”! Yang paling baik yang bisa dikatakan Kalvinis adalah: Allah menciptakan manusia yang merasa bebas, mengira dirinya bebas, dan bahkan seolah-olah bebas, tetapi sebenarnya, semua tindakan, perasaan, pilihan, pikirannya, telah ditentukan Allah dalam dekrit-dekrit rahasia sejak kekekalan.
Jelas sekali bahwa Kalvinisme yang konsisten membawa kepada konsekuensi bahwa manusia tidak bebas. Kalvinisme sendiri mencoba untuk membenturkan antara kebebasan Allah dengan kemahatahuan Allah. Kalau Allah mahatahu, kata Kalvinis, artinya manusia tidak bisa memilih selain dari yang diketahui Allah. Jadi, Kalvinis sendiri
sebenarnya mengakui bahwa manusia tidak bebas! Tetapi dengan tarikan nafas lain, dia mau mengatakan manusia itu bebas! Ini namanya berbicara dolak-dalik, atau bisa juga disebut tidak konsisten!
Tanggapan saya :
Saudara Steven, keliatannya anda mempunyai konsep diri yang negative. Ini dibuktikan dengan sikap anda yang selalu meredefinisi istilah-istilah yang orang lain pakai apa adanya dengan benar. Makanya tak heran anda tersandung sendiri dengan istilah-istilah yang telah anda redefinisi, bahkan anda memperolok diri sendiri dengan sikap anda yang negative tsb dengan mempertontonkannya dimuka umum.
Amsal 13:16 Orang cerdik bertindak dengan pengetahuan, tetapi orang bebal membeberkan kebodohan.
Berhubung anda sudah membeberkan mengenai definisi kehendak bebas dalam artikel anda di baris bawah, maka saya akan memaparkan bagaimana Calvinisme mendefinisikan ‘kehendak bebas’. Saya mewakili kaum Calvinisme didalam berdebat dengan anda akan mengutarakan apa yang saya ketahui mengenai definisi (‘bebas’) tsb. Tolong jangan diredefinisi lagi, Dok!
Kehendak bebas adalah kehendak untuk memilih sejumlah pilihan-pilihan yang ada tanpa adanya intervensi, tekanan atau paksaan dari pihak lain, hanya diri sendiri saja yang melakukan pemilihan itu dengan bebas sesuai dengan inklinasi/kecenderungannya.
Saya memilih memakai baju merah dengan garis-garis motif keemasan karena hari ini adalah perayaan imlek. Saya menentukan pilihan saya tanpa adanya paksaan dari pihak luar. Saya menentukan pilihan saya karena saya CENDERUNG memandang imlek selalu berkaitan dengan sukacita, optimisme dan kemakmuran. Pilihan saya hanya ditentukan oleh diri saya sendiri berdasarkan nilai. Mungkin ada orang yang menilai imlek adalah bukan apa-apa karena ia bukan berasal dari golongan Tionghoa atau ia tidak harus berbuat apa-apa karena suatu sikap toleransi/tenggang rasa etnis karena ia pikir tidak seharusnya toleransi disikapi demikian. Ini berkaitan dengan apa yang pikiran kita mengerti mengenai nilai.
Kebebasan kita ditentukan juga oleh SIAPA kita. Kita adalah manusia yang mempunyai kemampuan alamiah yang terbatas sesuai dengan apa yang diberikan Pencipta kita kepada kita. Ini tidak bisa diganggu gugat karena ini adalah hak prerogative Pencipta. Misal : saya ingin terbang tinggi ke angkasa bak burung rajawali. Tetapi saya tidak dapat mewujudkan kehendak bebas saya tersebut dikarenakan Pencipta saya tidak memperlengkapi saya kemampuan alamiah untuk terbang. Saya hanya dapat terbang kalau menggunakan suatu alat, yaitu pesawat terbang.
Kita juga adalah manusia yang telah jatuh didalam dosa. Alkitab menyatakan bhw seluruh manusia telah berdosa didalam Adam. Kecenderungan hati kita adalah membuahkan kejahatan semata-mata.
Kejadian.6:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata
Tentu saja ini berpengaruh pada kehendak bebas kita. Kejahatan telah membatasi kehendak bebas kita hanya kepada pilihan yang buruk. Ini dinamakan kemampuan moral. Kemampuan moral manusia telah rusak ketika Adam berdosa di taman eden.
Roma.3:23 Karena semua orang telah ber(buat) dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (keterangan : seharusnya kata ‘berbuat’ tidak ada.Bandingkan dengan versi KJV : “For all have sinned..”)
Makanya tak heran kalau Alkitab memakai ilustrasi kematian untuk menggambarkan kerohanian manusia berdosa.
Efesus.2:1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
2:2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
2:3 Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
2:4 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita
2:5 telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan --
Alkitab menggambarkan bhw orang berdosa hidup didalam hawa nafsu daging dan menuruti keinginannya yang jahat. Orang yang hidup dibawah keinginan daging tidak mungkin berkenan kepada Allah.
Roma 8:8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.
Dosa telah mempengaruhi nature kebebasan dari kehendak manusia. Orang berdosa selalu bebas untuk berbuat dosa tetapi tidak bebas untuk berbuat baik. Perbuatan baik manusia hanyalah secara lahiriah (kulitnya saja), dan ini pada dasarnya adalah kejahatan dimata Allah, karena perbuatan tsb tidak dilakukan didalam hukum2 Allah dan dengan motivasi dan tujuan yang benar.
Kebebasan bukanlah otonomi. Kaum Kristen Fundamental cenderung mendefinisikan kebebasan sebagai kebebasan yang mutlak dan seluas-luasnya sehingga kebebasan Allahpun sampai harus dikalahkan demi kebebasan manusia. Benar-benar suatu ajaran yang humanisme. Kaum Fundamental seringkali memandang bahwa kalau kepentingan Allah dan menusia berbenturan, maka Allah harus dalam posisi kalah dan manusia harus dalam posisi menang, atau kalau tidak maka Allah telah melakukan perbuatan semena-mena. Perbuatan semena-mena adalah dosa.
Manusia tidak harus mempunyai otonomi untuk dapat bebas. Kebebasan kita yang terbatas sesuai dengan nature kita ini sudah cukup bagi kita untuk melaksanakan apapun keputusan kita berkaitan dengan hidup ini. Kita bebas tetapi kebebasan kita terbatas. Batas kita adalah kedaulatan Allah. Pernyataan kaum Kristen Fundamental yang mengklaim bahwa “kedaulatan Allah tidak akan membatasi kebebasan manusia” SEPATUTNYA kita balikkan menjadi : “kebebasan manusia tidak akan pernah dapat membatasi kedaulatan Allah”. Itulah yang diartikan sebagai “kebebasan” dan “kedaulatan”. Kebebasan tidak kehilangan artinya, pun kedaulatan tidak kehilangan esensinya.
Allah memberi kebebasan yang cukup bagi manusia untuk mentaati Dia atau melawan Dia. Calvinisme tidak pernah mengajarkan bhw Allah membatasi manusia dengan ketetapan kekal-Nya. Allah tidak melanggar apa-apa dalam keputusan-Nya, dan ini tidak mungkin terjadi karena Ia adalah standar bagi semua kebenaran sehingga tidak bisa dikatakan bhw Ia telah melakukan kesalahan dengan melanggar kebebasan manusia. KEDAULATAN ALLAH DIDALAM KETETAPAN KEKAL-NYA TIDAK MENGHAPUSKAN KEBEBASAN MANUSIA MELAINKAN MEMBERIKANNYA SECARA CUKUP DAN MEMUASKAN BAGI MANUSIA UNTUK MELAKSANAKAN KEHENDAK BEBASNYA BAIK ITU BAIK MAUPUN JAHAT BAGI PENGGENAPAN SELURUH RENCANA KEKAL ALLAH.
B. Manusia Tidak Bertanggung Jawab Atas Tindakannya
Jika Allah telah menetapkan segala sesuatu, termasuk tindakan dan pikiran makhluk-makhluk ciptaanNya, dan makhluk-makhluk itu tidak dapat melakukan selain yang ditetapkan Allah, maka makhluk-makhluk itu tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka. Ini sebenarnya adalah konsekuensi yang mudah dimengerti dan mengalir secara logis dari konsekuensi yang pertama. Manusia yang telah ditentukan segala tindakan, pikiran, dan kemauannya, sejak kekekalan, adalah manusia yang tidak bebas dan bisa disamakan dengan robot. Manusia yang telah diprogram ini (telah didekritkan segala sesuatu tentang dirinya), dan yang tidak dapat bertindak selain sesuai programnya (dekrit), tentunya tidak bertanggung jawab atas isi “program” (dekrit) tersebut.
Sebenarnya manusia mengerti akan hal ini dengan amat jelas. Bahkan Kalvinis pun mengerti akan hal ini jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada seorang Kalvinispun yang akan menyalahkan gerbong kereta api ketika kereta api menabrak orang. Kereta api itu hanya dapat berjalan di rel yang dibuat untuknya. Ia tidak dapat
menyimpang ke kiri atau ke kanan. Walaupun gerbong kereta api itulah yang bergerak sepanjang rel, dan walaupun gerbong kereta api itulah yang menabrak, tetapi ia sama sekali tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi. Semuanya sudah ditentukan oleh oknum lain di luar dirinya. Oleh karena itu, Kalvinis yang se-Hyper apapun, tidak akan menuntut gerbong kereta api ke pengadilan. Jika ada pihak yang harus dituntut, maka itu adalah orang yang mengendalikan kereta itu, yang memilihkan rel baginya, dan yang mengatur kecepatannya. Ini membawa kita kepada konsekuensi yang ketiga.
Tanggapan saya :
Dr.Steven, setelah anda pusing tujuh keliling dengan Calvinisme, jangan lantas membuat teori dan ilustrasi sendiri dan dikenakan padanya.
Robot tidak punya hati dan pikiran. Ini BERBEDA TOTAL dengan manusia. Seandainya mau dikatakan bhw robot tsb cerdas, TETAP saja ia robot BUKAN manusia yg mempunyai hati dan pikiran. Apa anda hendak berargumentasi bhw robot tsb mempunyai hati dan pikiran???Hahahaha…ROBOCOP maksud anda??ahahaha…
Kalaulah si Masinis tersebut adalah Allah dan ternyata Ia telah berbuat kelalaian dengan menabrakkan kereta api tsb, betapa bodohnya Ia! Lebih baik anda saja yang berganti jabatan sebagai si masinis daripada Allah. Anda setuju?
Rencana Allah tidak mungkin gagal. Kalau gagal, itu hanya ada dibenak anda, dan untuk ini ilustrasi anda cocok untuk dipakai buat penggambaran ‘Allah’ yang gagal.
Kedaulatan Allah yang mutlak atas alam semesta dan seisinya ini membuatnya mampu melaksanakan apa yang telah dijanjikanNya didalam Alkitab.
Ayub. 42:2 "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal
Yesaya.46:10 yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan,
Silahkan dibaca ulasan saya diatas.
C. Allah Bertanggung Jawab Atas Tindakan CiptaanNya
Jika Allah menentukan segala sesuatu, maka Allahlah yang bertanggung jawab atas segala sesuatu! Ini adalah pernyataan yang sederhana namun benar! Ingat bahwa adalah Kalvinis sendiri yang ngotot bahwa Allah menentukan segala sesuatu, dari hal besar hingga hal remeh. Mereka bersikukuh mengatakan bahwa Allah menentukan segala
tindakan dan pikiran manusia. Mereka bahkan bangga dengan doktrin yang mengajarkan bahwa Allah menentukan Adam untuk berdosa! Jika Kalvinisme itu konsisten, maka mereka harus juga mengajarkan bahwa Allah bertanggung jawab atas segala tindakan itu, dan bahwa Allah bertanggung jawab atas dosa. Jangankan mengendalikan seluruh dan setiap detil kehidupan seseorang, membuat kebijaksanaan yang mempengaruhi orang lain saja harus bertanggung jawab. Jika saya sebagai dosen membuat keputusan bahwa mahasiswa saya tidak boleh ada yang membaca buku, maka saya harus bertanggung jawab ketika mahasiswa saya semuanya tidak lulus. Ini barulah suatu kebijaksanaan umum. Betapa besarnya lagi tanggung jawab seorang dosen yang punya kuasa
untuk membuat mahasiswanya rajin atau malas, yang dapat mengatur bagaimana mereka menghabiskan setiap waktu mereka, yang dapat menentukan setiap langkah mereka, yang dapat mengontrol setiap pilihan dan kemauan mereka!
Manusia yang memiliki akal sehat tidak dapat menerima alasan seorang pengendara mobil yang menabrak mati pejalan kaki, yang lalu menyalahkan mobilnya. Memang mobil itulah yang menabrak, bukan tubuh si pengendara, tetapi mobil itu dikendalikan setiap gerakannya oleh sang pengendara. Semua orang tahu, bahwa oknum yang mengendalikan, mengontrol, dan menetapkan adalah yang harus bertanggung jawab. Hakim yang masih waras tidak mungkin menyalahkan mobilnya, melainkan pengontrol mobil. Ah, Kalvinis tersenyum di sini! “Analogi anda salah total,” kata
mereka, “karena mobil benda mati yang tidak berkehendak, sedangkan manusia itu hidup dan berkehendak. Bahkan dosa itu dilakukan dengan senang hati oleh manusia dengan bebasnya!”
Tetapi sekali lagi kita perlu mengkaji, bagaimanakah bisa dikatakan bahwa manusia melakukan itu dengan bebas, jika dia tidak bisa melakukan yang lain? Bagaimanakah itu bisa dikatakan bebas jika sudah ditentukan? Ini adalah kontradiksi. Mengenai bahwa manusia melakukan dosa dengan senang hati, kita perlu mengingatkan Kalvinis, bahwa
menurut doktrin mereka, itupun telah ditetapkan oleh Allah. Jika Allah menetapkan segala sesuatu, maka Allah menetapkan manusia untuk melakukan dosa, dan untuk melakukan dosa itu dengan senang hati. Kalvinis mengajarkan bahwa hati manusia senang akan dosa karena sudah bobrok total. Tetapi mengapakah manusia bobrok total? Karena ia sejak awal jatuh ke dalam dosa. Tetapi mengapakah ia jatuh ke dalam dosa? Karena Allah menentukannya. Oleh karena itu, Kalvinis tidak bisa mengajarkan bahwa Allah menentukan segala sesuatu, sekaligus membebaskan Allah dari tanggung jawab terhadap dosa. Hal tersebut adalah kontradiksi.
Tanggapan saya :
Manusia melakukan dosa atas freewillnya sendiri. Allah tidak pernah memaksa manusia untuk memakan buah pengetahuan baik dan jahat. Allah tidak pernah memaksa Yudas menjual Yesus. Manusia lebih mengingini buah tsb karena baik untuk dimakan, sedap dipandang mata dan menarik hati, daripada mentaati perintah Allah. Yudas menjual Yesus karena ia lebih mengingini tiga puluh keping perak daripada cinta Yesus.
Manusia yang berbuat koq anda menyatakan bhw Allah harus bertanggungjawab? Anda ingin menghindari tanggung jawab atas dosa-dosa anda memfitnah Calvinisme?
Saudara Steven, silahkan anda berlaku sebagai dosen yang norak atau sebagai pengendara mobil yang ugal-ugalan. Itu tanggung jawab anda kalau ada mahasiswa yang bodoh atau ada orang tertabrak mobil anda. Jangan lemparkan itu ke Tuhan! Ini hanya akan menandakan satu hal bahwa sifat berdosa Adam dan Hawa telah mengakar didalam diri anda, dan anda belum menerima pembebasan darinya oleh Kristus. Bertobatlah!
Kalau anda mengajar dengan tidak baik dan mengendarai mobil dengan seenaknya, itu menandakan bahwa anda bebas melakukan kehendak bebas anda sendiri. Itulah ketetapan Allah atas diri anda : memberikan kehendak bebas sesuai keinginanmu.
Penetapan Allah bukan bertujuan untuk membatasi kehendak bebas manusia, melainkan meneguhkan kehendak bebas manusia sehingga ia akan mengingini dan melaksanakan sesuatu sesuai dengan kehendaknya yang bebas dimana itu sesuai dengan ketetapan Allah sehingga rencana Allah tergenapi demi kemuliaanNya semata.
KEDAULATAN ALLAH DIDALAM KETETAPAN KEKAL-NYA TIDAK MENGHAPUSKAN KEBEBASAN MANUSIA MELAINKAN MEMBERIKANNYA SECARA CUKUP DAN MEMUASKAN BAGI MANUSIA UNTUK MELAKSANAKAN KEHENDAK BEBASNYA BAIK ITU BAIK MAUPUN JAHAT BAGI PENGGENAPAN SELURUH RENCANA KEKAL ALLAH.
IV. Penolakan Kalvinis Akan Konsekuensi Kalvinisme
A. Tidak Konsisten Secara Logis
Kita telah melihat di atas, bahwa segala sesuatu memiliki konsekuensi. Kalvinisme, yang mengajukan premis dasar bahwa Allah menentukan segala sesuatu, juga tidak terlepas dari hukum sebab-akibat ini. Mereka tidak bisa berkata: “Karena kami Kalvinis, kami tidak perlu menerima konsekuensi logis dari premis dasar kami.”
Tanggapan saya :
Tidak tahu malu! Sudah tahu bahwa yang anda katakan bukan Calvinisme, sekarang malah ambil kesimpulan sendiri. Anda sedang menyimpulkan ajaran anda yang salah mengenai Calvinisme.
Namun demikian, mayoritas Kalvinis menolak konsekuensi logis dari kepercayaan mereka sendiri. Mereka tetap mempertahankan bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu, segala tindakan dan pikiran manusia, namun tidak mau mengakui bahwa dengan demikian manusia tidak bebas. Mereka kekeh bahwa manusia bebas, walaupun segala sesuatu tentang manusia telah ditentukan sebelumnya. Lebih lanjut lagi, Kalvinis tetap mempersalahkan manusia, walaupun manusia itu hanyalah melakukan apa yang ditetapkan. Budi Asali, misalnya, mengatakan: “Pada waktu manusia berbuat dosa, ia tetap bertanggung jawab terhadap Allah akan dosanya itu, artinya ia tetap akan dihukum karena dosanya itu...... Karena itu jangan sembarangan berbuat dosa, apalagi dengan alasan bahwa dosa itu sudah ditentukan oleh Allah!”
Jadi, Kalvinis mengajarkan bahwa manusia akan dihukum karena melakukan sesuatu yang Allah tentukan! Ini hanya logis dalam dunia Kalvinis. Dalam dunia nyata, ini sama sekali tidak logis. Seorang Jenderal yang baik tidak akan menghukum prajurit bawahannya yang hanya menjalankan instruksi Jenderal itu sendiri, tidak peduli apakah prajurit itu senang atau tidak senang ketika melakukan perintah itu. Anda ada di dunia nyata atau di dunia imajiner Kalvinis?
Tanggapan saya :
Anda menggambarkan Allah sebagai jenderal yang berbuat kesalahan? Anda ngelindur?
Udah mabok dengan Calvinisme ala Kristen Fundamental?
Allah tidak pernah menginstruksikan manusia untuk berbuat dosa. Kalau anda menuduh Allah telah berbuat demikian, ini hanya menunjukkan pemberontakan anda terhadap Allah.
Coba kita ambil kasus kejatuhan Adam ke dalam dosa. Kita telah mengutip tokoh-tokoh Kalvinis yang menegaskan bahwa adalah ketentuan Allah agar Adam jatuh ke dalam dosa. Dalam tarikan nafas yang sama, para Kalvinis mengatakan bahwa Adam, dan juga segala anak cucu Adam, harus bertanggung jawab atas dosa Adam tersebut!
Apakah anda bisa melihat keanehan di sini? Supaya Adam tidak dihukum, artinya dia harus tidak boleh jatuh ke dalam dosa! Sedangkan Allah menentukan supaya Adam berdosa. Artinya, supaya Adam tidak dihukum, dia harus melawan keputusan Allah (yang tidak bisa dilawan). STOP! Sebentar dulu, bukannya justru orang yang melawan keputusan Allah itu yang dihukum? Tetapi kalau Adam mengikuti keputusan Allah, dia jatuh dalam dosa, dan dia harus dihukum! Kalau Adam tidak mengikuti keputusan Allah, bukankah itu melawan Allah juga? Dan bukankah itu dosa juga? Artinya,
mengikuti keputusan Allah atau tidak mengikuti keputusan Allah, Adam harus kena hukum. Tetapi kita harus ingat bahwa ini hipotetis, karena menurut Kalvinis, sebenarnya Adam tidak bisa tidak melakukan keputusan Allah. Jadi, pada intinya, Allah sudah menetapkan Adam dan seluruh manusia untuk dihukum. Dosa hanyalah cara Tuhan membenarkan hukuman tersebut!
Bukan hanya itu saja, premis Kalvinis bahwa Allah menetapkan segala sesuatu juga menciderai pribadi Allah sendiri. Allah jelas-jelas menyuruh Adam untuk tidak makan buah terlarang di tengah taman Eden tersebut (Kej. 2:16- 17). Namun Kalvinis ingin meyakinkan kita, bahwa Allah menentukan Adam untuk melanggar perintahNya sendiri. Tidak berhenti sampai di sana, lalu Allah menghukum dan menyalahkan Adam karena telah melaksanakan apa yang Allah tetapkan dalam dekrit yang tak dapat Adam lawan. Kalau hal yang sama dilakukan oleh manusia, kita semua tidak akan ragu-ragu untuk memvonisnya sebagai pribadi yang sangat licik dan jahat. Apakah itu Allah yang anda percayai? Saya katakan bahwa Allah dalam Alkitab tidak berlaku seperti itu! Oleh karena itulah saya katakan bahwa “allah” Kalvinis berbeda dengan Allah saya. Dan oleh sebab itu pulalah saya katakan bahwa Kalvinisme adalah serangan terhadap pribadi Allah itu sendiri!
Tetapi, apakah Kalvinis mau mengikuti aturan logika dalam hal ini? Jawabannya adalah tidak. Mayoritas Kalvinis tidak mau menerima konsekuensi bahwa premis dasar mereka membuat manusia menjadi robot-robot canggih (yang punya kesadaran diri, bahkan yang merasa melakukan tindakan itu atas “kehendaknya” dan “kemauannya” sendiri, tetapi
yang sebenarnya telah ditentukan segala-galanya, termasuk “kehendak” dan “kemauan” tersebut). Kalvinis tidak mau mengakui bahwa ajaran mereka membuat manusia lepas dari tanggung jawab dosa. Justru, teman-teman mereka yang mau menerima konsekuensi Kalvinisme, mereka cap sebagai “Hyper” Kalvinis. Sebenarnya, Hyper-Calvinist hanyalah orang-orang yang secara konsisten menerapkan premis dasar Kalvinisme bahwa Allah menetapkan segala sesuatu.
Tanggapan saya :
Kehendak moralitas Allah tidak pernah mengharuskan manusia berbuat dosa tetapi menginginkan setiap manusia hidup dalam kebenaran didalam firmanNya. Kalau manusia melanggar kehendak Allah ini maka ia berdosa!
Dekrit kekal Allah harus terjadi dan tidak bisa dilawan oleh siapapun juga. Dan itu tidak membatasi apapun juga tetapi mengukuhkan dan menetapkan segala sesuatu untuk berjalan sebagaimana adanya sesuai dengan ketetapan Allah tsb.
Anda menyamakan keputusan kekal Allah dimana itu berhubungan dengan kehendak dekretif Allah dengan kehendak Allah dalam perspektif moral-Nya. Benar-benar mengenaskan!
Tak heran kesimpulan anda sangat kacau, kerena pengertian anda mengenai Calvinisme dan istilah Alkitab juga amburadul.
Anda bukan sedang menyimpulkan Calvinisme melainkan pendapat anda yang salah mengenai Calvinisme.
Silahkan disimak mengenai ‘kehendak Allah’ yang sudah saya bahas diatas!
Lalu apa jawab mereka terhadap ketidakkonsistenan logis yang muncul?
Asali mewakili para Kalvinis dengan jawaban: “Terus terang, tidak ada orang yang bisa mengharmoniskan 2 hal yang kelihatannya bertentangan ini.” Asali bukan satu-satunya Kalvinis yang melarikan diri dari logika dengan cara demikian. Spurgeon berkata, “Bagaimana dua hal ini bisa benar saya tidak bisa mengatakan....Saya tidak yakin bahwa
di surga kita akan bisa mengetahui dimana tindakan bebas manusia dan kedaulatan Allah bertemu, tetapi keduanya adalah kebenaran yang besar. Allah telah mempredestinasikan segala sesuatu tetapi manusia bertanggungjawab.” Jadi, Spurgeon berkata bahwa bahkan di Surga pun mungkin kita tidak akan bisa menjelaskan kontradiksi antara kebebasan manusia dan kedaulatan Allah! Apakah tidak lebih baik untuk berkesimpulan bahwa justru konsep kedaulatan Allah Kalvinislah yang salah? Perlukah kita ngotot sedemikian rupa hanya untuk mempertahankan suatu filosofi?
Jika sedang mengargumentasikan poin-poin mereka, Kalvinis senang sekali menggunakan logika. Bahkan mereka menuntut bahwa kita, non-Kalvinis, harus mengikuti alur logika yang mereka sampaikan. Sebagai contoh, ketika sedang
mengargumentasikan bahwa kemahatahuan Allah berarti manusia tidak memiliki pilihan, Boettner berkata: “Kecuali Arminianisme menyangkal pengetahuan lebih dulu dari Allah, ia tidak mempunyai pertahanan di depan kekonsistenan yang logis dari Calvinisme; karena pengetahuan lebih dulu secara tidak langsung menunjuk pada kepastian, dan
kepastian secara tidak langsung menunjuk pada penetapan lebih dulu.”
Saya menekankan frase “kekonsistenan yang logis dari Calvinisme.” Kalau begitu, Boettner, mengapa tidak melanjutkan logika yang konsisten itu dan menyimpulkan bahwa kalau segala sesuatu sudah ditentukan Allah secara pasti, maka manusia tidak bebas? Mengapa tidak menggunakan logika yang telah diberikan Tuhan dan menyimpulkan bahwa jika manusia ditentukan untuk berdosa, maka berarti manusia tidak perlu dihukum, karena ia sekedar melakukan dekrit Tuhan? Di manakah kekonsistenan yang logis dari Calvinisme itu saat berhadapan dengan konsekuensi dari
pengajaran mereka sendiri? Mereka begitu ngotot dengan logika di satu sisi, tetapi ketika pengajaran mereka tidak konsisten, mereka mencari perlindungan di balik “misteri,” “rahasia Allah yang tidak dapat diselami,” “dua hal yang tidak dapat dijelaskan,” “dua hal yang nampak bertentangan tetapi pasti ada penjelasannya,” atau bahkan “dua hal yang bahkan di Surga pun belum tentu bisa kita jelaskan”! Bukankah semua ini adalah pengakuan bahwa pengajaran mereka tidak konsisten, tetapi mereka tidak mau menerimanya?
Tanggapan saya :
Pendapat Pdt.Budi Asali, Spurgeon dan Boettner benar, tetapi dengan SENGAJA anda menyimpulkannya secar salah, yaitu : ‘kemahatahuan Allah berarti manusia tidak mempunyai pilihan’.
Anda memulai dengan tesis Calvinisme lalu melanjutkannya dengan tesis anda yang salah mengenai Calvinisme. Anda ngelindur?
Calvinisme tidak pernah menyatakan bhw kalau Allah menentukan berarti manusia tidak bebas. Ini fitnah anda!
Saya harus katakan ini berulang-ulang untuk mengimbangi kebebalan anda yang bertele-tele ini :
Allah memberi kebebasan yang cukup bagi manusia untuk mentaati Dia atau melawan Dia. Calvinisme tidak pernah mengajarkan bhw Allah membatasi manusia dengan ketetapan kekal-Nya. Allah tidak melanggar apa-apa dalam keputusan-Nya, dan ini tidak mungkin terjadi karena Ia adalah standar bagi semua kebenaran sehingga tidak bisa dikatakan bhw Ia telah melakukan kesalahan dengan melanggar kebebasan manusia. KEDAULATAN ALLAH DIDALAM KETETAPAN KEKAL-NYA TIDAK MENGHAPUSKAN KEBEBASAN MANUSIA MELAINKAN MEMBERIKANNYA SECARA CUKUP DAN MEMUASKAN BAGI MANUSIA UNTUK MELAKSANAKAN KEHENDAK BEBASNYA BAIK ITU BAIK MAUPUN JAHAT BAGI PENGGENAPAN SELURUH RENCANA KEKAL ALLAH.
Kita (Calvinist) menyadari bahwa kita hanya bisa memahami pekerjaan Tuhan HANYA SAMPAI batas-batas tertentu. Ini bukan disebabkan karena pekerjaan Tuhan itu kontradiksi atau tidak logis atau tidak dinyatakan didalam Alkitab, NAMUN walaupun Alkitab dengan jelas memaparkan kebenaran ini, kita tetap harus dengan rendah hati mengakui bahwa kita manusia yang terbatas yang TIDAK AKAN MUNGKIN bisa menyelami dengan sempurna karya Tuhan yang begitu agung.
Bersama-sama dengan Rasul Paulus, para Calvinist menaikkan doxology kepada Allah :
Roma.11:33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
11:34 Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
11:35 Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Mungkin ada Kalvinis yang akan berkata: “Mungkin tidak masuk logika kita, tetapi ALLAH BISA membuat manusia yang sudah ditentukan segala-galanya, tetapi yang sekaligus bebas. Apakah anda tidak percaya bahwa ALLAH BISA melakukan itu?” Pertanyaan semacam ini mengingatkan saya akan pertanyaan-pertanyaan jebakan ala atheis. Atheis tidak percaya bahwa ada Allah yang mahakuasa, sehingga mereka sering menantang dengan pertanyaan, seperti: Jika Allah mahakuasa, bisakah Allah menciptakan batu yang begitu besar sehingga Ia sendiri tidak bisa angkat? Tentu
ini pertanyaan jebakan. Jawabannya adalah: Allah bisa membuat batu seperti apapun, dan Dia bisa mengangkat semua batu itu. Batu yang begitu besar sehingga tidak dapat Allah angkat, tidak bisa eksis bahkan dalam lingkup probabilitas sekalipun. Atau ada pertanyaan jebakan lagi yang seperti ini: Jika Allah mahakuasa, bisakah Ia menciptakan sebuah segitiga yang bersisi empat? Tentu ini adalah pertanyaan jebakan juga. Ini tidak ada hubungannya dengan “kuasa” tetapi dengan definisi. Sebuah segitiga yang bersisi empat adalah sesuatu yang sudah bertentangan dengan definisi dirinya, jadi
tidak mungkin eksis bahkan dalam lingkup probabilitas sekalipun. Demikian juga dengan pertanyaan: Bukankah Allah bisa menciptakan manusia yang tidak bebas (ditentukan segalanya) yang memiliki sifat bebas? Saya bukan meragukan
kemampuan Tuhan. Tetapi, sama seperti pertanyaan-pertanyaan jebakan di atas, ini bukan masalah kuasa. Ini masalah definisi. Makhluk yang “tidak bebas sekaligus bebas” tidak eksis secara definisi bahkan dalam lingkup probabilitas sekalipun. Ia mirip dengan segitiga yang bersisi empat.
Tanggapan saya :
Anda menanggapi pernyataan anda sendiri yang salah mengenai Calvinisme. Tak heran pernyataan anda tsb sama tidak logisnya dengan pertanyaan Atheis ataupun orang bodoh yang tidak mengerti matematika.
Calvinisme tidak pernah menyatakan “manusia adalah makhluk yang tidak bebas sekaligus bebas” dalam pengertian apa adanya. Ini hanya usaha menjaring angin dari anda untuk memuluskan usaha anda memfitnah Calvinsme. Usaha anda telah gagal total, Doktor!
Saya SUDAH menjelaskan hal ini pada uraian saya diatas. Hanya orang bodoh saja yang tidak mau tahu lalu menanyakan hal yang dia tidak mau tahu tsb seolah-olah dia benar-benar tidak tahu.
Kadang-kadang orang Kalvinis, demi menyelamatkan doktrin mereka yang bahkan mereka akui sendiri tidak harmonis (tidak konsisten), mencoba untuk mengatakan bahwa ada banyak doktrin Alkitab lain yang juga tidak harmonis. Saya akan mengutip lagi Asali sebagai representatif dari Kalvinis. Untuk membela ketidakharmonisan doktrin kedaulatan Allah versi Kalvinis, Asali mengatakan: “Dalam hal yang lain, kita juga melihat hal yang sama. Misalnya: kita percaya bahwa Allah itu mahakasih dan
mahatahu. Tetapi kita juga percaya bahwa Allah menciptakan neraka dan orang tertentu yang Ia tahu bakal masuk keneraka. Kalau memang Ia mahakasih dan mahatahu, mengapa Ia tidak hanya menciptakan orang yang akan masuk ke surga? Saya yakin tidak ada orang yang bisa mengharmoniskan 2 hal itu, termasuk orang Arminian, tetapi toh semua orang kristen percaya dan mengajarkan ke 2 hal itu, karena Kitab Suci memang jelas mengajarkan kedua hal itu. Lalu mengapa dalam hal doktrin ini kita tidak mau bersikap sama?” Walaupun Asali mungkin tidak senang dengan kesimpulan saya ini, tetapi pada intinya dia seolah ingin mengatakan: “banyak kok doktrin Alkitab yang tidak harmonis (tidak ada orang yang bisa harmoniskan). Jadi kalau Kalvinisme tidak harmonis, tidak apa-apa!” Tetapi benarkah banyak doktrin dalam Alkitab tidak harmonis? Saya menolak hal semacam itu! Alkitab adalah kitab yang paling konsisten dan harmonis!
Saya bisa mengerti, mengapa Asali merasa sulit untuk mengharmoniskan kemahatahuan Allah dengan sifatNya yang mahakasih. Karena kedua hal ini memang tidak konsisten jika dilihat dari sudut Kalvinisme!
Tanggapan saya :
Untuk membedakan antara term ‘tidak harmonis’ dengan ‘tidak konsisten’ aja anda sudah tidak mampu.
Apa ini merupakan bentuk usaha anda didalam misinterpretasi atau redefinisi istilah yang dipakai oleh Calvinisme untuk memfitnahnya?
Doktor Steven, jabatan anda sebagai dosen sekaligus rohaniawan dengan keras melarang anda melakukan perbuatan keji tsb, tetapi dengan kekeh jumekeh alih2 membela ajaran ‘Alkitabiah’, anda telah melakukannya.
Saya menantang anda! Silahkan di interpretasikan pernyataan Calvinisme berikut ini :
“Yesus adalah SATU-SATUNYA Juruselamat dunia”
Saya ingin melihat bagaimana anda piawai dalam hal interpretasi. Silahkan!
‘Tidak harmonis’ artinya ‘tidak selaras/cocok’. Pak Budi sering menggunakan istilah ini untuk menggambarkan PARADOKS yang ada didalam Alkitab. Seringkali ada hal-hal di Alkitab yang KELIHATANNYA tidak cocok dengan akal kita, tetapi ketika dipelajari lebih lanjut dengan ketaatan kepada FT, hal tsb kelihatan harmonis didalam kebenaran seluruh FT. Contoh yang paling riil mengenai paradoks didalam Alkitab adalah Allah Tritunggal dan dwi nature Kristus dalam satu Pribadi. Theologi merupakan suatu paradoks sekaligus misteri. Akal kita tidak dapat menjangkaunya karena keterbatasan kita. Apa dengan menyatakan bhw ‘akal kita terbatas’ maka anda akan memprotesnya dengan menyatakan bahwa kita adalah ‘makhluk bebas’? Hahahaha….
Kalau anda memandang semua hal di Alkitab tidak PARADOKS melainkan benar-benar harmonis secara total, silahkan diulas doktrin Kristologi tsb sehingga BENAR-BENAR MASUK AKAL!
Anda PASTI akan berkelit DENGAN MEMAKAI argumentasi saya bahwa akal kita terbatas untuk memahami Allah yang tak terbatas. Ini namanya anda sedang menjilat muntah sendiri. Apa tidak malu dengan orang-orang yang membaca ulasan ini, Doktor?
“Tidak konsisten’ artinya mencla-mencle. Istilah ini sama dengan KONTRADIKSI. Menyatakan Alkitab adalah kitab yang paling harmonis (tidak ada hal yang tidak bisa dijelaskan dengan benar-benar masuk akal), namun ketika ditantang menjelaskan semua kebenaran di Alkitab, maka akan dijawab bhw akal kita terbatas, ini merupakan salah satu bentuk dari mencla-mencle tsb.
Allah sudah tahu banyak orang akan masuk neraka. Tapi Kalvinis mengatakan bahwa Allah tahu karena Allah menentukan. Jadi, “allah” Kalvinis menentukan manusia masuk neraka! Memang sulit untuk melihat bagaimana “allah” yang demikian bisa mahakasih. Seharusnya, Asali dan Kalvinis lainnya tidak mencoba menggunakan poin ini untuk mendukung ketidakkonsistenan mereka dalam hal kedaulatan Allah. Seharusnya mereka melihat kontradiksi ini sebagai bukti lain bahwa Kalvinisme memang tidak adekuat untuk menggambarkan realita Alkitab.
Jika kita tilik lebih lanjut, perbandingan antara kedua hal ini pun sebenarnya tidak setara. Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa Allah itu kasih (1 Yoh. 4:6), dan bahwa Allah mahatahu (Maz. 139 misalnya), dan bahwa ada neraka (Wahyu 20:14-15). Tetapi, tidak ada satu ayatpun yang mengajarkan bahwa “Allah menentukan segala sesuatu sejak
kekekalan dalam dekrit-dekrit rahasia.” Tentu kita akan melihat dan membahas berbagai ayat yang dipakai Kalvinis di bagian-bagian berikut.
Sebenarnya, bahwa Allah mahatahu sekaligus mahakasih, sama sekali tidak bertentangan jika kita tidak beranggapan Allah menentukan segala sesuatu. Allah memberikan manusia pilihan (kehendak bebas), dan mereka bisa memilih untuk menentang Allah atau percaya pada Allah. Allah bahkan menjadi manusia dan mati bagi semua orang (baik
yang menentang maupun percaya), dan itu membuktikan kasihNya. Tetapi, Allah bukan hanya mahakasih, tetapi juga mahaadil, dan mahakudus. Setiap manusia yang menentang Allah dan tidak diselesaikan dosanya oleh Yesus, dihukum secara kekal dalam Neraka. Mengapa Allah tidak hanya menciptakan orang yang akan masuk Surga? Karena Allah tidak ingin disembah hanya oleh “robot” yang ditentukan untuk percaya. Allah ingin ada pribadi-pribadi yang dapat memilih dengan bebas, yang pada akhirnya memilih untuk menyembah Allah. Karena ada pilihan yang bebas (dengan konsekuensi masing-masing yang sudah diumumkan sebelumnya), maka Allah tidak berlawanan dengan kasihNya jika Ia menghukum mereka yang menentangNya. Ini karena bukan Allah yang menetapkan pilihan tersebut, melainkan pribadi yang bersangkutan.
Masalah timbul ketika sifat-sifat Allah didefinisikan menurut manusia. Manusia mengatakan bahwa “kasih” tidak mungkin menghukum. Tetapi ini adalah definisi yang salah. Jika definisi ini dipakai, maka sifat Allah yang “mahakasih” akan bertentangan dengan “kekudusan” dan “keadilan”Nya. Karena ada ketidakharmonisan, kita perlu merevisi premis dasar kita. Ternyata, kasih bukan tidak dapat menghukum.
Demikian juga dengan kedaulatan Allah. Manusia (Kalvinis) berkata bahwa “Allah yang berdaulat menentukan segala sesuatu.” Tetapi, ini menjadi bertentangan dengan sifat Allah yang kudus (tidak mungkin menentukan manusia untuk berdosa) dan juga keadilanNya (tidak mungkin menghukum manusia yang hanya menjalankan dekrit). Seharusnya ada kerendahan hati di sini untuk introspeksi: kalau begitu, mungkin premis dasarnya salah. Barangkali, Allah yang berdaulat tidak perlu menentukan segala sesuatu!
Tanggapan saya :
Calvinisme mengatakan :
Manusia masuk neraka karena mereka adalah manusia yang berdosa. Allah tidak menentukan mereka masuk neraka tanpa syarat.
Penghukuman selalu melibatkan syarat, tetapi keselamatan selalu mengabaikan syarat (anugerah). Keselamatan bisa bersyarat untuk satu hal : manusia adalah manusia yang berdosa. Tanpa dosa, manusia tidak bisa diselamatkan karena mereka sudah selamat.
Penghukuman yang bersyarat menunjukkan keadilan Allah.
Keselamatan yang anugerah menunjukkan kasih dan kemurahan Allah.
Tidak ada sifat Allah yang bertentangan oleh tindakan Allah diatas.
Jadi adalah salah sasaran kalau Steven mengatakan bhw Allahnya Calvinisme adalah Allah yang tidak maha kasih. Pertentangan tsb hanya ada didalam dunia ide Steven yang liar.
Saya kutip perkataan William G.T Shedd : Apapun yang tidak ditetapkan pasti ada karena kebetulan. Jika dosa tidak terjadi karena rencana dan ijin ilahi, maka itu terjadi karena kebetulan. Dan jika dosa terjadi karena kebetulan, keilahian, seperti dalam teologi kafir kuno, dibatasi dan dirintangi olehnya. Ia bukanlah 'Allah atas segala sesuatu'. Dualisme dimasukkan ke dalam teori alam semesta. Kejahatan merupakan suatu elemen hakiki yang tak tergantung dan tak terkontrol. Allah memerintah hanya sebagian. Dosa dengan semua akibatnya ada di luar kekuasaanNya. Dualisme seperti ini dikecam Allah sebagai salah, dalam kata-kata Yesaya kepada Koresy, 'Aku membuat damai dan menciptakan malapetaka / kejahatan'; dan dalam kata-kata dari Amsal 16:4, 'Tuhan telah membuat segala sesuatu untuk diriNya sendiri; ya, bahkan orang jahat untuk hari malapetaka'
Doktor Steven, silahkan berpusing ria dengan menafsirkan Amsal.16:4 seenak jidat anda sendiri! Ini sekaligus tantangan saya kepada anda.
Saudara Steven, apakah anda percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah yang inerrant dan infallible sebagai patokan final untuk semua pengajaran, termasuk juga reprobasi?
Kalau anda jawab iya, saya akan menyuguhkan kepada anda pengertian mengenai reprobasi sbb :
Mengutip tulisan Edwin Palmer didalam bukunya LIMA POKOK CALVINISME :
…..
Jika dosa berada di luar dekret Allah, maka hanya sedikit sekali hal yang termasuk dalam dekret Allah. Semua kerajaan–kerajaan besar harus berada di luar dekret penentuan Allah yang kekal, karena mereka didirikan atas dasar keserakahan, kebencian, ketamakan, dan bukan demi kemuliaan Allah Tritunggal. Tentulah para penguasa di bawah ini, yang memperngaruhi sejarah dunia dan menentukan hidup sekian banyak orang tidak memperkembangkan kerajaan mereka untuk kemuliaan Allah, yaitu : Firaun, Nebukadnezar, Koreshy, Alexander Agung, Jenghiz Khan, kaisar Yulius, kaiar Nero, raja Charles V, Raja Henry VIII, Napoleon, Otto von Bismarck, Hitler, Stalin, Hirohito.
Jika dosa melampaui penetapan awal Allah, amka bukan saja kerajaan-kerajaan kejam dan perlakuan mereka berada di luar encana Allah, tetapi juga setiap kelakuan sehari-hari orang-orang non Kristen juga berada di luar kuasa Allah. Karena apapun yang dilakukan mereka pasti bukan untuk kemuliaan Allah Kristen dan berada di luar iman di dalam Kristus Yesus, yang berarti berdosa. Memberika jutaan dollar ke rumah sakit tentu jauh lebih baik daripada membunuh orang, tetapi jika hal tersebut di luar motif yang tepat untuk mempermuliakan Allah, tindakan itu tetap berakar di dalam dosa.
…………
Memang benar bahwa Allah membatasi dosa orang yang tidak percaya dan mendorong dia untuk berbuat yang baik, dan bahwa Roh Kudus memampukan orang Kristen untuk berbuat baik. Tetapi jika dosa berada di luar dekret Allah, maka sebagian besar presentasi tindakan manusia – baik yang sia-sia maupun yang penting – berada diluar rencana Allah. Kuasa Allah hanya dibatasi sampai di wilayah alam saja, seperti memutar galaksi atau menjalankan hukum gravitasi dan entropi. Sebagian besar sejaran berada di luar control-Nya.
Tentara-tentara saling menjajah, para penguasa dibunuh, banyak kerajaan bangkit dan runtuh, tetapi Allah tidak bisa berbuat banyak jika dosa berada di luar dekret kekal-Nya. Agama yang lain menyapu Afrika dan Timur Tengah dan mempengaruhi sejarah, tetapi hal ini bukanlah seturut kehendak Allah-jika dosa berada di luar rencana Allah.
b. Dosa masuk karena izin Allah yang efektif, seturut istilah Agustinus (permission efficax). Agustinus tidak mau beranggapan bahwa Allah adalah Allah yang tidak suci. Maka ia berkata bahwa dosa diizinkan oleh Allah. Dengan istilah ini ia ingin melepaskan Allah dari jerat. Ia tidak mau menuduh Allah. Ia ingin menunjukkan bahwa dosa adalah ketidaktaatan kepada perintah Allah (kehendak preseptif-Nya).
Namun ia menyadari bahwa sekedar mengatakan Allah menizinkan dosa berarti berlawanan dengan kedaulatan Allah dan menjadikan Dia hanya penonton yang tidak berdaya, mengawasi apa yang sedang terjadi di dalam medan permainan sejarah. Maka Agustinus berkata bahwa perizinan itu bersifat efektif. Inilah cara dia memadukan penjelasan, baik tesis kedua maupun ketiga. Allah mengizinkan dosa. Dosa bukan hanya diketahui secara awal oleh Allah, tetapi dosa juga ditetapkan secara awal oleh Allah. Pada faktanya, karena Allah menetapkan itu, maka Ia juga mengetahui sejak awalnya.
Calvin dengan sangat jelas memaparkan hal ini : “Manusia menghendaki suatu kehendak yang jahat, Allah menghendaki suatu kehendak baik”. Kejahatan, “yang berlawanan dengan kehendak Allah, tidak dilakukan tanpa kehendak Allah, karena tanpa kehendak Allah hal itu sama sekali tidak mungkin terjadi”.”Mengganti seluruh ayat-ayat Alkitab…dengan konsep perizinan mendasar merupakan bagian Allah adalah suatu alas an yang sembrono, dan suatu usaha untuk melarikan diri dari suatu kebenaran yang agung.
Calvin menyetujui dengan mengutip Agustinus bahwa : “Dengan cara yang ajaib dan yang tak terlukiskan, hal itu tidak dilakukan berlawanan dengan kehendak-Nya, sekalipun hal itu dilakukan berlawanan dengan kehendak-Nya, karena hal itu tidak dapat terjadi jika Ia tidak mengizinkannya; namun demikian, Ia tidak mengizinkannya tanpa kehendak-Nya, melainkan seturut dengan kehendak-Nya.”
Dengan kata lain, Allah dengan rela mengizinkan dosa. Memang kita yakini, Allah membenci dosa dan tidak menginginkan keberadaannya. Lebih jauh lagi, Ia dengan tulus menginginkan bahwa keselamatan dapat dimiliki oleh setiap orang. Ia tidak ingin “ada orang yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (II Petrus.3:9). Dalam pengertian ini Allah sebenarnya tidak menginginkan untuk mengizinkan dosa. Dosa itu berlawanan dengan nature suci-Nya dan kehendak yang dinyatakan-Nya. Di pihak lain, Allah membiarkan mengizinkan dosa dalam arti hal itu seturut dekret-Nya dan tidak berada di luar kedaulatan kehendak-Nya.
Membicarakan bahwa Allah secara efektif mengizinkan dosa mungkin sulit menolong pengertian kita. Hal itu bisa merupakan suatu usaha yang sia-sia didalam menggambarkan apa yang Alkitab katakana. Pada analisis terakhirnya kita tetap tidak dapat mengerti secara tuntas. Ketika sampai di kedalaman misteri ilahi, kita akan tersandung dan tertahan. Semua yang dapat kita lakukan hanyalah mengikuti apa yang Alkitab katakana.
Kita telah mengikuti apa yang Alkitab katakan tentang kesucian Allah (tesis 2). Kini semua yang dapat kita lakukan hanyalah mengikuti apa yang Alkitab tekankan bahwa dosa tidak berada di luar dekret ilahi, tetapui telah ditetapkan sejak awal oleh Allah yang suci, yang penuh kasih dan maha bijak. Kitamungkin sekali sulit untuk mempertemukan kedua tesis tersebut, tetapi penting bagi kita untuk menegaskan pernyataan-pernyataan itu, dan memberikan data-data Alkitabiahnya.
Di sini kita melihat beberapa bukti Alkitab….Tetapi sangat penting untuk mengutip banyak ayat Alkitab, karena cara itu akan menghilangkan semua akibat sampingan tuduhan bahwa hanya mengutip ayat-ayat tertentu yang mewakili kasus ini saja, seperti yang telah dilakukan terhadap kesucian Allah (Tesis 2). Alkitab memaparkan lebih dari seratus contoh bagaimana dosa diizinkan. Beberapa daftar dibawah ini cukup panjang, namun demikian belumlah dapat dikatakan itu sudah keseluruhannya.
(Lima Pokok Calvinisme, Edwin Palmer, hal : 160-166).
Selanjutnya, saya mempersilahkan Doktor Steven untuk berpusing ria dengan mengeksegesis ayat-ayat dibawah ini dengan benar!
Kis.2:23 Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka
Pembunuhan keji yang dilakukan manusia kepada Yesus adalah ditentukan oleh Allah sesuai dengan maksud dan rencana-Nya.
Kis.4:27 Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi,
4:28 untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu
Perbuatan dosa mereka didalam membunuh Yesus ditentukan dari semula oleh Allah sesuai dengan kehendak-Nya.
Kis.3:18 Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita
Ayat diatas menyatakan bhw kesesengsaraan Mesias ditetapkan oleh Allah. Penderitaan adalah sesuatu yang negative dan tidak mengenakkan tetapi itupun ditentukan ditetapkan oleh Allah untuk tujuanNya yang mulia.
Kel 21:13 Tetapi jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan tangannya ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari".
Bahkan pembunuhan yang tidak disengaja-pun ditetapkan oleh Allah.
Bahkan masih banyak ayat-ayat yang lainnya yang menyatakan bhw dosa ditetapkan oleh Allah. Silahkan Steven mengeksegesisnya. Jangan ada alasan bahwa ayat-ayat yang menentang pengajaran anda terlalu banyak sehingga anda tidak mungkin membahasnya. Ini adalah bentuk pelarian diri anda dari kebenaran yang sekarang ini anda telah fitnah.
Lukas.22:22; Kejadian.45:5-8; Kejadian.50:19,20; Yosua.11:20; Ulangan.2:30; Keluaran.4:21; Keluaran.7:3; Keluaran.9:12; Keluaran.10:1,20,27; Keluaran.11:10; Keluaran.14:4,8,17; Roma.9:18; Ulangan.2:30; Hakim-hakim.3:8; Hakim-hakim.3:12; Hakim-hakim.4:12; Hakim-hakim.6:1; Hakim-hakim.13:1; II Raja-Raja.24:2; II Taw.28:5; II Taw.33:11; Ayub.1:21; Yesaya.5:25-29; Yesaya.10:5,6; Yeremia.25:8; Yeremia.51:20-23; Ratapan.1:17
Dibawah sebagian daftar pasal-pasal kitab suci dimana Allah berkata bahwa Ia akan menyebabkan bangsa-bangsa menyerang Israel dan bangsa-bangsa lain menyerang para penyerang :
I Raja-Raja.16:3 maka sesungguhnya Aku akan menyapu bersih Baesa dan keluarganya, kemudian Aku akan membuat keluargamu seperti keluarga Yerobeam bin Nebat
Tuhan membuat malapetaka. Wooow…tentunya Steven akan terusik dengan kebenaran ini. Hanya orang berdosa yg bebal saja yang merasa terusik dengan kebenaran.
II Taw.11:4 Beginilah firman TUHAN: Janganlah kamu maju dan janganlah kamu berperang melawan saudara-saudaramu. Pulanglah masing-masing ke rumahnya, sebab Akulah yang menyebabkan hal ini terjadi." Maka mereka mendengarkan firman TUHAN dan pulang dengan tidak pergi menyerang Yerobeam
Yes.44:28 Akulah yang berkata tentang Koresh: Dia gembala-Ku; segala kehendak-Ku akan digenapinya dengan mengatakan tentang Yerusalem: Baiklah ia dibangun! dan tentang Bait Suci: Baiklah diletakkan dasarnya!
Yes.45:1 Beginilah firman TUHAN: "Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup:
Kesengsaraan dan perang ditetapkan oleh Tuhan. Apakah ini menunjukkan Tuhan tidak maha kasih?
Kel.33:2; II Taw.12:8; II Taw.24:24; II Taw.25:16,20; Yer.1:15; Yer.6:21; Yer.11:11,17; Yer.22:5-8; Yer.27:6-15; Yer.28:14; Yer.29:4,17,18,21; Yer.30:24; Yer.32:23; Yer.35:17; Yer.42:10; Yer.43:10-13; Yer.44:6; Yer.45:5; Yer.46:15; Yer.49:14; Yer.52:3; Ratapan.3:37,38; Yeh.12:15; Yeh.25:4-17; Yeh.28:17-19; Yeh.29:19, 20; Yeh.30:10-26; Yeh.32:12,32; Yeh.35:10-15; Yeh.38:14-23; Hos.1:4; Yoel.3:7; Amos.3:6; Amos.4:10,11; Amos.6:8, 11; Obaja 8; Mikha.2:3; Mikha.4:11,12; Mikha.6:14; Habakuk.1:16,12
Beberapa teks berbicara bahwa Allah mengutus roh jahat atau roh kebohongan yang menyebabkan manusia berdosa. Allah adalah Allah yang kudus dan membenci dosa, dan salah satu Pribadi Tritunggal, yaitu Roh Kudus yang adalah lawan dari roh jahat. Satu-satunya penjelasan dari fakta-fakta yang terlihat berkontradiksi ini adalah bahwa dalam beberapa jalan misterius Allah, tanpa kontradiksi dari nature kudus-Nya, memastikan bahwa dosa-dosa ini terjadi. Ia menentapkan bahwa dosa-dosa ini harus ada. Perhatikan teks-teks berikut :
Hakim-Hakim.9:22 Setelah tiga tahun lamanya Abimelekh memerintah atas orang Israel,
9:23 maka Allah membangkitkan semangat jahat di antara Abimelekh dan warga kota Sikhem, sehingga warga kota Sikhem itu menjadi tidak setia kepada Abimelekh
Uupps…mungkin Steven akan beranggapan bahwa ayat Alkitab yang saya kutip sudah saya edit. Hahaha….ternyata sekarang saya punya gelar ‘Pengedit Alkitab’.
I Samuel.16:14 Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN
Pikir Steven : ‘jahat sekali tuch Tuhan! Itu Tuhan atau iblis sich?’
I Raja-Raja.22:23 Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.
Apakah Tuhan berdusta? Tuhan telah melakukan kejahatan?
II Taw.18:21 Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian
Teks-teks tertentu berbicara tentang keikutsertaan Allah dalam hidup orang-orang yang telah jatuh dalam dosa
I Samuel.2:25 Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?" Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan mereka
II Samuel.12:11,12 Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari.
12:12 Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.
Mazmur.105:24 TUHAN membuat umat-Nya sangat subur, dan menjadikannya lebih kuat dari pada para lawannya;
105:25 diubah-Nya hati mereka untuk membenci umat-Nya, untuk memperdayakan hamba-hamba-Nya
Steven akan segera berujar : Ah…ga mungkin Allah seperti itu. Pasti Alkitabnya salah tulis atau itu hanya metafora. Allah khan telah memutuskan bhw Ia tidak akan mencampuri kehendak bebas manusia? Pasti ayat diatas adalah firman iblis!”
II Tesalonika.2:11 Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta,
2:12 supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan
Wah.17:17 Sebab Allah telah menerangi hati mereka untuk melakukan kehendak-Nya dengan seia sekata dan untuk memberikan pemerintahan mereka kepada binatang itu, sampai segala firman Allah telah digenapi
II Samuel.16:10; II Samuel.24:1; I Taw.21:1; Amsal.16:4; II Samuel.17:14; Yeh.3:20; Yeh.14:9
(Referensi ayat-ayat diatas diambil dari buku Lima Pokok Calvinisme, Edwin Palmer, hal : 188-198).
Saudara Steven, ayat diatas adalah Firman Tuhan BUKAN firman iblis. Ayat tersebut berbicara apa adanya ia. Saya tidak menambahi satu katapun dalam ayat-ayat tersebut, walaupun memang saya menambahkan penekanan terhadapnya. Silahkan anda berhadapan dengan puluhan ayat diatas! Saya menunggu tafsiran liar anda terhadap ayat2 FT diatas. Selamat menikmati, Dok!
B. Tidak Konsisten Secara Praktis
Walaupun penerapan Kalvinisme yang konsisten akan membawa seseorang kepada Fatalisme, tetapi pada kenyataannya mayoritas Kalvinis bukanlah Fatalis. Tidak peduli betapa tidak mampunya para Kalvinis menjelaskan bagaimana manusia bisa bebas dalam skema theologi mereka, toh banyak Kalvinis tetap mengajarkan manusia untuk bertanggung jawab. Asali berkata: “Tetapi seperti saudara sudah lihat, sekalipun saya percaya dan mengajarkan kedaulatan Allah / penentuan Allah, tetapi saya tidak mengajarkan untuk hidup secara apatis / acuh tak acuh dan tak bertanggung jawab!”Terhadap hal ini, saya justru mengucap syukur. Hal ini adalah apa yang dapat kita sebut ketidakkonsistenan yang menguntungkan (felicitous inconsistency). Artinya, jika Kalvinis konsisten dengan premis dasar mereka, mereka akan menjadi Fatalis yang tidak memiliki inisiatif sama sekali. Tetapi untunglah mereka tidak konsisten di sini! Sehingga
walaupun teori mereka menuntut kehidupan yang menghalalkan segala sesuatu atau yang sama sekali tidak berinisiatif, namun pada prakteknya mereka berfungsi rata-rata sama dengan manusia lain pada umumnya.
Bahwa banyak Kalvinis yang masih berfungsi normal, bukan berarti Kalvinisme tidak bermasalah. Di bagian Pendahuluan, kita sudah melihat contoh orang atheis. Jika atheisme benar, maka penerapannya secara konsisten akan membuat manusia menjadi tidak bermoral sama sekali. Nyatanya, banyak orang atheis yang masih bermoral (moral
relatif), malah banyak menyumbang sana sini untuk acara-acara kemanusiaan. Apakah itu berarti atheisme membangkitkan moralitas? Sama sekali tidak! Moralitas yang ditunjukkan seorang atheis adalah sisa-sisa kebenaran ilahi yang sudah sedemikian terpatri dalam sanubari manusia, sehingga sulit untuk dihilangkan begitu saja. Walaupun dalam pikirannya dia menolak Allah (dan juga sebagai konsekuensinya menolak segala aturan moral), tetapi hati nuraninya belum bisa menerapkan itu dalam perilakunya. Atheismenya belum sempat mengikis habis kebenaran ilahi universal bahwa manusia bertanggung jawab kepada Pribadi di atasnya.
Demikian juga dengan Kalvinisme. Bahwa masih banyak Kalvinis yang hidup secara bertanggung jawab, bukanlah karena Kalvinisme membangkitkan rasa tanggung jawab bagi para pemegangnya. Sebaliknya, Kalvinisme yang konsisten memimpin kepada Fatalisme. Justru di sini para Kalvinis melakukan ketidakkonsistenan yang menguntungkan! Rasa tanggung jawab dalam diri seorang Kalvinis adalah kebenaran ilahi universal yang sudah terpatri dalam sanubarinya, dan yang belum sempat dikikis habis oleh Kalvinisme yang dianut secara intelektual.
Sebenarnya, Kalvinisme yang konsisten sama sekali tidak adekuat untuk dijadikan pedoman praktek kehidupan manusia. Saya akan mencoba untuk memperlihatkan kelemahan Kalvinisme dalam praktek hidup sehari-hari. Sebelumnya saya mengajak pembaca untuk mengingat bahwa Kalvinisme percaya;
1. Allah telah menentukan segala sesuatu, termasuk tindakan dan pikiran manusia, dalam dekrit rahasia di kekekalan lampau
2. Manusia pasti melakukan seperti yang Allah dekritkan, tidak dapat menyimpang dari itu.
Untuk menghindari Fatalisme, Kalvinis berkata: “Jangan hidup berpedomankan kepada ketetapan rahasia Allah, itu adalah rahasia. Hiduplah berpedomankan kepada Firman Allah!” Saya senang ketika siapapun juga mengajarkan umat untuk hidup berpedomankan kepada Firman Allah. Tetapi, sambil Kalvinis menghimbau umatnya untuk hidup sesuai Firman Tuhan, premis dasar Kalvinisme itu sendiri memperlemah seruan tersebut. Seseorang yang mempercayai premis dasar Kalvinisme dengan serius, walaupun dihimbau untuk taat Alkitab, akan bergumul dengan pikiran-pikiran berikut:
1. “Walaupun saat ini saya seolah-olah dapat memilih untuk taat Firman Tuhan atau untuk membangkang, sebenarnya pilihan saya sudah ditentukan oleh Tuhan sejak kekekalan.”
2. “Kalau saya membangkangi Firman Tuhan, saya akan dihukum. Tetapi kalau misalnya Tuhan memang sudah menetapkan saya untuk membangkang, saya tidak bisa melawan itu. Semoga Tuhan tidak menetapkan saya untuk membangkang!” Apakah pembaca dapat melihat, bahwa Kalvinisme yang diimani secara konsisten menimbulkan suatu
harapan yang aneh: “Semoga saya bukan telah ditetapkan untuk membangkang!”25
3. Ketika melakukan introspeksi, atau mengilas kembali masa lalu, seorang Kalvinis sah-sah saja berpikir demikian: “Apa yang tadi saya lakukan memang bertentangan dengan Firman Tuhan. Saya sungguh menyesal.....Tetapi, bukankah itu sudah ditentukan Tuhan? Artinya, saya tidak mungkin taat tadi. Guru Kalvinis saya mengajarkan bahwa apapun yang terjadi di dunia tidak lepas dari ketetapan dan rencana Tuhan. Apa saya perlu menyesali suatu rencana Allah dalam hidup saya? Saya rasa saya tidak perlu menyesal lagi, saya hanya perlu terima saja bahwa Allah telah menentukan bahwa tadi
saya tidak taat dalam hal ini.” Apakah menurut pembaca skenario ini terlalu mengada-ada? Coba renungkan, bukankah premis dasar Kalvinisme berpotensi untuk menimbulkan pikiran-pikiran seperti demikian?
Kepercayaan bahwa Allah sudah menentukan segala sesuatu juga tidak dapat secara adekuat mengajari orang percaya perihal doa dan penginjilan. Jika Allah sudah menentukan segala sesuatu, maka doa-doa kita sama sekali tidak mengubah sesuatu apapun. Demikian juga dengan penginjilan. Seiring dengan doktrin Unconditional Election juga (yang belum dibahas), Allah sudah menentukan siapa yang masuk Surga dan siapa yang masuk neraka. Kalau begitu, usaha penginjilan orang percaya tidak akan menambahi atau mengurangi hal ini.
Bukan berarti Kalvinis tidak mengajari orang untuk berdoa atau menginjil. Mereka berkata bahwa orang percaya perlu berdoa dan menginjil karena itu adalah perintah Allah bagi kita. Namun seberapa efektifkah seruan ini jika dibandingkan dengan konsep Alkitab bahwa doa kita benar-benar mengubah situasi? Seberapa efektifkah seruan Kalvinis untuk menginjil karena itu adalah keharusan, dibandingkan seruan untuk menginjil karena usaha penginjilanmu membuat perbedaan bagi jiwa-jiwa yang terhilang?
Tidak usah jauh-jauh, kita bisa melihat ilustrasi seorang salesman. Katakanlah ada dua salesman di dua perusahaan berbeda. Perusahaan pertama memberi gaji tetap kepada salesman mereka. Jadi, berapapun hasil penjualan sang salesman, gajinya sama. Sebaliknya, di perusahaan kedua, salesman diberi gaji tetap yang kecil, tetapi insentif yang besar untuk setiap penjualan yang dia hasilkan. Menurut anda, salesman mana yang akan lebih tinggi penjualannya? Saya rasa saya tidak perlu menjawab lagi, anda sudah mengerti. Itulah sebabnya hampir semua perusahaan kini memakai sistem yang kedua.
Dapatkah pembaca memahami, bahwa seruan Kalvinis untuk berdoa, menginjil, ataupun bentuk ketaatan lainnya, diperlemah oleh premis dasar mereka sendiri? Saya sama sekali tidak menyangkal bahwa Kalvinis masih berdoa. Saya tidak meragukan bahwa ada Kalvinis yang menginjil. Tetapi mereka berdoa dan menginjil, bukan karena mereka
Kalvinis (because of their Calvinism), melainkan walaupun mereka Kalvinis (in spite of their Calvinism). Jika ada Kalvinis yang rajin menginjil, saya mengucap syukur untuk hal itu. Tetapi kerajinannya menginjil bukanlah karena ia seorang Kalvinis. Kalau dia bukan Kalvinis, dia bisa lebih rajin lagi menginjil. Mungkin ada Kalvinis yang berkata,
“Kalvinisme tidak melemahkan semangat saya menginjil.” Terlepas dari benar tidaknya pernyataan dia, apakah dia yakin Ini hanyalah cetusan praktis dari Kalvinisme. Sebenarnya, yang paling sentral adalah: Kalvinisme hanya akan membuat manusia untuk berharap, “Semoga saya termasuk orang pilihan.” bahwa semua Kalvinis yang lain tidak melemah, padahal premis dasar Kalvinisme itu sendiri memperlemah semangat
menginjil?
Tanggapan saya :
Karena anda tidak mengerti Calvinisme tetapi hanya ngaku-ngaku saja, maka tak heran apapun penafsiran anda dan ilustrasi yang anda gunakan, tidak sedang menyerang Calvinisme melainkan menyerang pandangan anda sendiri yang keliru mengenai Calvinisme.
Dengan mengerti secara benar apa yang Alkitab paparkan mengenai kehendak dekretif dan kehendak perspektif Allah, maka akan memberikan penghiburan dan kekuatan kepada kita.
Jikalau kita sedang menderita karena kebenaran, dalam pergumulan, pencobaan, kesesakan, penganiayaan, dll kita diberi penghiburan bahwa Allah itu berdaulat dan tidak ada rencana-Nya yang gagal. Dia mengatur semuanya demi kebaikan kita. Dia menjamin bahwa semua janji-Nya akan dapat dilaksanakan dengan sempurna. Tidak ada satupun yang dapat memisahkan kita dari Dia.
Roma.8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita
Jikalau kita sedang menjalani hidup, kita harus taat dan setia berpegang pada firman-Nya. Kita harus dekat denganNya dengan doa dan pembacaan Kitab Suci, sehingga ketika kita berpikir dan bertindak, hati dan akal budi kita dipimpin oleh Roh Kudus untuk hidup seturut dengan firman-Nya. Kita harus membuang segala dosa dan melakukan kehendak-Nya didalam hidup kita.
Mazmur.119:105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
Justru doktrin Calvinisme membuat seorang Kristen berkobar-kobar didalam melayani Tuhan, khususnya penginjilan. Kita tidak dituntut untuk mengerti rahasia decretive will of God melainkan kita dituntut untuk taat dan setia melakukan firman Allah (God’s moral will).
Bandingkan dengan orang Kristen yang tidak mengakui Allah yang berdaulat atas segala sesuatu. Ketika didalam penginjilan ia mengalami kesesakan dan penganiayaan dari dunia, maka Allah mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong mereka dengan alasan KONYOL bhw Allah mereka tidak bisa melanggar kebebasan para penganiaya/penindas.
Mungkin Steven Liauw akan berargumentasi bhw Allah sanggup menentukan apakah keputusan penganiaya akan terlaksana atau tidak. Misal : penganiaya tsb mati tertabrak mobil. Ini adalah jawaban TOLOL yang sudah saya jawab pada argumentasi sebelumnya bhw mau tidak mau Allah pasti akan mengatur manusia untuk mengendalikan mobilnya agar menabrak penganiaya tsb, dan ini sama saja dengan Allah mencampuri kehendak bebas manusia.
Kemanapun Steven lari dengan argumentasinya, maka selama ia menolak kedaulatan Allahh, maka ia akan menemui banyak sekali kesulitan dan jalan buntu!
V. Kedaulatan Allah yang Alkitabiah
Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk melihat kedaulatan Allah yang Alkitabiah, kita perlu tahu dulu apa yang dimaksud dengan “kedaulatan.” Webster menjelaskan bahwa kata “sovereign” (Indonesia: berdaulat), memiliki arti:
1 above or superior to all others; chief; greatest; supreme
2 supreme in power, rank, or authority
3 of or holding the position of a ruler; royal; reigning
4 independent of all others
5 . . .
1 Di atas atau superior dibanding semua yang lain; pemimpin; yang terbesar; tertinggi
2 tertinggi dalam kuasa, tingkat, atau otoritas
3 memegang posisi seorang penguasa; rajani; bertahta
4 independen terhadap semua yang lain
5 . . .
Jadi, dapat kita lihat bahwa “kedaulatan” berhubungan dengan “kuasa,” “pemerintahan” dan “otoritas.” Dari definisi “kedaulatan” tidak ada suatu keharusan bahwa pribadi yang berdaulat menentukan segala sesuatu.
Tanggapan saya :
Definisi ‘kedaulatan’ ini sudah dikutip oleh Pdt.Budi Asali dalam artikel yang saya kirimkan ke anda.
Kedaulatan manusia memang tidak memungkinkan ia untuk berbuat menentukan segala sesuatu. Tetapi kedaulatan Allah memungkinnya untuk melakukan hal tsb karena Ia maha kuasa dan maha berdaulat.
a. Above or superior to all others; chief; greatest; supreme (= Di atas atau lebih tinggi dari semua yang lain; pemimpin / kepala; terbesar; tertinggi).
b. supreme in power, rank, or authority (= tertinggi dalam kuasa, tingkat, atau otoritas).
c. of or holding the position of a ruler; royal; reigning (= mempunyai atau memegang posisi sebagai pemerintah; raja; bertahta).
Allah adalah Tuhan atas semuanya. Dia Raja diatas segala raja, Tuan diatas segala tuan. Dia adalah Pencipta langit dan bumi dengan segala isinya. Dia memiliki alam semesta ini. Kepemilikannya memberikan hak-hak kepada-Nya salah satunya adalah Ia berkenan memperlakukan alam semesta ini sesuai dengan kehendak-Nya yang maha bijak, maha benar dan maha kudus. Semuanya tunduk pada otoritas-Nya.
d. independent of all others (= tidak tergantung pada semua yang lain).
Allah tidak bergantung pada siapapun atau apapun untuk melaksanakan kehendak-Nya. Dia adalah Allah yang berdaulat. Dia tidak perlu meminta nasehat dari siapapun karena Dia maha bijak. Pengetahuan-Nya sungguh dalam dan tak terselami.
Roma.11:33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
11:34 Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
11:35 Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya
Efesus 1:11 Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan -- kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya –
Kristen Fundamental telah mengebiri kedaulatan Allah ini sedemikian rupa sehingga kalau kedaulatan Allah bertentangan dengan kehendak bebas manusia, maka kehendak Allahnya yang harus ngalah/menyingkir sedangkan kehendak bebasnya manusia yang harus terjadi.
Untung Tuhan Yesus bukanlah seorang penganut aliran Kristen Fundamental karena kalau tidak tentu Ia akan mengubah doa-Nya menjadi “ bukan kehendak-Mu melainkan kehendakKulah yang jadi”.
Kita akan lihat dalam tulisan-tulisan Steven setelah ini, sama sekali tidak ada pembahasan yang memadai mengenai kedaulatan Allah selain hanya mengutip satu ayat di Maz. 66:6-7 dengan tidak ada penjelasan yang memadai satupun.
Memang ini adalah konsekuensi logis dari seseorang yang menentang kebenaran Alkitab dengan menegakkan konsep Humanisme diatas ajaran yang diklaim ‘Alkitabiah’ yang pada akhirnya membawa orang tersebut jatuh terjebak dalam pengekstriman yang salah.
Masalah kedaulatan Allah dan kebebasan manusia ini bersifat paradoxical. Orang yang bebal dan kurang berhikmat akan dengan segera membuka pikirannya bagi setiap kemungkinan kesesatan untuk segera mengambil tindakan menghakimi Alkitab dengan menggunakan standar pikirannya yang sudah tercemar oleh dosa tanpa mau dididik olehnya (Alkitab). Sikap ini berpotensi mengkutubkan seseorang pada dua kutub, yaitu :
- terlalu menekankan kedaulatan Allah namun mengabaikan kebebasan manusia. Tindakan ini biasanya dilakukan oleh kaum fatalis dan Hyper Calvinisme. Saya menyebut sikap ini sebagai ekstrim kanan.
- terlalu menekankan kebebasan manusia namun mengabaikan fakta tentang kedaulatan Allah. Tindakan ini biasanya dilakukan oleh kaum Armenian atau sub-nya (misal : Kristen Fundamental ala ‘Liauw’isme). Saya menyebutnya sebagai ekstrim kiri.
Calvinisme memandang dan menyikapi issue ini dengan kerendahan hati tunduk pada apa yang FT katakan bahwa kedua hal tersebut bukan bertentangan atau saling meniadakan melainkan saling melantunkan melodi yang indah bagi kemuliaan Allah. Silahkan dibaca kembali uraian saya ini dan juga artikel Pak Budi Asali yang sudah saya kirimkan sebelumnya.
Berikut ini kita akan menggali beberapa hal berhubungan dengan kedaulatan Allah dan kebebasan manusia.
A. Kedaulatan Allah Konsisten Dengan Sifat-SifatNya
Allah adalah pribadi yang mahakuasa dan mahaberdaulat. Tidak ada orang Kristen lahir baru yang meragukan kedua sifat Allah tersebut. Walaupun demikian, satu hal yang perlu diingat, kedaulatan dan kekuasaan Allah tidak berarti Allah tidak dibatasi. Memang, tidak ada suatu hal pun atau suatu makhluk pun yang dapat membatasi Allah di luar dari
Allah sendiri. Tetapi, Allah dibatasi oleh sifat-sifatNya sendiri. Walaupun Allah mahakuasa dan berdaulat, tetapi ada halhal yang tidak dapat Allah lakukan. Sebagai contoh, Allah tidak dapat berdosa, bukan karena halangan dari luar, tetapi karena itu bertentangan dengan sifatNya yang mahakudus. Allah tidak bisa membuat diriNya sendiri tidak eksis, karena sifat Allah adalah mahaada. Sekali lagi, kemahakuasaan dan kedaulatan Allah akan selalu konsisten dengan segala sifatNya yang lain.
Manusia patut mengucap syukur bahwa Allah bukan saja mahakuasa dan maha berdaulat, tetapi juga mahakasih, mahaadil, mahakudus, dan maha penyayang. Oleh karena itu, segala sesuatu yang Allah perbuat melalui kuasa dan kedaulatanNya, pastilah mencerminkan kasih, keadilan, dan kekudusanNya. Jika Allah hanya mahakuasa dan maha berdaulat, tanpa disertai sifat kasih dan kudusNya, maka Allah tidak lebih dari Saddam Hussein yang omnipotent! Bagi pribadi yang demikian, semakin banyak kuasanya, justru semakin berbahaya. Tentu, kalau Allah benar-benar tidak mahakasih atau benar-benar tidak mahakudus, kita tidak bisa protes, karena Dia toh adalah Allah yang menciptakan kita. Kita hanya tinggal tunggu nasib saja! Tetapi puji syukur, Allah menyatakan diriNya dalam Alkitab, dan Ia menyatakan diriNya sebagai Allah yang mahakudus dan mahakasih. Karena kedaulatan Allah pastilah konsisten dengan sifat-sifatNya yang lain, maka Allah tidak mungkin menetapkan dosa. Kalau Allah menetapkan dosa, maka Allah adalah sumber dosa dan penyebab dosa. Ini tidak mungkin terjadi karena Allah adalah mahakudus. Kalau ada satu sifat Allah yang paling banyak disinggung dalam Alkitab, maka pastinya bukanlah kedaulatanNya, melainkan kekudusanNya. Dalam Alkitab (Indonesia Terjemahan Baru), kata “kudus”
dan turunannya, muncul 1008 kali dalam 878 ayat! Sebaliknya, kata “daulat” dalam segala bentuk tidak dapat ditemukan dalam Alkitab Indonesia. Kata “kuasa” hanya muncul 562 kali, sudah termasuk 27 segala jenis “kuasa,” bahkan kuasa kejahatan sekalipun. Sedangkan tidak mungkin ada “kekudusan” kejahatan. Setiap kali kata “kudus” dipakai secara positif, pastilah berbicara mengenai Allah atau hal-hal (benda maupun pribadi) yang berkaitan dengan Allah atau yang dikhususkan untuk Allah. Ini pun belum menghitung penggunaan kata “suci.” Jangan salah! Saya tidak meragukan
sedikitpun bahwa Allah maha berdaulat. Pemazmur berkata, “Oleh sebab itu kita bersukacita karena Dia, yang memerintah dengan perkasa untuk selama-lamanya, yang mata-Nya mengawasi bangsa-bangsa. Pemberontak pemberontak tidak dapat meninggikan diri” (Maz. 66:6-7). Tetapi, manusia tidak ada hak sedikit pun, demi suatu definisi “kedaulatan” yang salah, membuat Allah sebagai pribadi yang menetapkan, mendekritkan, dan merencanakan segala dosa yang ada, yang adalah pelanggaran terhadap kekudusanNya!
Ketika Yesaya diizinkan untuk melihat takhta Tuhan, dia menyaksikan para Serafim saling berteriak, “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam.” Penglihatan akan kekudusan Tuhan begitu melanda dan melingkupi Yesaya, sehingga ia menganggap dirinya celaka karena dosa-dosanya. Minimal 2600 tahun setelah Yesaya, Rasul Yohanes, dalam penglihatannya akan masa depan, melihat kata-kata yang sama tentang kekudusan Tuhan masih dinyanyikan di hadapan takhta Allah (Wah. 4:8). Apakah kita harus percaya, bahwa Allah yang sedemikian MahaKudus, yang tidak memperbolehkan dosa sekecil apapun untuk menghampiri takhtaNya, ternyata adalah pribadi yang menyebabkan segala dosa yang pernah ada? Ini tidak kurang dari penghujatan! Ini adalah skandal! Oh, wahai teman-temanku Kalvinis, mengapakah anda tidak dapat melihat hal ini?
Tanggapan saya :
Saya akan menulis ulang argumentasi saya ini yg sudah saya tulis diatas :
Allah yang maha kasih tidak ditunjukkan oleh penetapan Allah atas dosa tetapi ditunjukkan oleh penetapan Allah untuk menyelamatkan orang-orang berdosa.
Berkenaan dengan keselamatan (orang pilihan) dan pembinasaan (reprobate), maka Infralapsarianisme menjabarkan ketetapan kekal Allah berdasarkan logika adalah sbb :
1. Menciptakan
2. Mengijinkan kejatuhan didalam dosa
3. Memilih beberapa dan membinasakan sisanya (karena dosa-dosanya).
4. Menyediakan keselamatan untuk orang pilihan
5. Memanggil orang pilihan kepada keselamatan.
Kalau ‘penetapan Allah’ saya hubungkan dengan sifat-sifat Allah, maka saya menyatakan hal tsb sbb :
- ‘Menciptakan’ (point 1) dan ‘mengijinkan kejatuhan didalam dosa’ (point 2) ini berhubungan dengan KEDAULATAN ALLAH YANG MAHABIJAK (MAHA BERDAULAT)
- ‘Memilih beberapa dan membinasakan sisanya (karena dosa-dosanya)’ (point 3) ini berhubungan dengan MAHA MURAH dan MAHA ADIL nya Allah.
- ‘Menyediakan keselamatan untuk orang pilihan’ (point 4) dan ‘memanggil orang pilihan kepada keselamatan’ (point 5) ini berhubungan dengan MAHA KASIH, MAHA PENYAYANG, MAHA BERDAULAT, MAHA AJAIB, dll.
Dari uraian saya diatas yang memaparkan tentang hubungan antara ketetapan Allah dan sifat-sifat Allah yang bertentangan dengan sifat Allah yang lain??
Bagian manakah yang menghujat Tuhan dari doktrin Calvinisme seperti yang Steven tuduhkan??
Steven telah membual seenak jidatnya sendiri. Sampai kuda gigit beton pun bualan anda tidak akan terbukti kebenarannya
Argumentasi saya untuk anda perhatikan dan jawab :
- kalau anda berargumentasi bhw hanya karena kata ‘berdaulat’ atau ‘daulat’ tidak ada di Alkitab sehingga anda mengabaikan fakta ini dan menyarukannya (menyamarkannya) dengan sifat2 Allah yang lain dan mengabaikan fakta bhw Allah berdaulat dalam arti semutlak-mutlaknya. Sekarang coba tunjukkan kepada saya satu kali saja kata ‘tritunggal’ atau ‘trinitas’ pernah tercantum didalam Alkitab? Apakah ini menandakan bhw Alkitab tidak mengajarkan mengenai doktrin Allah Tritunggal/Trinitas?? Anda mau mengabaikan doktrin ini hanya karena tidak tercantum kata-katanya di Alkitab???
- Anda sama sekali tidak menguraikan dan menjelaskan term ‘kedaulatan Allah Alkitabiah’ dan sama sekali tidak ada ayat-ayat Alkitab yang memadai untuk penjelasan anda ini. Alangkah lebih tepat kalau artikel anda ini diganti dengan judul ‘kedaulatan Allah dan kebebasan manusia yang tidak Alkitabiah’. Bagaimana?
B. Allah Menciptakan Makhluk dengan Kehendak Bebas
Jika Allah tidak menetapkan adanya dosa, pertanyaan mendasar yang muncul adalah: kalau begitu dari manakah datangnya dosa dan kejahatan? Bukankah di masa kekekalan lampau hanya ada Allah saja? Kalau pada mulanya hanya ada Allah, bukankah berarti segala sesuatu berasal dari Allah? Pertanyaan-pertanyaan di atas dapat dijawab jika kita mengerti bahwa Allah selain menciptakan berbagai benda dan hal, juga menciptakan makhluk-makhluk yang Dia berikan kehendak bebas. Manusia adalah salah satu makhluk yang Dia berikan kehendak bebas tersebut. Allah jelas memiliki kehendak bebas, itu adalah salah satu sifatNya. Oleh karena itu, ketika Allah menciptakan manusia sesuai dengan gambar dan rupaNya, manusia mewarisi sifat-sifat Allah sampai tingkat tertentu. Manusia sadar diri, manusia memiliki perasaan, manusia dapat berkomunikasi, dan manusia memiliki kehendak bebas, sama seperti Allah.
Tanggapan saya :
Allah -> memberikan kehendak bebas -> memungkinkan adanya dosa
Allah adalah causa prima dari segala sesuatu. Dari ilustrasi dan pernyataan sederhana ini membuktikan bhw segala sesuatu adalah dari Dia.
Roma.11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Apakah ayat diatas harus diedit menjadi ‘Sebab segala sesuatu, kecuali dosa, adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia’? Bukankah ‘segala sesuatu’ adalah segala-galanya?
Anda mengatakan : Allah selain menciptakan berbagai benda dan hal, juga menciptakan makhluk-makhluk yang Dia berikan kehendak bebas. Manusia adalah SALAH SATU makhluk yang Dia berikan kehendak bebas tersebut.
Bagaimana dengan kucing, anjing, monyet, burung, dll? Apakah mencampuri kehendak bebas makhluk lain adalah dosa? Apakah membatasi freewill makhluk lain adalah dosa? Bagaimana dengan orang-orang yang memelihara binatang-binatang tersebut dan menaruhnya dalam sarangnya? Bagaimana dengan kebun binatang yang memenjarakan hewan-hewan dan menjadikannya obyek tontonan massal? Apakah mereka semua berdosa karena telah mengekang dan membatasi freewill makhluk lain? Bagaimana dengan semut? Semut juga mempunyai freewill tetapi kita sering mematikan semut dengan cara menginjaknya dengan kaki kita dan itu melanggar freewill semut yang ingin hidup bebas. Bagaimana dengan kecoa, tikus, cicak, dll?? Silahkan dijawab! Saya menunggu jawaban anda!
Tentu kehendak bebas manusia berbeda dengan kehendak bebas Allah. Kehendak bebas Allah tidak dihalangi oleh apapun juga selain sifat-sifat Allah sendiri. Kehendak bebas manusia, selain dihalangi oleh sifat-sifat manusia itu sendiri, juga dapat dihalangi oleh kehendak bebas pribadi lain. Misalnya, penjahat yang dipenjara bisa saja ingin lepas, tetapi ia dihalangi oleh tembok yang dibangun oleh orang-orang lain.
Tanggapan saya :
Kalau anda mengakui bahwa kehendak bebas kita bisa terbatas, kenapa anda tidak meneruskan pernyataan Alkitabiah bhw ‘kedaulatan Allah juga bisa menjadi penghalang bagi kehendak bebas pribadi’?
Anda tidak mau khan?
Steven, anda hanya akan mendapatkan apa yang anda mau!
Banyak pihak yang mencoba untuk mengadu “kedaulatan Allah” dengan “kehendak bebas manusia.” Mereka merasa bahwa kalau manusia memiliki kehendak bebas, maka manusia bisa memilih untuk menentang Allah, dan itu berarti Allah tidak berdaulat penuh. Tetapi ini adalah logika yang salah. Ingat bahwa kehendak bebas manusia diberikan oleh Allah sendiri. Apakah Allah yang berdaulat itu tidak boleh memutuskan untuk memberikan kehendak bebas kepada salah satu ciptaanNya?
Tanggapan saya :
Bagaimana dengan anda sendiri yang mencoba mengadu ‘kehendak bebas’ manusia yang satu dengan ‘kehendak bebas’ manusia yang lainnya, sesuai pernyataan anda diatas yg saya kutip ini?
Steven wrote : Kehendak bebas manusia, selain dihalangi oleh sifat-sifat manusia itu sendiri, juga dapat dihalangi oleh kehendak bebas pribadi lain.
Kalau anda mengakui bhw kehendak bebas manusia bisa dihalangi oleh kehendak bebas pribadi lain, kenapa anda tidak mengikutsertakan Pribadi yang maha mulia dan maha terhormat, dalam hal ini?
Bukankah ini sesuatu yang logis kalau freewill manusia bertabrakan dengan freewill Tuhan maka manusia yang kalah Tuhan yang menang? Bukankah ada banyak ayat di Alkitab yang menyatakan hal ini yaitu bhw ketika freewill manusia melakukan hal yang jahat dan tidak berkenan di mata Tuhan (melanggar freewill Tuhan yang maha kudus) maka Tuhan menghukum manusia, entah saat itu juga atau nanti di neraka? Kenapa anda tidak menyatakan hal ini, bahwa freewill Tuhan berhak membatasi freewill manusia??? Anda tidak mau karena anda maunya bebas tanpa Allah mengontrol kehidupan anda??? Anda ingin lepas dari control Allah yang berdaulat???? ITULAH ANDA!
Seseorang yang berdaulat tidak berarti ia harus menentukan segala sesuatu. Seorang raja yang paling berdaulat sekalipun, memiliki hak untuk mendelegasikan banyak hal kepada bawahannya. Ia bisa berkata kepada seorang pegawainya: “Coba kamu yang kendalikan seluruh pasukan kita.” Walaupun pengendalian pasukan adalah hak raja, tetapi raja memutuskan untuk membiarkan pegawainya yang mengendalikan. Kita bisa juga katakan bahwa sang pegawai mengendalikan pasukan berdasarkan otoritas yang diberikan raja padanya. Raja yang tidak boleh mendelegasikan apapun, melainkan harus menentukan segalanya, justru dia bukanlah raja yang berdaulat!
Tanggapan saya :
Raja tersebut adalah seorang manusia. Jadi tidak mungkin bagi dia untuk melaksanakan kedaulatannya yg besar secara penuh. Tak mungkin bagi dia untuk mengawasi luasnya kerajaan yang berpuluh-puluh kilo dengan ratusan ribu/jutaan rakyat dan dengan banyak masalah dan kepentingan. Jadi ia harus mendelegasikan kepada bawahannya untuk MEMBANTUNYA mengatur kerajaan. Tidak mungkin bagi seorang manusia untuk BERDAULAT secara MUTLAK sama seperti Allah. Anda sendiri mengakui dalam kalimat anda sebelumnya bhw freewill manusia dibatasi oleh manusia lainnya. Ini berarti hal tsb TIDAK MEMENUHI KRITERIA KEDAULATAN, jadi tidak bisa dikatakan berdaulat!
Kedaulatan :
1 Di atas atau superior dibanding semua yang lain; pemimpin; yang terbesar; tertinggi
2 tertinggi dalam kuasa, tingkat, atau otoritas
3 memegang posisi seorang penguasa; rajani; bertahta
4 independen terhadap semua yang lain
Kalau manusia benar-benar berdaulat mutlak seperti Allah, tentu tidak akan ada Allah yang ada diatasnya dia. Ia akan menjadi allah bagi dirinya sendiri. Ini konsekuensi logis dari definisi ‘kedaulatan’, atau kalau tidak maka anda sedang mengingkari sendiri definisi yang telah anda buat….dan ini namanya menjilat muntah sendiri.
Saya tidak pernah menjumpai pernyataan yang lebih tolol dari kalimat yang keluar dari seseorang yang mengerti arti kata ‘kedaulatan’ tetapi masih bertindak inkonsisten : Raja yang tidak boleh mendelegasikan apapun, melainkan harus menentukan segalanya, justru dia bukanlah raja yang berdaulat!
Demikianlah kita lihat Allah yang adalah raja atas seluruh alam ciptaan, Ia mendelegasikan kepengurusan laut dan bumi kepada manusia. Dan Ia pula yang memberikan kepada manusia kehendak bebas, yaitu kemampuan untuk memilih suatu tindakan atau sikap. Dengan kehendak bebas itu, manusia bisa memilih dari banyak pilihan tindakan, berdasarkan pertimbangan-pertimbangannya sendiri. Jelas pertimbangan-pertimbangan manusia dipengaruhi oleh banyak hal di sekelilingnya, tetapi tidak ditentukan oleh apapun selain dirinya sendiri. Jadi, tidak ada pertentangan antara
“kedaulatan Allah” dengan “kebebasan manusia,” karena Allah secara berdaulat memberikan kepada manusia kemampuan untuk memilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangannya sendiri. Dengan kata lain, kebebasan manusia adalah kebebasan yang diberikan oleh Allah. Karena Allah yang memberikan kebebasan tersebut, maka Allah juga membiarkan manusia untuk memilih sendiri, dan tidak menentukan segalanya bagi manusia. Di sinilah perbedaan pandangan Alkitab dengan pandangan Kalvinis.
Tanggapan saya :
Saya sudah membantah bhw pandangan anda inkonsisten dan ini juga bukan pandangan Alkitabiah dan anda tidak bisa membandingkannya dengan pandangan Calvinisme, karena Calvinisme versi anda adalah bukan Calvinisme sejati! Anda sedang membandingkan pemahaman anda sendiri. Jadi siapa yang sedang anda serang dengan argumentasi anda teman?
Memang tidak ada pertentangan antara ‘kedaulatan Allah dan kebebasan manusia’. Pertentangan itu hanya ada di otak anda sendiri. Makanya tak heran, anda sama sekali tidak membahas (membuang) ‘kedaulatan Allah’, dan menjabarkan dengan salah dan LEBAY mengenai ‘kebebasan manusia’.
Saya sudah mengatakannya bhw Calvinisme memandang kedua hal tsb secara harmonis sebagai suatu melodi bagi kemuliaan Allah. Semua Calvinist (yg benar2 Cavinist) menyetujui kedaulatan Allah dan kebebasan manusia sehingga mereka tidak meniadakan yang satu dan meneguhkan yang lain, melainkan mengaminkan kedua-duanya.
Hanya orang anti Calvinist semacam Kristen Fundamental saja yang berbuat inkonsistensi dengan menyatakan bhw kedua-duanya ada, tetapi didalam berargumentasi mengingkari salah satunya. Ini namanya mencla-mencle!
Ada Kalvinis yang menolak bahwa manusia punya kehendak bebas. Kalvinis-Kalvinis lain di satu sisi menerima kehendak bebas manusia, tetapi di sisi lain menyatakan bahwa Allah menentukan segala sesuatu. Menurut saya, jenis Kalvinis yang pertama lebih jujur pada premis dasar mereka. Nah, apa kata Alkitab? Alkitab penuh dengan bukti implisit maupun eksplisit bahwa manusia diciptakan dengan kehendak bebas. Alkitab tidak banyak berusaha membuktikan bahwa manusia memiliki kehendak bebas, sama seperti Alkitab tidak banyak berusaha membuktikan bahwa Allah ada. Kedua fakta ini diterima secara implisit dan sudah dianggap benar oleh para penulis Alkitab. Setiap kali ada himbauan dalam Firman Tuhan, itu adalah bukti implisit bahwa manusia dapat memilih. Setiap kali para penulis Alkitab memaparkan argumen, itu adalah bukti bahwa mereka mencoba untuk menyodorkan pertimbangan-pertimbangan kepada intelek para pembaca, agar pembaca membuat keputusan yang benar. Ini adalah bukti implisit bahwa manusia memiliki kehendak bebas.
Tanggapan saya :
Anda tidak mengerti apa itu Calvinisme jadi penilaian anda tidak ada gunanya. Ini hanya membuktikan bahwa anda terlalu bernafsu untuk segera mempersalahkan siapapun yang tidak sependapat dengan anda. Sangat banyak pengetahuan anda yg amburadul, mulai dari term ‘kehendak Allah’, ‘kedaulatan Allah’ ‘kehendak bebas’, penetapan dosa’, dll
Bahkan Allah sendiri berkata: “Marilah, baiklah kita berperkara”(Yes. 1:18). Tuhan berusaha untuk meyakinkan manusia agar memilih yang baik. Ini adalah bukti kuat bahwa Tuhan memberikan kehendak bebas kepada manusia. Tetapi, bukankah Tuhan itu berdaulat dan dapat menentukan apa yang akan dipilih oleh manusia? Benar! Tetapi Tuhan yang berdaulat itu telah memutuskan untuk membiarkan manusia yang memilih sendiri. Dan Tuhan konsisten dengan keputusanNya, sehingga Ia hanya akan meyakinkan manusia, bukan menentukan bagi manusia. Tentu manusia akan mempertanggungjawabkan pilihannya di hadapan Tuhan suatu hari. Bahkan kisah pencobaan di taman Eden pun merupakan bukti implisit bahwa manusia memiliki kehendak bebas. Perintah Tuhan kepada manusia untuk tidak makan dari buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat adalah bukti bahwa minimal ada dua pilihan! Dan fakta bahwa Tuhan sangat marah dan kecewa saat Adam dan Hawa makan buah itu, membuktikan bahwa Tuhan tidak menetapkan demikian. Hanya seorang yang telah dicuci otak oleh Kalvinisme yang dapat menyimpulkan dari Kejadian pasal 2 dan 3, bahwa Allah telah menetapkan Adam untuk jatuh ke dalam dosa!
Tanggapan saya :
Perintah-perintah dan hukum-hukum Allah yang Ia nyatakan didalam kitab suci adalah salah satu bukti bhw Ia membatasi (bukan meniadakan) freewill manusia untuk taat pada perintahNya. Inilah yang telah dinyatakan didalam Calvinisme bhw kebebasan kita terbatas. Batas kebebasan kita adalah kedaulatan Allah. Allah bebas. Saya juga bebas. Allah lebih besar daripada saya. Kebebasan saya terbatas. Kebebasan Allah tidak terbatas. Jikalau kebebasan saya berbenturan dengan kebebasan Allah, maka saya yang kalah dan Allah yang menang. Kebebasan-Nya membatasi kebebasan saya, dan kebebasan saya tidak pernah dapat membatasi kebebasan-Nya.
Bukankah ini kebenaran FT yang dinyatakan didalam Calvinisme? Anda masih mau menyatakannya sebagai ajaran monster fatalisme yg menyesatkan???
Alkitab penuh dengan bukti implisit akan kehendak bebas manusia. Namun Alkitab juga mengandung pernyataan pernyataan langsung tentang kehendak manusia tersebut. Ada banyak ayat tentang “kehendak manusia.” Yonatan pernah berkata kepada Daud demikian, “Apapun kehendak hatimu, aku akan melakukannya bagimu” (1 Sam. 20:4). Tuan dalam perumpamaan Yesus membuat pernyataan yang sangat menarik: “Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku?” (Mat. 20:15). Ayat-ayat ini membuktikan bahwa keputusan manusia mengalir dari hatinya sendiri bukan ditentukan oleh pribadi lain. Kalvinis ingin agar kita percaya bahwa telah terjadi suatu sandiwara kosmik yang besar, tanpa disadari oleh para pemainnya. Manusia mengira ia menentukan keputusan-keputusannya sendiri, dan Alkitab pun mengacu kepada kehendak hati manusia, tetapi suatu hari nanti akan nyata bahwa ternyata kehendak hati itu telah ditentukan Tuhan! Satu-satunya yang kurang dari skenario ini adalah dukungan Alkitab. Anda tidak akan menemukan satu petunjuk pun dari Alkitab bahwa Allah telah menentukan segala keputusan, perasaan, dan tindakan manusia.
Tanggapan saya :
Anda berpendapat : kehendak bebas manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri bukan ditentukan oleh pribadi lain.
Bagaimana Steven menanggapi ayat-ayat ini dimana keinginan manusia dicondongkan oleh Allah kepada kesesatan?
Amsal 21:1 Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini.(Hati raja dikendalikan ke arah yang sesuai dengan apa yang Tuhan ingini. Ayat ini tidak berbicara mengenai ’keputusan’ yang Tuhan kendalikan, melainkan ‘HATI’ yang Tuhan kendalikan)
Mazmur.105:24 TUHAN membuat umat-Nya sangat subur, dan menjadikannya lebih kuat dari pada para lawannya;
105:25 diubah-Nya hati mereka untuk membenci umat-Nya, untuk memperdayakan hamba-hamba-Nya. (Allah menentukan sikap hati mereka)
II Tesalonika.2:11 Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan (ini jelas berpengaruh thdp freewill manusia) atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta,
2:12 supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan
Wah.17:17 Sebab Allah telah menerangi hati mereka untuk melakukan kehendak-Nya (bukan kehendak mereka, tetapi kehendak Allah) dengan seia sekata dan untuk memberikan pemerintahan mereka kepada binatang itu, sampai segala firman Allah telah digenapi
Doktor Steven, PR anda banyak sekali ne. Selamat menikmati, ya! Silahkan ditanggai sambil buka Alkitab dan buku-buku tafsiran dan jangan lupa segelas kopi untuk menemani saat belajar anda agar anda tidak ngantuk!
Sebaliknya, dalam kasus-kasus tertentu, justru Allah yang mengikuti kehendak manusia. Demikianlah pemazmur mengumandangkan kebenaran ini: “Ia melakukan kehendak orang-orang yang takut akan Dia, mendengarkan teriak mereka minta tolong dan menyelamatkan mereka” (Maz. 145:19). Apakah kita harus percaya, sebagaimana pengajaran Kalvinis, bahwa Allah menentukan dulu kehendak orang-orang itu, lalu membiarkan orangorang itu merasa bahwa mereka berkehendak dari diri mereka sendiri, dan lalu menyatakan bahwa Dia mengikuti kehendak mereka? Saya tidak percaya bahwa Allah menipu kita dengan sandiwara kosmik seperti itu! Itu bertentangan dengan kesaksian Alkitab!
Tanggapan saya :
Exegesis anda payah poul!
Ayat di Mazmur.145:19 (sesuai konteksnya) berbicara mengenai DOA ORANG YANG TAKUT AKAN DIA (orang benar). Tidak setiap doa dijawab ‘ya’ oleh Tuhan. Tuhan hanya akan menjawab doa yang SESUAI dengan kehendak-Nya. Kalau doa tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, maka Tuhan tidak akan jawab (jawab ‘tidak’). Daud sendiri sering berdoa kepada Tuhan, dan Tuhan tidak jawab karena tidak sesuai dengan kehendakNya. Paulus pun pernah berdoa kepada Tuhan agar duri dalam dagingnya disingkirkan oleh Tuhan, tetapi Tuhan tidak melakukan spt yg Paulus inginkan. Bahkan Tuhan Yesus pun pada waktu di taman Getsemani berdoa kepada Bapa agar cawan penderitaan yang akan Ia minum tersingkirkan, tetapi Bapa-Nya tidak meluluskan permintaan-Nya. Allah Bapa tidak menyelamatkan Yesus dari penderitaan yang harus Ia tanggung karena Yesus sudah ditentukan bahwa Ia datang kedalam dunia adalah untuk mati menjadi tebusan bagi banyak orang. Salah satu perkataan terindah yang keluar dari mulut Tuhan kita pada saat Ia berdoa ditaman Getsemani adalah :
Lukas,22:42 "…; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.
Rasul Yohanes mengungkapkan kebenaran ini bahwa hanya ketika keinginan/kehendak kita sesuai dengan keinginan/kehendak Tuhan, maka Tuhan akan kabulkan permintaan kita :
I Yohanes.3:22 dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita MENURUTI segala perintah-Nya dan berbuat apa yang BERKENAN kepada-Nya
I Yohanes.5:14 Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya MENURUT kehendak-Nya.
Rasul Yakobus juga berbicara bahwa Tuhan tidak akan mengabulkan keinginan/kehendak kita kalau itu tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Yak.4:3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.
JADI SEBENARNYA BUKAN KEHENDAK ORANG YANG TUHAN LAKUKAN, MELAINKAN KEHENDAK-NYA SENDIRI YANG IA LAKSANAKAN. INI YANG ALKITAB NYATAKAN DENGAN JELAS (EKSPLISIT) PADA KITA.
Dalam DOA BAPA KAMI ditulis : “datanglah kerajaan-Mu (bukan kerajaan manusia/kita), jadilah kehendak-Mu (bukan kehendak manusia/kita) di bumi seperti di surga”. (Matius.6:10)
Saudara Steven, menurut penafsiran yg telah anda kemukakan mengenai Mazmur.145:19 berarti anda telah menyatakan bhw Yesus dan Paulus adalah orang-orang yang tidak takut akan Allah sehingga Allah tidak melakukan kehendak mereka, malah Ia melakukan kehendak-Nya sendiri! Oo..Steven, inikah yang anda klaim sebagai ajaran Alkitabiah? Hahaha….Alkitabiah dari Hongkong?
Pernyataan Steven diatas bahwa ‘…justru Allah yang mengikuti kehendak manusia’ dan ‘Yang tidak Allah tentukan adalah keputusan-keputusan makhluk-makhluk yang berkehendak bebas’ merupakan ungkapan seorang HUMANIS TULEN. Layakkah orang seperti ini menjadi hamba Tuhan/Pendeta? Apakah Tuhan bisa disetir oleh manusia? Kala manusia bisa mengontrol Tuhan, maka siapakah yang lebih berdaulat, manusia atau Tuhan? Kalau manusia yang lebih berdaulat daripada Tuhan, maka siapakah yang layak jadi tuan dan siapakah yang layak jadi hamba? Kalau dalam suatu waktu Tuhan bisa kehilangan kedaulatanNya, maka saat itu juga Tuhan berhenti menjadi Tuhan! O…temanku Steven, apakah anda tidak melihat bahwa ketika anda menghindari satu kebenaran demi beribu bualan ajaran, maka anda akan segera berhadapan dengan berjuta-juta realita kebenaran yang akan menghadang perjalanan anda sbg hamba Tuhan? Tidakkah ini anda sadari, wahai doktor? Butakah mata rohani anda akan kehendak Allah? Atau sudah silaukah mata anda akan gemerlapnya pesona puji-pujian akan kebebasan manusia yang semu mengagumkan? Sadarilah wahai temanku bahwa anda sedang berada di ambang batas penghujatan akan Allah yang maha berdaulat.
Kalau Allah menentukan segala sesuatu, maka adalah olok-olok bagi Allah untuk menyuruh manusia memilih. Tuhan, melalui Yosua, pernah menantang orang Israel: “pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah” (Yos. 24:15). Bukankah ini semua suatu sandiwara besar jika ternyata Tuhan telah menentukan siapa yang akan memilih Dia, dan siapa yang memilih ilah lain? Bukankah olok-olok jika kemudian Tuhan memarahi mereka yang melaksanakan ketetapanNya sendiri untuk memilih ilah lain? Bukankah bertentangan dengan keadilan Tuhan jika kemudian Tuhan menghukum orang-orang yang tidak dapat berbuat lain daripada rencana rahasiaNya? O, teman- temanku Kalvinis, tidak dapatkah engkau melihat, betapa Kalvinisme menjatuhkan karakter Tuhan?
Tanggapan saya :
Allah tidak perlu memberitahu mengenai kehendak dekritNya kepada Yosua. Itu urusan Tuhan! Urusan Yosua adalah ia taat pada perintah (kehendak perspektif) Allah.
Ulangan 29:29 Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."
Ayat diatas adalah Firman Tuhan sendiri. Apakah ayat diatas anda katakan sebagai ‘usaha menjatuhkan karakter Tuhan’?? Apakah anda hendak mengadu Tuhan dengan firman-Nya? ASTAGA!
C. Kemahatahuan yang Benar-Benar Mahatahu
Kalvinis menganggap bahwa kemahatahuan Allah adalah benteng yang kuat bagi doktrinnya. Mereka mengumandangkan bahwa jika seseorang menerima kemahatahuan Allah, maka ia harus juga percaya bahwa Allah menentukan segala sesuatu. Boettner bahkan berkata: “Keberatan Arminian terhadap penentuan lebih dulu mengandung
kekuatan yang sama terhadap pengetahuan lebih dulu dari Allah. Apa yang Allah ketahui lebih dulu pastilah sama tertentunya dan pastinya seperti apa yang ditentukan lebih dulu.”
Kita sudah melihat di bagian sebelumnya, bagaimana Kalvinis mengkaitkan kemahatahuan Allah dengan doktrinnya. Berikut ini saya kutip lagi penjelasan dari bagian sebelumnya:
Walaupun Non-Kalvinis mempercayai Allah mahatahu, Kalvinis memiliki pengertian yang lain tentang kemahatahuan. Kalvinis percaya bahwa jika Allah mahatahu, berarti Allah menentukan segala sesuatu. Logika Kalvinis berjalan seperti ini:
“Bayangkan suatu saat (minus tak terhingga) dimana alam semesta, malaikat, manusia, dsb belum diciptakan. Yang ada hanyalah Allah sendiri. Ini adalah sesuatu yang alkitabiah, karena Alkitab jelas mengajarkan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu (Kej 1 Yoh 1:1-3). Pada saat itu, karena Allah itu mahatahu (1Sam 2:3 - "Karena TUHAN itu Allah yang mahatahu"), maka Ia sudah mengetahui segala sesuatu (dalam arti kata yang mutlak) yang akan terjadi, termasuk dosa. Semua yang Ia tahu akan terjadi itu, pasti terjadi persis seperti yang Ia ketahui. Dengan kata lain, semua itu sudah tertentu pada saat itu. Kalau sudah tertentu, pasti ada yang menentukan (karena tidak mungkin hal-hal itu menentukan dirinya sendiri). Karena pada saat itu hanya ada Allah sendiri, maka jelas bahwa Ialah yang menentukan semua itu” (Budi Asali).
Saya akan memperjelas lagi dengan mengambil suatu contoh kasus imajiner, yaitu seorang bernama Budi yang suatu hari tertentu memilih untuk memakai baju merah. Allah sudah mengetahui bahwa Budi akan memakai baju merah pada hari
itu. Pengetahuan Allah akan hal ini sudah sejak kekekalan lampau. Dan, pengetahuan Allah tentu tidak dapat salah atau gagal, karena Ia Allah dan Ia Mahatahu. Jadi, menurut filosofi Kalvinis, Budi tidak memiliki pilihan lain. Kalau Budi pada hari itu
memilih baju biru, maka pengetahuan Allah menjadi salah, dan ini tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu, walaupun tampaknya seolah-olah Budi menggunakan kehendak bebasnya untuk memilih baju merah dari berbagai pilihan berwarnawarni
baju di lemari, menurut Kalvinis sebenarnya Budi sudah ditetapkan untuk memilih baju merah, dan bahwa Budi tidak bisa memilih baju warna lain karena Allah sudah tahu dia akan pilih merah, dan pengetahuan Allah tidak bisa salah.
Lebih lanjut lagi, Kalvinis mengajarkan bahwa Allah mahatahu karena Allah telah menetapkan segala sesuatu! Kita sudah mengutip Shedd yang berkata, “Jika Allah tidak lebih dulu menentukan apa yang akan terjadi, Ia tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi.” Di sinilah letak kesalahan dari Kalvinisme. Mereka membuat suatu asumsi filosofis bahwa:
1. Allah mengetahui lebih dahulu sama dengan Allah menentukan lebih dahulu
2. Pengetahuan Allah menyebabkan hal yang diketahui untuk terjadi
Padahal, tidak ada dukungan Alkitab, dukungan logis, ataupun dukungan praktis untuk asumsi tersebut.
Tanggapan saya :
Ini sudah saya tanggapi.
Dalam dunia nyata, bukanlah pengetahuan seseorang akan peristiwa yang membuat suatu peristiwa terjadi. Adalah peristiwa yang menimbulkan pengetahuan. Untuk menyederhanakan, kita mulai dengan contoh pengetahuan manusia pada umumnya (pasca-kejadian / post-knowledge). Misalnya kemarin terjadi gempa bumi di Surabaya. Saya yang di Jakarta, setelah membaca koran, menjadi tahu akan peristiwa tersebut. Tentu tidak ada seorangpun yang cukup gila untuk menegaskan bahwa karena saya tahu akan peristiwa tersebut, maka sayalah yang telah menyebabkan/menentukan terjadinya gempa bumi.
Nah, hal yang sama dapat kita lihat dalam hal pengetahuan awal Allah (pra-kejadian / fore-knowledge). Memang ada perbedaan dalam hal waktu mengetahui. Allah mengetahui sebelumnya, sedangkan manusia mengetahui setelahnya. Tetapi, kita masih berurusan dengan hal yang sama, yaitu pengetahuan! Dan bagaimanakah hubungan “pengetahuan” dengan “peristiwa”? Sebagaimana dalam post-knowledge, “peristiwa” menghasilkan “pengetahuan” dan bukan sebaliknya, demikian juga dalam fore-knowledge, “peristiwa” menghasilkan “pengetahuan” dan bukan sebaliknya.
Perbedaannya hanyalah dari sudut waktu. Dalam postknowledge, pengetahuan terjadi setelah peristiwa, dalam William G. T. Shedd, Dogmatic Theology, vol. I, hal. 396. foreknowledge, pengetahuan terjadi sebelum peristiwa. Tetapi, dalam kedua-duanya, “pengetahuan” tidak menyebabkan “peristiwa,” melainkan sebaliknya.
Tetapi bagaimanakah “peristiwa” dapat menyebabkan “pengetahuan” yang sudah ada sebelum peristiwa itu? Bagi manusia memang tidak mungkin, tetapi Allah berada di luar waktu. Istilah “fore” dan “post” knowledge adalah demi memudahkan manusia untuk mengerti, karena manusia berada dalam waktu. Allah berada di luar waktu.
Tanggapan saya :
Kalau manusia mengetahui sesuatu itu karena ada input dari luar diriNya sehingga yang dulu ia tidak tahu sekarang menjadi tahu. Manusia menjadi cerdas dan bijaksana karena ada proses pembelajaran yang terjadi dan itu didapat dari input diluar dirinya. Manusia BERBEDA TOTAL dengan Tuhan. TUHAN ADALAH INTELLIGENT BEING. IA ADALAH SUMBER DARI SEGALA HIKMAT DAN PENGETAHUAN. Ia tidak perlu mendapatkan input dari luar untuk menjadikan Dirinya sendiri jadi tahu dan akhirnya menjadi cerdas dan berhikmat.
Kali ini anda berbuat hal yang sama dengan sebelumnya yaitu humanisasi ke’Allah’an. Anda telah menurunkanNya sampai ke tingkat yang sama bahkan lebih rendah dari manusia.
Saudara Steven, sekarang anda memainkan kata fore dan post dalam kaitannya dengan knowledge.
Masakan Tuhan sama dengan manusia sehingga Ia bisa mengetahui sesuatu kalau sesuatu itu sudah ada dimasa yang akan datang??
Kalau begitu, mana yang lebih dulu ada, ‘sesuatu itu’ ataukah ‘pengetahuan Allah’?
Kalau anda menyatakan bhw ‘pengetahuan Allah’ ada lebih dulu daripada ‘sesuatu itu’ berarti anda telah mengingkari pernyataan anda sendiri bhw pengetahuan Allah itu datangnya dari luar Dirinya?
Bagaimana mungkin menyatakan ‘pengetahuan itu datang dari luar diri’ sembari mengatakan ‘sesuatu telah ada sebelum pengetahuan itu ada’? MUSTAHIL!
Anda mau berargumentasi : tidak ada yang mustahil bagi Allah?
Hahaha…justru anda telah membuat hal tsb mustahil bagi Allah!
Saudara Steven dengan menyatakan bhw pengetahuan Tuhan datang dari luar diri-Nya berarti sama dengan menyatakan bhw pengetahuan Tuhan itu bisa berkembang.
Dengan menyatakan bhw pengetahuan Tuhan itu bisa berkembang maka anda telah menyatakan bhw Allah tempo doeloe adalah Allah yang lebih bodoh daripada Allah modern.
Dengan menyatakan Allah jadul berbeda dengan Allah gaul maka anda telah mendeklarasikan Allah yang ada dalam suatu proses.
Dengan menyatakan hal ini berarti anda telah meniadakan sifat kekekalan dan kesempurnaan Tuhan.
Anda benar-benar telah melucuti Allah sehingga ‘Allah’ mu tak ubahnya seperti tentara yang menjadi tawanan perang antara ‘kedaulatan Allah’ dan ‘kebebasan manusia’.
Bahkan anda menyatakan sesuatu pertanyaan yang anda sendiripun tidak bisa menjawabnya karena kekonyolan teori anda tsb :
Steven menulis :
Tetapi bagaimanakah “peristiwa” dapat menyebabkan “pengetahuan” yang sudah ada sebelum peristiwa itu? Bagi manusia memang tidak mungkin, tetapi Allah berada di luar waktu. Istilah “fore” dan “post” knowledge adalah demi memudahkan manusia untuk mengerti, karena manusia berada dalam waktu. Allah berada di luar waktu.
Seakan-akan Steven mau menjawab pertanyaan yang timbul secara logis dari pernyataanya tsb, namun yang terjadi adalah dia tidak menjawabnya karena kebingungannya sendiri. Benar-benar suatu artikel sampah!
Ini KONTRAS SEKALI dengan pernyataan Alkitab yang menjadi pandangan Calvinisme, yaitu :
Pengetahuan Allah tidak didapat dari luar diri-Nya melalui proses pengamatan/penyelidikan atau melalui proses berpikir. Pengetahuan Allah ada pada diri-Nya sendiri. Dia adalah sumber hikmat dan pengetahuan.
Roma.11:33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
11:34 Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
11:35 Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya
Ayub.12:13 Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian.
Ini menunjukkan bhw semua hal itu datang dari dalam diri Allah sendiri. Beberapa bagian Alkitab yang lain juga menyatakan hal ini,diantaranya :
Kolose.1:16 karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
1:17 Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia
Semua hal ada diketahui Allah bukan karena sesuatu itu ada diwaktu yang akan datang. Ini sama sekali tidak memungkinkan untuk dikenakan kepada Allah. Allah mengetahui segala sesuatu karena segala sesuatu itu berasal dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia, bagi kemuliaanNya semata.
Dari basis pemikiran inilah Calvinisme menyatakan bhw Allah mengetahui segala sesuatu karena Ia menetapkan keberadaan hal tsb.
Penjelasan dari Pdt.Budi Asali ini mempresentasikan pandangan Calvinisme dalam hal ini :
Bayangkan suatu saat (minus tak terhingga) dimana alam semesta, malaikat, manusia, dsb belum diciptakan. Yang ada hanyalah Allah sendiri. Ini adalah sesuatu yang alkitabiah, karena Alkitab jelas mengajarkan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu (Kej 1 Yoh 1:1-3). Pada saat itu, karena Allah itu maha tahu (1Sam 2:3 - "Karena TUHAN itu Allah yang maha tahu"), maka Ia sudah mengetahui segala sesuatu (dalam arti kata yang mutlak) yang akan terjadi, termasuk dosa. Semua yang Ia tahu akan terjadi itu, pasti terjadi persis seperti yang Ia ketahui. Dengan kata lain, semua itu sudah tertentu pada saat itu. Kalau sudah tertentu, pasti ada yang menentukan (karena tidak mungkin hal-hal itu menentukan dirinya sendiri). Karena pada saat itu hanya ada Allah sendiri, maka jelas bahwa Ialah yang menentukan semua itu.
(http://www.geocities.com/golgotha_ministry4/providence/kedaulatanallah.htm)
Melihat kebenaran yang disajikan oleh Alkitab BERBEDA SECARA MUTLAK dengan bualan Steven MENUNJUKKAN bhw ajaran Kristen Fundamental yang dimotori oleh Suhento Liauw dan anak-anaknya adalah sesuatu yang menyesatkan!
Allah melihat garis waktu bagaikan seseorang yang berada di tempat tinggi memperhatikan banyak kendaraan di jalanan yang panjang. Sedangkan manusia yang berada di dalam waktu, bagaikan salah satu mobil di jalan tersebut, yang sedang “menjalani waktu.” Kapanpun sebuah peristiwa terjadi dalam garis waktu, Allah tahu akan peristiwa itu, bahkan di luar dari waktu.
Jadi, urutan logis (bukan urutan kronologis) yang terjadi adalah:
1. Allah memutuskan untuk memberikan kehendak bebas pada manusia (di luar waktu)
2. Allah menempatkan manusia dalam garis waktu (dalam waktu)
3. Manusia memilih dengan kehendak bebasnya (dalam waktu)
4. Allah tahu pilihan manusia tersebut (di luar waktu)
Kita lihat bahwa fakta Allah mengetahui suatu tindakan manusia, bukan berarti Allah menentukan tindakan tersebut. Manusialah yang menentukan tindakannya, dan Allah tahu akan tindakan itu. Foreknowledge Allah dapat saya ilustrasikan dengan rekaman video. Misalnya saya merekam sebuah pertandingan sepakbola. Lalu saya mempertunjukkan rekaman itu kepada teman saya yang tidak sempat menonton. Bagi dia, seolah-olah hasil rekaman saya itu terjadi “live” karena dia belum tahu apa yang terjadi. Bagi saya, seolah-olah saya punya “foreknowledge” akan pertandingan itu. Kalau
teman saya tidak tahu bahwa itu adalah rekaman (menyangka sedang menonton “live”), maka dia akan heran bahwa saya bisa mengetahui segala sesuatu dengan sempurna. Saya bisa menceritakan alur permainan, keputusan wasit, gol-gol yang tercipta pada menit yang tepat, cidera yang terjadi, dan lain sebagainya. Tetapi, setinggi apapun kekaguman dia pada kehebatan pengetauan saya, tidak mungkin dia berpendapat bahwa “pengetahuan” sayalah yang menyebabkan semuanya terjadi seperti yang saya katakan.
Juga tidak ada orang waras yang akan mengatakan bahwa saya tahu apa yang terjadi
karena saya telah menentukan semua itu. Faktanya adalah, walaupun saya sudah “tahu” apa yang terjadi, tetapi “peristiwa” itulah yang membuat saya tahu, bukan “pengetahuan” saya yang menimbulkan “peristiwa.”
Tanggapan saya :
Peristiwa sepak bola itu ada lebih dulu sehingga anda dapat menyuntingnya. Ini tidak dapat dikatakan foreknowledge tetapi knowledge(post). Dan teman anda tsb adalah orang gila yang menganggap dia sedang menonton live padahal itu hanyalah rekaman.
Apakah ilustrasi tolol dengan tokoh orang2 gila mau anda kenakan kepada Allah?
Untuk yang lainnya, sudah saya tanggapi. Silahkan dipelajari.
Dalam kasus Allah, pengetahuanNya adalah sempurna dan tidak mungkin salah. Oleh karena itu, apapun yang Allah ketahui lebih dahulu, PASTI terjadi. Saya mengaminkan pernyataan ini! Tetapi tidak berarti Allah telah menentukannya. Walaupun segala sesuatu sudah PASTI, segala sesuatu TIDAKLAH HARUS. (Sekilas sepertinya kata “pasti” dan “harus” adalah sinonim. Tetapi ada perbedaan konotasi antara kedua kata ini.)
Tanggapan saya :
Kata tukang cukur yang hanya bondo nekat (bonek) kepada saya, sewaktu saya memprotes hasil cukurnya : “Mas, kalau ngomong yang tegas : rambut anda mau dicukur pendek atau panjang!?” Saya jengkel kepadanya karena dia hanya bisa memotong rambut dengan dua macam style akhir : rambut gaya pendek atau rambut gaya panjang. Jadinya potongan rambut saya amburadul. Untuk model rambut yg macam-macam dia tidak mampu mencukurnya.
Sekarang dengan bekal kebenaran FT saya menyatakan hal ini kepada Steven Liauw : ‘Mas kalau ngomong yang tegas : kata ‘pasti’ dan ‘harus’ itu sinonim atau anonim!? Kalau nngomong jangan mencla-mencle!”
Kalau segala sesuatu itu HARUS, berarti manusia tidak punya pilihan. Ini adalah konsep Kalvinis, bahwa Allah mengetahui dengan cara menentukan. Tetapi Allah telah memberi kebebasan bagi manusia. Manusia itu memilih, dan Allah tahu akan pilihan itu. Bukan Allah yang memilih bagi dia, tetapi Allah tahu pilihan dia.
Sebagai ilustrasi, saya ambil contoh lagi tokoh Budi yang memilih warna baju. Dalam konsep Kalvinis, Allah menentukan Budi untuk memilih baju merah. Ia tidak punya pilihan yang riil sebenarnya. Dari sudut pra-pengetahuan Allah, tindakan Budi sudah PASTI sekaligus HARUS. Tetapi dalam konsep Alkitabiah, Tuhan tidak menentukan bagi Budi. Budi benar-benar punya pilihan, apakah merah atau biru. Karena Budi memilih Merah, Allah tahu akan hal itu (di luar waktu). Sehingga, sebelum Budi memilih pun, dari sudut pra-pengetahuan Allah, sudah PASTI dia memilih merah. Tetapi Budi TIDAK HARUS memilih merah. Kalau Budi memilih biru, maka pengetahuan Allah menjadi “Budi akan memilih biru.” Sekali lagi, maka sejak kekal sudah PASTI Budi memilih biru, walaupun ia TIDAK HARUS memilih biru.
Jadi kita lihat, “peristiwa” pemilihan oleh Budi, menyebabkan “pengetahuan” Allah akan pilihan Budi, walaupun pengetahuan (di luar waktu) itu sebelum peristiwa (dalam waktu).
Gagal untuk memahami perbedaan antara PASTI dan HARUS, menyebabkan pernyataan seperti berikut dari Berkhof: “Telah ditentukan bahwa orang Ibrani harus menyalibkan Yesus.” Ini adalah posisi Kalvinis, manusia HARUS melakukan yang sudah ditetapkan. Tetapi seperti telah kita lihat, jika mereka “harus,” berarti mereka tidak bisa dan tidak boleh melakukan yang lain. Itu berarti mereka tidak bebas dan tidak bertanggung jawab. Seorang non-Kalvinis yang Alkitabiah dapat mengatakan: “Berdasarkan pra-pengetahuan Tuhan yang sempurna dan tak dapat salah, orang-orang Ibrani PASTI menyalibkan Yesus, tetapi mereka TIDAK HARUS menyalibkanNya.” Artinya, orang-orang Ibrani
bisa saja memilih untuk tidak menyalibkan Yesus. Opsi itu riil dan terbuka bagi mereka! Tetapi Tuhan tahu dengan pasti pilihan mereka, sejak kekekalan.
Tanggapan saya :
Ini fitnahan anda terhadap Calvinisme : Kalau segala sesuatu itu HARUS, berarti manusia tidak punya pilihan.
Ini adalah konsep Kalvinis, bahwa Allah mengetahui dengan cara menentukan. Saya sudah membantahnya dalam tulisan sebelumnya.
Ulasan yang bertele-tele dan diulang berkali-kali adalah ciri khas dari anda untuk membuat tulisan kelihatan ‘wah’ dan Alkitabiah serta punya kekuatan argumentasi untuk menyalahkan Calvinisme.
William Lane Craig memberikan pengertian yang sangat baik sekali tentang hubungan antara kemahatahuan Allah dengan peristiwa-peristiwa dalam dunia: “Dari pra-pengetahuan (foreknowledge) Allah tentang suatu aksi yang bebas, seseorang hanya dapat menyimpulkan bahwa aksi itu akan terjadi, bukan bahwa aksi itu harus terjadi. Agen yang melakukan aksi tersebut memiliki kekuatan untuk menahan diri (dari aksi tersebut), dan jika agen tersebut melakukan seperti itu, maka pra-pengetahuan Allah tentunya menjadi berbeda. Agen-agen (pelaku-pelaku) tidak bisa berlaku sedemikian rupa sehingga Allah mengetahui mereka melakukan suatu tindakan, namun mereka tidak melakukan tindakan itu. Tetapi ini bukanlah suatu batasan terhadap kebebasan mereka. Mereka bebas untuk melakukan atau tidak melakukan, dan yang mana pun yang mereka pilih, Allah akan sudah mengetahuinya. Karena pengetahuan Allah, walaupun secara
kronologis adalah sebelum aksi tersebut, namun secara logis adalah setelah aksi tersebut dan ditentukan oleh aksi itu. Oleh karena itu, pra-pengetahuan ilahi dan kebebasan manusia tidaklah saling bertentangan.”
Tanggapan saya :
William Lane Craig sama bodohnya dalam hal ini dengan anda. Penetapan Allah tidak bergantung pada obyeknya tetapi pada subyeknya, yaitu Allah sendiri. Ini Alkitabiah.
Kalau sesuatu itu sudah pasti, buat apa ditetapkan oleh Allah? Memastikan sesuatu yang sudah pasti? Ini konyol!
Tidak ada satu ayatpun dalam Alkitab yang menyatakan bahwa pengetahuan Allah berasal dari penentuan Allah. Ini hanyalah suatu asumsi dasar Kalvinisme. Pink berusaha untuk menggunakan Kisah Para Rasul 2:23 untuk membuktikan asumsi Kalvinisme tersebut. Him, being delivered by the determinate counsel and foreknowledge of God, ye have taken, and by wicked hands have crucified and slain: Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan pra-pengetahuanNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Pink bersikukuh bahwa pra-pengetahuan Allah didasarkan pada dekrit-dekrit Allah, dan meminta kita untuk “perhatikan urutannya: pertama adalah maksud Allah (dekritNya), dan kedua pra-pengetahuanNya.” Berdasarkan urutan ini, Pink mengajarkan bahwa dekrit Allah menyebabkan Allah tahu. Tetapi ini logika yang kacau. Hanya karena “maksud” lebih dulu disebut dari “pra-pengetahuan,” sama sekali tidak membuktikan bahwa yang satu mendasari yang lain. Bagaimana
dengan ayat-ayat yang menyebut “pra-pengetahuan” duluan? Roma 8:29 berbunyi: “Sebab semua orang yang diketahuiNya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”. Ayat ini justru mengajarkan bahwa prapengetahuan Allah menjadi dasar dari penentuanNya. Artinya, Allah menentukan berbagai hal dalam dunia, bukan secara sembarangan, tetapi berdasarkan hal-hal yang Allah ketahui.
Tanggapan saya :
Steven, bukan hanya pengertian anda yang payah, eksegesis anda juga payah luar biasa.
Ayat di Roma.8:29 sama sekali tidak mengajarkan bhw pengetahuan Allah datangnya dari luar diriNya. Kata ‘diketahuiNya’ (foreknew) harus dilihat dalam keseluruhan kalimat dan konteks ayat tsb. Kata ini hanya membuktikan bhw Allah tahu dan mengenal siapa milik kepunyaanNya. Alkitab seringkali menggunakan kata ‘foreknew’/’knew’ untuk menunjukkan bhw Allah tahu dan mengenal mereka BUKAN HANYA dalam gagasan saja, TETAPI JUGA mengasihi mereka. Ini cocok dengan ide dalam teks tersebut bhw hanya orang yang Ia kasihi saja (orang pilihan) yang Allah ketahui/kenal dan mereka itu ditentukan untuk serupa dengan gambaran Anak-Nya.
Mazmur 1:6 sebab TUHAN mengenal (knoweth) jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
II Timotius 2:19 Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal (knoweth) siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan."
Allah mengasihi mereka bukan karena mereka terlebih dahulu memilih Dia, tetapi karena Ia terlebih dahulu memilih mereka hanya berdasarkan kerelaan kehendak-Nya
Yohanes 15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.
Efesus.1:4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.
Efesus.1:11 Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan -- kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya --
Steven silahkan jawab pertanyaan saya ini!
“Sebab semua orang yang diketahuiNya dari semula,..” (Rom.8:29)
Kalau anda bersikeras dengan menyatakan bhw ‘foreknew’ ini adalah ‘benar-benar tahu’ dalam arti itu hanya ada dalam gagasan/pikiran Allah, maka :
- Apakah semua orang yang Allah ketahui juga yang Ia tentukan untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya?
- Berarti anda mengklaim bhw semua orang pasti akan selamat? Apakah Kristen Fundamental menganut universalisme?
- Lalu apa gunanya anda percaya kepada Kristus kalau pada akhirnya semua orang akan selamat?
- Anda mau menjebak orang dengan teologia anda untuk menggiring mereka mengikuti kesesatan anda agar mereka terlepas dari iman mereka kepada Kristus hanya karena percaya bahwa semua orang pada akhirnya akan selamat, ga peduli percaya kepada Kristus atau tidak???
Mazmur 139, salah satu pasal yang paling indah menggambarkan kemahatahuan Tuhan, tidak mendukung sama sekali konsep Kalvinis. Dalam Mazmur ini, Daud menjelaskan:
TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.
Kata-kata Daud sama sekali tidak mencerminkan bahwa segala yang Tuhan ketahui berarti sudah Tuhan tentukan. Justru sebaliknya! Tuhan “menyelidiki” dan “mengenal” Daud. Ini berarti Tuhan tidak menentukan pikiran-pikiran Daud. Kalau Tuhan menentukan pikiran Daud, maka tidak perlu lagi “diselidiki”! Tuhan juga “memeriksa” Daud. Semua kata-kata yang dipakai menunjukkan bahwa Daud adalah makhluk dengan kehendak bebas (diciptakan Tuhan demikian), dan menentukan pikiran dan pilihannya sendiri. Tetapi pengetahuan Tuhan sedemikian hebat, sehingga hal-hal yang paling
rahasia pun, yang hanya ada dalam pikiran Daud, adalah terbuka bagi pengetahuan Tuhan!
Saking hebatnya pengetahuan Tuhan, Daud berkata, “Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya” (139:6). Ini sangat kontras dengan konsep Kalvinis.
Tanggapan saya :
Calvinisme memang tidak menolak konsep kemahatahuan Allah, lalu anda sedang menyerang siapa, Doktor? Anda menampar diri anda sendiri?
Kalau anda mengatakan bhw Allah itu maha tahu sehingga Ia tahu apapun yang akan terjadi kenapa Ia mesti ‘menyelidiki’ ? Emangnya sebelumnya Ia tidak tahu lalu Ia melakukan penyelidikan, dan akhirnya Ia tahu (seperti teori kebodohan Allah anda) ??
Steven, ayat di Mazmur pasal 139 sama sekali tidak menentang ketetapan Allah. Tidak ada satu ayatpun baik implicit maupun eksplisit yang menantang hal tsb.
Kenapa anda tidak meneruskan ayat yang anda kutip di pasal tersebut sampai ayat dibawahnya? Takut ketahuan kebodohan anda?
Mazmur.139:16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya TERTULIS hari-hari yang AKAN DIBENTUK, SEBELUM ADA satu pun dari padanya
Di teks tersebut dengan EKSPLISIT dikatakan mengenai ketetapan Allah yang dilakukan SEBELUM ADA SATUPUN DARIPADANYA.
Hahaha…Ayolah Steven, mana kemampuan eksposisi anda???
Sekali lagi saya mengutip Shedd: “Jika Allah tidak lebih dulu menentukan apa yang akan terjadi, Ia tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi.” Saya rasa prapengetahuan
ala Kalvinis sama sekali tidak mengesankan. Kalau perlu menentukan dulu, baru bisa tahu, itu saya juga bisa, bahkan anak-anak juga bisa! Sekali lagi, sama sekali tidak ada yang spektakuler mengenai pengetahuan yang harus menentukan dulu untuk bisa tahu. Coba kita perjelas dengan ilustrasi sehari-hari.
“Saya adalah seorang dosen, dan tentunya memiliki kuasa untuk menentukan banyak hal di dalam kelas. Suatu hari, saya memutuskan untuk memberikan ujian mendadak kepada para mahasiswa. Mahasiswa yang tidak siap untuk ujian tentunya kaget sekali. Mungkin pula ada yang protes. Tetapi satu hal yang pasti, mereka tidak akan terkesan bila saya mengatakan, ‘saya sudah tahu bahwa hari ini akan ada ujian.’ So what!!?? Ya jelaslah sang dosen tahu, toh dia yang memutuskannya! Sebaliknya, bila ternyata salah satu mahasiswa, karena kepintarannya menganalisa gerak-gerik, pola mengajar, dan pola pikir saya, ternyata dapat mengetahui bahwa akan ada ujian mendadak hari itu, maka itu adalah pengetahuan yang cukup spesial.”
Tanggapan saya :
Hohoho….anda bisa menentukan dahulu apa yang akan terjadi esok hari? Anda benar-benar telah menyamakan diri anda sendiri dengan Allah. Andai anda hidup 2000 tahun yang lalu di daerah Israel sana, tentu para rabi Yahudi akan menimpuki anda dengan batu.
Silahkan anda menentukan bhw besok akan ada ujian mendadak, tetapi perlu anda ingat :
- bagaimana kalau besok ketika anda berangkat ke sekolah tiba-tiba anda jatuh sakit keras sehingga tidak dapat mengajar?
- bagaimana jika besok akan datang banjir bandang dan menggenangi seluruh Jakarta sehingga tidak memungkinkan datang ke kampus?
- bagaimana jika besok anda mengalami kecelakaan sehingga anda harus masuk ke RS ??
Hahaha…ilustrasi apapun yang anda comot tidak akan cocok dengan teori anda, Steven!
Tidak mungkin Daud terkesan dan berkata, “Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya” jika ternyata pengetahuan itu adalah karena suatu penentuan. Bahkan bisa dipertanyakan, apakah “pengetahuan karena penentuan” bisa disebut sebagai keMAHAtahuan.
Tanggapan saya :
Justru karena Allah itu maha tahu, maha hadir, maha berdaulat, dsb makanya Daud begitu kagum akan Dia.
Sebagaimana telah dikutip sebelumnya, Warfield mewakili para Kalvinis untuk menjelaskan tentang pengetahuan Allah: “Alah mengetahui lebih dulu hanya karena Ia telah menentukan lebih dulu, dan karena itu juga Ia menyebabkannya terjadi; dengan kata lain, pengetahuan lebih dulu ini pada hakekatnya adalah pengetahuan tentang kehendakNya sendiri.” Mengetahui kehendak sendiri sama sekali tidak ajaib! Pribadi yang hanya tahu apa yang telah ia tentukan, sebenarnya bahkan tidak masuk kategori mahatahu.
Tanggapan saya :
Ini adalah kebenaran yang FT suguhkan tidak butuh pengakuan manusia. Kalau anda merasa lebih pinter dari Allah, silahkan jadi allah bagi diri anda sendiri dan bagi murid-murid anda yang polos dan lugu tsb!
Kalvinis, karena semangat mereka mempertahankan premis dasar “Allah menentukan segala sesuatu,” justru malah menyerang kemahatahuan Tuhan sendiri! Arminius, tokoh yang paling banyak diserang oleh Kalvinis, justru memiliki pandangan tentang kemahatahuan yang jauh lebih baik. Tentang Allah, Arminius menegaskan:
“Ia tahu segala hal yang mungkin, apakah mengenai kapabilitas Allah ataupun makhluk; dalam kapabilitas aktif maupun pasif; dalam kapabilitas tindakan, atau imajinasi, atau ucapan: Ia tahu segala sesuatu yang dapat eksis, dalam hal hipotesis apapun: Ia tahu hal-hal lain di luar diriNya, baik yang harus maupun yang tergantung, baik atau buruk,
umum atau khusus, masa depan, masa kini dan masa lampau, agung ataupun tercela: Ia tahu hal-hal yang substansial maupun segala jenis yang tak disengaja; aksi dan emosi, modus dan keadaan segala hal; kata-kata dan perbuatan eksternal, pikiran-pikiran internal, pertimbangan-pertimbangan, maksud rencana, dan keputusan-keputusan, dan entitas akal budi, apakah kompleks atau sederhana.”
James Arminius justru mengakui kemahatahuan Tuhan yang lebih komplit daripada Kalvinis.
Tanggapan saya :
Tidak ada sama sekali pertentangan antara penetapan Allah dengan kemahatahuan Allah. Ini sudah saya jelaskan bahwa Allah dapat mengetahui segala kemungkinan yang akan terjadi, TETAPI HANYA yang pasti akan terjadi saja yang menandakan bhw itu telah Ia tetapkan dari sejak kekekalan. KetetapanNya ada sebelum segala sesuatu ada. KetetapanNya yang membuat segala sesuatu ada!
Silahkan dibaca lagi argumentasi saya sebelumnya.
Lho…bukankah anda tidak mau disebut sebagai Armenianisme karena itu berkonotasi negatif lalu kenapa sekarang mengutip pernyataan tokohnya? Anda sedang menjilat muntah sendiri?
Secara tradisional, umat Kristiani percaya bahwa Allah tahu segala sesuatu, termasuk apa yang disebut “middle knowledge.” Allah memiliki “middle knowledge,” yang berarti bahwa Allah bukan hanya tahu semua apa yang sudah, sedang, dan akan terjadi, tetapi
Allah juga tahu semua yang MUNGKIN terjadi. Jadi, walaupun Allah sudah tahu tentang perzinahan Daud dengan Batsyeba, dan segala konsekuensinya, misalnya kekacauan keluarga Daud karena contoh buruk yang ia berikan, dan juga pemberontakan anaknya dan penasihatnya, Allah juga tahu, apa yang akan terjadi jika saja Daud tidak berzinah dengan Batsyeba! Allah tahu tentang semua konsekuensi, semua pilihan orang-orang lain di sekitar Daud, jika saja Daud memilih untuk melakukan hal lain! Jadi, Allah bukan saja tahu apa yang benar-benar terjadi, Allah bahkan tahu tentang segala kemungkinan! Itulah sebabnya, dalam Alkitab, banyak sekali referensi tentang pengetahuan Allah “jika” sesuatu hal terjadi, padahal hal tersebut tidak terjadi. Contoh:
Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (Mat. 11:21-24)
Pernyataan Tuhan Yesus ini adalah contoh yang sangat baik. Tirus, Sidon, dan Sodom tidak bertobat. Oleh karena itu tidaklah mungkin untuk mengatakan bahwa Allah menentukan mereka bertobat. Namun, Tuhan tahu, bahwa jika di kota-kota
itu terjadi mujizat-mujizat tertentu, mereka tentunya telah bertobat. Ini adalah salah satu perikop yang membuktikan bahwa Tuhan bukan hanya tahu hal-hal yang Ia tentukan! Ia tahu segala kemungkinan. Ia tahu apa yang makhluk akan lakukan dalam segala kondisi dan situasi.
Tanggapan saya :
Middle Knowledge? Istilah apa ini? Terus terang saja saya tidak tahu.
Kalau ada Middle berarti ada Low dan juga High? Lalu apa hubungannya antra Low Knowledge dan High Knowledge dengan Allah? Silahkan dijelaskan istilah yang mengada-ada ini!
Allah memang tahu segala kemungkinan, siapa yang bilang bahwa Ia tidak tahu segala kemungkinan, anda?
Siapa pula yang mengatakan bhw Allah menentukan Tirus, Sidon dan Sodom bertobat,anda? Apakah anda sedang ngelindur, Steven?
Segala kemungkinan tersebut tidaklah menjadi suatu kenyataan kalau tidak ada kepastian 100%. Kepastian 100% menandakan bahwa Allah sudah merencanakannya atau kalau tidak tentu tidak ada kepastian dan sesuatu itu tidak akan ada. KehendakNya membuat segala sesuatunya ada.
Perikop lain yang mengilustrasikan kebenaran ini ada dalam kitab 1 Samuel: Ketika diketahui Daud, bahwa Saul berniat jahat terhadap dia, berkatalah ia kepada imam Abyatar: "Bawalah efod itu ke mari." Berkatalah Daud: "TUHAN, Allah Israel, hamba-Mu ini telah mendengar kabar pasti, bahwa Saul berikhtiar untuk datang ke Kehila dan memusnahkan kota ini oleh karena aku. Akan diserahkan oleh warga-warga kota Kehila itukah aku ke dalam tangannya? Akan datangkah Saul seperti yang telah didengar oleh hamba-Mu ini? TUHAN, Allah Israel, beritahukanlah kiranya kepada hamba-Mu ini." Jawab TUHAN: "Ia akan datang." Kemudian bertanyalah Daud: "Akan diserahkan oleh warga-warga kota Kehila itukah aku dengan orang-orangku ke dalam tangan Saul?" Firman TUHAN:"Akan mereka serahkan." (1 Sam. 23:9-12).
Pada waktu itu, Daud sedang bersembunyi dari Saul di sebuah kota bernama Kehila. Saul rupanya mendapat kabar bahwa Daud berada di sana, dan Saul berniat untuk membawa pasukan dan mengepung Daud di Kehila. Namun rencana itu bocor ke telinga Daud, sehingga Daud bertanya kepada Tuhan: “Apakah orang-orang Kehila akan menyerahkan aku kepada Saul?” Tentu pertanyaan ini adalah dengan asumsi bahwa Daud terus berada di Kehila. Pada kenyataannya, Daud akhirnya segara keluar dari Kehila. Walaupun demikian, Tuhan bisa tahu dengan pasti, bahwa jika Daud berada di Kehila, orang-orang kota itu akan menyerahkan Daud kepada Saul. Ini adalah suatu kondisi hipotetis, dan tidak pernah terjadi. Tetapi demikianlah kemahatahuan Tuhan, sedemikian ajaib, sehingga Ia tahu segala kemungkinan dan Ia tahu apa yang akan dilakukan oleh makhluk-makhlukNya dalam segala jenis kondisi. Jelaslah bahwa Tuhan bukan hanya tahu apa yang Ia tetapkan! Tuhan bukan hanya tahu apa yang menjadi kehendakNya sendiri!
Tanggapan saya :
Calvinisme menegaskan kemahatahuan Allah.Calvinisme percaya bhw Allah maha tahu. Ayat di I Samuel.23:9-12 tidak bisa dijadikan senjata untuk mematahkan ketetapan Allah, karena ketetapan Allah tidak pernah bertentangan dengan kemahatahuan Allah. Bahwa Allah tahu segala kemungkinan itu tidak menghilangkan adanya KEPASTIAN dari suatu kejadian. Allah TAHU bahwa warga Kehila PASTI akan menyarahkan Daud kepada Saul tetapi Allah juga tahu bahwa Daud PASTI tidak mungkin bersembunyi terus di Kehila andai tidak maka ceritanya akan lain dengan apa yang Alkitab katakan. Kepastian tidak mungkin ada dengan sendirinya. Tuhan pasti mengatur semuanya, dan pengaturan Tuhan tidak dibuat mendadak pada saat itu, karena ini justru tidak sesuai dengan kemahatahuannya Dia. Dari kekekalan Dia tahu segala peristiwa yang ada. Peristiwa yang ada adalah suatu kepastian. Kepastian tidak pernah ada dari dirinya sendiri sebelum ia ada. Yang ada sebelum segala sesuatu ada adalah Tuhan. Pasti Tuhan yang menetapkan kepastian tersebut.
Kalau mau direnung-renungkan, pernyataan Warfield bahwa “Allah mengetahui lebih dulu hanya karena Ia telah menentukan lebih dulu, dan karena itu juga Ia menyebabkannya terjadi; dengan kata lain, pengetahuan lebih dulu ini pada
hakekatnya adalah pengetahuan tentang kehendakNya sendiri,” sebenarnya adalah pengakuan Kalvinis bahwa manusia tidak memiliki kehendak bebas!
Tanggapan saya :
Warfield tidak mengatakan bhw manusia tidak memiliki kehendak bebas! Memfitnah orang lain tidak serta merta membuat anda menjadi pintar.
Dengan satu kalimat ini, Warfield menerangkan apa yang sebenarnya dipercayai oleh
Kalvinis, tidak peduli betapa gigihnya mereka berusaha menyangkalinya, yaitu bahwa segala “kehendak” makhluk adalah sebenarnya “kehendak Allah.” Tanpa sadar (atau mungkin dengan sadar), Warfield menegaskan bahwa makhluk tidak memiliki kehendak sendiri, melainkan dikendalikan oleh “kehendak Allah.”
Jadi, usaha Kalvinis untuk memakai kemahatahuan Allah untuk mendukung premis dasarnya bahwa Allah telah menentukan segala sesuatu, justru membawa dua dampak. Pertama, ia semakin memperlihatkan posisi Kalvinis sebenarnya, bahwa manusia hanyalah pion-pion pintar yang melakukan segenap “dekrit Allah” sambil berpikir dan merasa bahwa ia melakukannya atas keinginan sendiri. Kedua, ia justru memperlemah kemahatahuan Tuhan sendiri. Oh, temantemanku Kalvinis, tidak dapatkah kalian melihat, bahwa “allah” yang hanya bisa tahu apa yang ia tentukan, dan hanya
tahu kehendaknya sendiri, bukanlah Allah yang Mahatahu dalam Alkitab?
Tanggapan saya :
Ulasan yang bertele-tele. Sudah banyak yang saya tanggapi sebelumnya. Saya tidak akan mengulang lagi. Silahkan dipelajari!
D. Allah yang Mengendalikan Sejarah
Tidak ada orang yang benar-benar percaya pada Alkitab yang akan meragukan bahwa Allah maha berdaulat. Demikian pula tidak ada seorang pun yang benar-benar mengerti kebenaran dapat meragukan bahwa Allah mengontrol sejarah. Perdebatan antara Kalvinis dengan non-Kalvinis sebenarnya bukanlah masalah apakah Allah berdaulat atau tidak.
Perselisihan juga bukan pada poin apakah Allah mengendalikan sejarah atau tidak. Baik Kalvinis maupun non-Kalvinis percaya akan hal-hal tersebut. Permasalahannya adalah, apakah Allah yang berdaulat harus menentukan segala tindakan makhlukNya? Apakah Allah mengendalikan sejarah dengan cara menentukan segala tindakan makhlukNya?
Kita sudah melihat di bagian yang lebih awal, bahwa tidak ada suatu hal pun dalam definisi “kedaulatan” yang mengharuskan Allah untuk menentukan segala tindakan makhlukNya. Ide ini tidak inheren dalam makna “kedaulatan,” melainkan adalah suatu pilihan filosofis dari kaum Kalvinis.
Lalu bagaimana dengan pengendalian atas sejarah? Banyak sekali bukti dan contoh kasus dalam Alkitab, bahwa Allah memegang kendali penuh atas perjalanan sejarah. Nubuat-nubuat yang terdapat dalam Alkitab adalah salah satu contoh kendali Tuhan. Pada saat yang sama, Allah tidak menentukan tindakan-tindakan makhluk-makhlukNya, karena terbukti Ia masih meminta pertanggungan jawab makhluk-makhluk itu. Lalu, bagaimanakah Tuhan mengendalikan sejarah?
Pertama, walaupun Allah tidak menentukan segala sesuatu, tetapi Ia menentukan banyak hal. Jelaslah bahwa Allah yang menentukan semua hukum alam yang berlaku. Segala tindakan penciptaan Allah adalah keputusanNya sendiri. Banyak Kalvinis berpikir, bahwa karena non-Kalvinis menentang penentuan Allah atas segala sesuatu, maka kami tidak percaya Allah menentukan apa-apa. Ini tidak benar! Saya percaya Allah menentukan banyak sekali hal. Yang tidak Allah tentukan adalah keputusan-keputusan makhluk-makhluk yang berkehendak bebas. Mengapa Allah tidak menentukannya? Karena Allahlah yang pada awalnya menentukan mereka berkehendak bebas, yang berarti Allah ingin mereka sendiri yang memutuskan. Namun saya percaya bahwa hal-hal lain di luar kehendak bebas makhluk ciptaan Tuhan, ditentukan oleh Tuhan.
Tanggapan saya :
Kalau membual, silahkan lihat ke diri sendiri teman jangan melihat orang lain. Dalam seluruh artikel anda, anda sama sekali tidak membahas masalah kedaulatan Allah ini membuktikan bhw anda tidak percaya bahwa Allah adalah Allah yang benar-benar berdaulat (tidak bergantung pada ciptaan-Nya).
Persis seperti yang Edwin Palmer katakan didalam bukunya ‘Lima Pokok Calvinisme’ bahwa kaum Armenian HANYA membatasi kedaulatan Allah sebatas pengaturan hal-hal umum atau segala sesuatu diluar kehendak bebas manusia. Silahkan dilihat lagi kutipannya diatas yang sudah saya tulis. Pernyataan Steven diatas telah membatasi kedaulatan Allah sehingga itu tidak akan berkutik ketika berhadapan dengan kehendak bebas manusia dan dikalahkan olehnya. Ini juga berimplikasi bhw bukanlah Allah yang berdaulat melainkan manusialah yang berdaulat.
Anda berkali-kali menulis kata ‘kedaulatan’ tanpa sedikitpun membahasnya. Dan ternyata ketahuan bhw ‘kedaulatan’ Allah’ versi anda adalah kedaulatan yang taat dan tunduk pada kehendak bebas ciptaan. Allah anda adalah Allah yang bergantung pada kehendak bebas ciptaanNya. Inikah yang anda sembah sebagai Allah?
Bagaimana bisa Allah mengontrol sejarah sedangkan untuk mengontrol aktor2nya saja Allah tidak berkuasa apa-apa!?
Apakah anda hendak berargumen, itulah kehebatan Allah!
Bagaimana bisa Allah dikatakan hebat kalau Ia tidak berkuasa dan ditaklukan oleh freewill manusia?
Menyatakan bhw Allah tidak mengendalikan manusia tetapi Allah mengendalikan sejarah adalah pemikiran yang tidak logis.
Karena sejarah dijalani dan oleh manusia, kalau manusia tidak dapat dikendalikan oleh Allah, maka Allah juga tidak bisa mengendalikan sejarah. Allah tidak bisa membentuk sejarah. Sejarah membentuk dirinya sendiri menuju kepada apa yang menjadi keinginan manusia, dan ini berimplikasi bhw Allah tidak sedang mengendalikan jalannya sejarah tetapi hanya sekedar menjadi penonton yang harap-harap cemas apakah rencanaNya tergenapi apa tidak, kalau tidak maka Ia segera mengubah rencanaNya.
Menyatakan bhw Allah hanya menentukan apakah keputusan manusia bisa terlaksana atau tidak SAMA DENGAN menyatakan bahwa Allah mengendalikan kehendak manusia agar rencananya gagal/berhasil.
Misal : Si A berniat membunuh si B. Maka Allah bisa saja membuat Si A gagal membunuh Si B. Allah bisa membuat seseorang mendengar rencana pembunuhan tersebut dan merekamnya lantas orang itu membawa rekaman rencana si A kepada polisi. Dan polisi segera melakukan penangkapan tepat sebelum si A melakukan aksinya. Kasus ini secara tidak langsung menyatakan bhw Allah berintervensi dalam diri manusia dengan MENGGERAKKAN orang lain datang ke tempat si A dan mendengar rencana si A sehingga rencana tsb bocor ke polisi.
Contoh yang lain saya berikan pada argumentasi saya dibawah menanggapi ilustrasi Steven yang lainnya.
Penulis Amsal mengakui kebenaran ini dengan pernyataan berikut: “Undi dibuang di
pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN” (Ams. 16:33). Bukan hanya jatuhnya undian, saya percaya bahwa setiap tetes hujan yang turun, diatur oleh Tuhan untuk mengenai titik tanah yang tertentu, baik itu melalui hukum alam maupun intervensi khususNya. Setiap batu yang berguling, Tuhan tentukan trayektorinya, baik melalui hukum alam maupun intervensi khususnya. Hal-hal ini tidak berkaitan dengan kehendak bebas makhluk ciptaan, dan Allah memang menentukan hal-hal ini. Dengan jalan demikian, kita bisa memahami salah satu cara yang Tuhan pakai untuk mengendalikan sejarah, tanpa menentukan keputusan manusia. Kita melihat bagaimana undian telah Tuhan pakai sepanjang sejarah untuk mengendalikan jalannya sejarah (kisah Yunus, juga Nebukadnezar di dalam Yeh. 21:18-22).
Tanggapan saya :
Amsal.16:33 Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN
Yunus.1:7 Lalu berkatalah mereka satu sama lain: "Marilah kita buang undi, supaya kita mengetahui, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini." Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi
Yehezkiel.21:18 Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku:
21:19 "Hai engkau anak manusia, gambarlah dua jalan yang akan dilalui oleh pedang raja Babel; keduanya mulai dari satu negeri. Buatlah sebuah papan penunjuk jalan pada awal jalan yang menuju ke masing-masing kota.
21:20 Gambarlah dari jalan mana pedang itu datang melawan Raba, ibukota bani Amon dan melawan Yehuda, yang bentengnya ada di Yerusalem.
21:21 Sebab raja Babel berdiri pada persimpangan jalan itu, pada awal kedua jalan itu untuk melakukan tenungan; ia mengocok panah, meminta petunjuk dari terafim dan menilik hati binatang.
21:22 Ke dalam tangan kanannya terjatuh panah tenungan mengenai Yerusalem: supaya diperdengarkannya suara orang yang membunuh dan menyerukan pekik pertempuran, supaya menyusun alat-alat pendobrak pintu gerbang dan menimbun tanah menjadi tembok pengepungan dan mendirikan benteng pengepungan.
Bagaimana bisa Tuhan mengendalikan sejarah kalau freewill manusia tersebut tidak digerakkan oleh Tuhan untuk melakukan suatu undian? Apakah orang tersebut bergerak atas keinginannya sendiri? Bukankah ini sama dengan bahwa sejarah dikendalikan oleh orang tersebut sehingga orang itu mau melakukan undian atau tidak? Bukankah ini sama dengan menempatkan Allah sebagai penonton sejarah dan hanya akan campur tangan HANYA KALAU ada undian?
Dan perlu diingat bahwa benda-benda mati bukanlah satu-satunya cara dari Tuhan untuk mengendalikan jalannya sejarah. Tuhan bisa memakai siapa saja untuk mengatur sejarah. Kemungkinan keputusan melalui undian diambil sebagai jalan akhir setelah cara lain menemui kebuntuan. Dan ini kemungkinannya kecil sekali. Mayoritas yang tak terhitung banyaknya, mengambil keputusan melalui kehendak hati mereka masing-masing. Dalam Alkitab banyak ditulis mengenai hal ini, seperti ayat-ayat yang sudah saya tulis pada argumentasi diatas.
Kedua, walaupun Allah tidak menentukan keputusan manusia, Allah menentukan apakah keputusan itu bisa sampai atau tidak. Alkitab selalu menyuruh manusia untuk memilih yang baik, menentukan yang benar, dan memutuskan secara bertanggung jawab. Ini adalah bukti implisit bahwa Allah tidak menentukan itu semua bagi manusia. Manusialah yang membuat berbagai keputusan bagi dirinya sendiri. Namun demikian, Allah dapat menentukan apakah keputusan manusia itu akan sampai atau tidak. Seseorang bisa saja memutuskan untuk membunuh temannya. Itu adalah keputusannya sendiri. Jika kita percaya bahwa Allah mahakudus, dan juga percaya bahwa manusia bertanggung jawab, kita tidak dapat mengatakan bahwa keputusan untuk membunuh telah ditentukan Tuhan. Namun demikian, Tuhan menentukan apakah keputusan orang tadi untuk membunuh akan terlaksana atau tidak. Tuhan bisa mengintervensi dengan berbagai cara. Orang itu bisa saja terkena serangan jantung atau tertimpa kecelakaan sebelum sempat melaksanakan niatnya. Intinya, Tuhan bisa memastikan bahwa niatnya tidak kecapaian. Oleh sebab itulah penulis Amsal berkata, “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana” (Ams. 19:21). Bukan berarti bahwa Allah menentukan segala sesuatu. Justru ayat ini mengajarkan bahwa rancangan dalam hati tiap individu adalah rancangan dia sendiri. Itu keputusannya! Tetapi, Allah bisa mengintervensi sehingga niatnya tidak kesampaian, melainkan rencana Tuhan yang jadi!
Jadi, jelaslah bahwa segala sesuatu adalah atas izin Tuhan, tetapi bukan segala sesuatu ditetapkan oleh Tuhan. Ada perbedaan antara mengizinkan sesuatu dengan menetapkan sesuatu. Mengizinkan sesuatu berarti kehendak untuk melakukan berasal dari pihak lain. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Allah mengizinkan dosa (untuk sementara
waktu), dan Allah tidak bertanggung jawab atas dosa. Tetapi, jika Allah menentukan harus ada dosa, maka Allah bertanggung jawab akan dosa.
Berdasarkan pemahaman ini, kita juga mengerti mengapa Tuhan selalu melihat hati, lebih daripada hal-hal eksternal. Tuhan Yesus berkata bahwa: “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat.
5:27-28). Niat dan pikiran berzinah adalah keputusan orang itu, Tuhan tidak menentukannya. Tetapi belum tentu ada kesempatan dan peluang bagi dia untuk melakukan zinah itu. Walau dia tidak pernah berzinah secara fisik, di hadapan
Tuhan dia sudah berzinah, karena Tuhan tahu pikiran dan niatnya. Dalam kondisi dan dengan peluang yang tepat, dia tentunya sudah berzinah.
Walaupun Allah tidak menentukan tindakan dan keputusan manusia, Allah senantiasa melakukan berbagai intervensi, agar rencanaNya jadi. Allah tidak pernah menentukan agar orang-orang Sodom menjadi sangat jahat. Itu adalah keputusan mereka. Tetapi, Allah mengintervensi agar kejahatan mereka tidak merusak rencanaNya. Tuhan
menghancurkan Sodom dengan hujan belerang. Kita perlu mengucap syukur karena Allah kita mengendalikan sejarah dan senantiasa turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8:28).
Tanggapan saya :
Bagaimana dengan Tuhan memberi serangan jatung atau kecelakaan mendadak?? Bukankah ini adalah sesuatu yg negative dan direncanakan oleh Allah untuk menggagalkan keputusan seseorang? Apa Allah merancangkan kecelakaan? Apa Allah merancangkan yang jahat? Apa Allah merencanakan kejahatan?? Wouw..Doktor, rupanya anda menjilat ludah sendiri! Bukankah anda berpendirian bhw Allah tidak mungkin menciptakan kejahatan? Kalau Allah merancangkan kecelakaan, maka pertanyaan berikutnya adalah apakah Allah juga yang mengarahkan sebuah mobil untuk menabrak orang tsb sehingga ia mati dan tidak jadi melaksanakan keputusannya? Apakah Allah mengendalikan seorang agar mobilnya menabrak pejalan kaki hingga tewas? Berarti ini Allah telah melanggar kebebasan sopir tsb sehingga ia kehilangan kendali dan menabrak orang??? Ataukah anda akan berargumentasi bhw orang tsb meninggal karena kecelakaan yg diakibatkan dia sembrono dengan menabrakkan mobilnya ke pohon/jurang? Ini tetap akan berhubungan dengan tangan Allah yang mengendalikan orang tsb agar mobilnya menabrak sesuatu shg ia meninggal.
Masakan mobil tsb tiba-tiba menabrak dengan sendirinya? Apakah itu mobil robot??
Saya akan beranjak lebih jauh lagi dari presaposisi anda ini. Kalau Allah bisa membuat orang mati dalam suatu kecelakaan, maka Allah bisa juga membuat orang mati dalam sebuah pembunuhan! Dengan kata lain bhw pada akhirnya anda harus mengakui bhw kedaulatan Allah melampaui, memakai ataupun tanpa bergantung pada kebebasan manusia…walaupun itu harus dengan ‘melanggar’ kebebasan manusia. Saya beri tanda petik dalam kata tsb karena anda seringkali memaksa menggunakan istilah tsb untuk menyalahkan Calvinisme bhw memang benar telah terjadi pelanggaran, padahal TIDAK!
Ketiga, rencana Allah dan intervensi yang Allah lakukan bekerja sama dengan kemahatahuan Allah.
Kalvinis sering memakai kasus penyaliban Yesus Kristus untuk membuktikan bahwa Allah menentukan segala sesuatu, dan bahkan dosa. Hodge mengajarkan bahwa “Penyaliban Kristus tidak diragukan lagi ditentukan lebih dulu oleh Allah.
Tetapi itu adalah tindakan kriminal terbesar yang pernah dilakukan. Karena itu tidak perlu diragukan, Alkitab mengajarkan dosa ditentukan lebih dulu merupakan pengajaran Alkitab.” Tentu tidak ada orang Kristen yang menyangkal bahwa Allah sudah merencanakan penyelamatan melalui kematian AnakNya, sejak kekekalan bahkan. Ada banyak ayat yang mengajarkan tentang rencana Tuhan ini. Petrus pernah berkhotbah tentang Yesus: “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan pra-pengetahuanNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka” (Kis. 2:23). Apakah ini berarti Allah menentukan tindakan orang-orang Israel yang menyalibkan Yesus? Sama sekali tidak ! Ini adalah asumsi Kalvinis. Kalau anda tidak memiliki
bias Kalvinis, anda tidak akan mendapatkan dari ayat-ayat ini bahwa Allahlah yang membuat mereka menyalibkan Yesus! Justru ayat ini mengajarkan bahwa rencana Allah bekerja sama dengan kemahatahuanNya. Orang Israel menyalibkan Yesus atas dasar keinginan mereka sendiri. Semuanya berjalan sesuai dengan rencana Allah, karena Allah mahatahu. Tuhan memutuskan untuk datang ke dalam dunia dalam waktu yang tepat dan dalam kondisi yang tepat. Dan Allah tahu apa tindakan manusia dalam tiap kondisi. Oleh karena itu, Allah dapat merencanakan penyaliban Kristus, tanpa memaksa manusia atau menentukan pilihan manusia. Dengan kata lain, Allah tahu bahwa jika Kristus lahir di zaman tertentu, lalu mengajarkan pengajaran-pengajaran yang benar, lalu melakukan segala yang Kristus lakukan, maka para tua-tua dan imam-imam akan berniat untuk membunuh Yesus. Niat itu sama sekali tidak ditentukan Allah, melainkan adalah keputusan dan tanggung jawab manusia. Yang Allah tentukan adalah bahwa niat mereka bisa tercapai dalam kondisi dan waktu yang tepat, dan mereka berhasil menyalibkan Yesus. Jadi, Allah tidak menentukan dosa terbesar dalam sejarah, Allah mengizinkannya. Dengan kata lain, niat dosa manusia, yang datang dari manusia itu sendiri, Tuhan pergunakan untuk maksud dan tujuan Tuhan!
Tanggapan saya :
Yesus disalibkan adalah ketetapan/rencana Allah. Anda menyatakan bhw orang2 yang menyalibkan adalah karena tindakannya sendiri sehingga menggenapkan apa yang telah ditetapkan/direncanakan Allah.
Kalimat anda ini secara tidak langsung menyatakan bhw karena itu sudah ditetapkan/direncanakan oleh Allah maka orang2 Yahudi menyalibkan Dia.
Apakah anda hendak berargumen bhw tindakan orang2 Yahudi tidak ditetapkan oleh Allah? Kalau begitu, trus mengapa anda katakan bhw tindakan itu sesuai dengan rencana Allah? Allah merencanakan karena Allah sudah tahu bhw orang2 tsb akan menyalibkan Dia? Lalu buat apa direncanakan kalau memang itu sudah PASTI terjadi? Untuk lebih memastikan lagi? Hahahaha…konyol banget pemikiran seperti ini.
Kalau memang rencana Allah PASTI terjadi, maka tindakan orang2 Yahudi tsb PASTI didorong oleh rencana Allah yang telah dibuat sebelumnya. Ini konsekuensi LOGIS!
Steven, kemanapun kau lari dari kebenaran ini (bhw Allah benar2 berdaulat dan manusia benar2 bebas), kau PASTI akan menemui jalan buntu, karena secara langsung ataupun tidak langsung keputusan Allah PASTI terlaksana, dan itu PASTI berbenturan dengan kehendak bebas manusia! Anda tidak bisa lari kemana-mana, Doktor!
Hal ini bisa menjawab pertanyaan, mengapa Allah mengizinkan dosa? Tuhan memiliki maksud dan tujuanNya sendiri. Walaupun dosa tidak disebabkan oleh Tuhan, dan tidak ditentukan oleh Tuhan, tetapi untuk sementara waktu Tuhan membiarkan dosa. Selalu ada tujuan dibaliknya. Dalam kasus penyaliban Yesus, kita melihat bagaimana Allah menggunakan dosa manusia untuk justru mendatangkan keselamatan. Sama sekali bukan Tuhan yang menentukan dosa itu, melainkan Tuhan “memelintir dosa itu” untuk tujuanNya. Dalam kasus Yusuf dan saudara-saudaranya, Yusuf bisa mengambil kesimpulan: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar” (Kej. 50:20). Dari ayat ini, sama sekali tidak ada indikasi bahwa kejahatan kakak-kakak Yusuf adalah atas penentuan Tuhan. Justru ayat ini mengajarkan konsep yang kita bahas di bagian ini, bahwa dengan kemahatahuanNya dan kemahakuasaanNya, Tuhan memperhitungkan dosa sedemikian rupa dalam rencanaNya, agar dosa itu memainkan peran dalam rencana Tuhan.
Tanggapan saya :
Kejadian.50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar
Dua ayat diatas berbicara dalam konteks yang sama, yaitu kejahatan saudara2 Yusuf yang menjual Yusuf kepada orang Ismael.dan Tuhan memelihara kehidupan Yusuf sehingga pada akhirnya penderitaan Yusuf tsb mengantarkannya kepada kejayaan sebagai orang nomor 2 di Mesir.
Kejahatan saudara-saudara Yusuf merupakan tindakan jahat. Ada kata-kata yang simetris diantara kedua tindakan yang dilakukan oleh oknum/Oknum yg berbeda tsb namun dengan tujuan yang berbeda : ‘mereka-reka’. Tindakan saudara-saudara Yusuf adalah jahat, namun itu bukannya dilakukan tanpa pengontrolan dari Allah. Tindakan saudara-saudara Yusuf telah ditetapkan oleh Allah agar melaluinya Yusuf dapat pergi ke Mesir dan suatu ketika nanti akan menjadi juru penolong bagi keluarganya yang tertimpa bencana kelaparan yang melanda seluruh wilayah itu. Adanya satu kata (‘mereka-reka’) yang dipakai untuk oknum/Oknum yang berbeda menandakan bahwa saudara-saudara Yusuf tidak bisa melepaskan tanggung jawab moral atas keputusan mereka yang jahat atas diri Yusuf. Mereka tetap harus bertanggungjawab karena tindakan itu adalah inisiatif dan perbuatan mereka sendiri. Tetapi di sisi kekekalan ada Allah yang telah menetapkan semuanya itu untuk kebaikan mereka semua. Ini bukan kontradiksi. Ini paradoks yang melampaui akal pikiran kita. Penetapan Allah memberikan kehendak bebas seluas-luasnya kepada saudara2 Yusuf untuk melaksanakan niat jahat mereka.
Kejadian 45:5 Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.
Ketika membaca ayat diatas akan timbul pertanyaan di benak kita, kapankah Allah MENYURUH Yusuf pergi ke Mesir mendahului saudara-saudaranya? Allah tidak pernah menyuruh Yusuf secara eksplisit dengan firmanNya untuk dia pergi ke Mesir. Yusuf pergi ke Mesir karena suatu tindakan jahat yang dilakukan oleh saudara-saudaranya yang menjual dia kepada orang Ismael yang pada akhirnya menghantarkan dia ke tanah Mesir. Jadi kapan dan melalui apa Tuhan menyuruh Yusuf ke Mesir? Melalui tindakan kejahatan yang dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf. Tuhan tidak menyuruh PERISTIWA tetapi Tuhan menyuruh orang-orang yang akan membentuk peristiwa tersebut. Suruhan Tuhan tersebut ada dalam bentuk aktif didalam rencanaNya, tetapi didalam penerapannya didalam sejarah, itu bekerja secara pasif. Namun baik aktif maupun pasif, perintah Tuhan tersebut berlaku efektif. Tuhan tidak tinggal diam melihat polah tingkah anak-anak manusia didalam membentuk sejarah. Sebelum dunia dijadikan, Ia telah menetapkan jalannya sejarah yang akan terbentuk. Itu semua dilakukan untuk menggenapkan seluruh rencanaNya bagi kemuliaan namaNya saja. Apakah Steven Liauw akan berbantah dan menggugat Tuhan akan hal ini sehingga ia akan berkata : ‘Allah Calvinist adalah Allah yang kejam dan tak ubahnya seperti iblis!’?? Steven, sebelum kau membuka mulutmu untuk melakukan penghujatan seperti itu, sepatutnya kau membaca perkataan Rasul Paulus yang berbunyi sbb :
Roma.9:19 Sekarang kamu akan berkata kepadaku: "Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkan-Nya? Sebab siapa yang menentang kehendak-Nya?"
9:20 Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?"
9:21 Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?
9:22 Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan --
9:23 justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan
Untuk mengulangi sekali lagi, kejahatan manusia dan Iblis tidak Tuhan tentukan. Namun, kejahatan mereka Tuhan izinkan, dan Tuhan pakai untuk maksudNya yang baik. Oleh karena itulah dalam Wahyu dikatakan: “Sebab Allah telah menerangi hati mereka untuk melakukan kehendak-Nya dengan seia sekata dan untuk memberikan pemerintahan
mereka kepada binatang itu, sampai segala firman Allah telah digenapi” (Wah. 17:17).
Sebagai kesimpulan, saya dapat mengatakan bahwa Allah yang berdaulat tidaklah perlu menentukan segala sesuatu. Lebih lanjut lagi, karena Allah mahatahu, karena Ia adalah Pencipta, karena Ia mahakuasa, Ia tidak perlu menentukan pilihan-pilihan manusia agar dapat mengendalikan alam semesta ini.
Tanggapan saya :
Wahyu.17:17 Sebab Allah TELAH MENERANGI HATI MEREKA UNTUK MELAKUKAN KEHENDAK-NYA dengan seia sekata dan untuk memberikan pemerintahan mereka kepada binatang itu, SAMPAI SEGALA FIRMAN ALLAH TELAH DIGENAPI
Ayat diatas ditulis secara EKSPLISIT/JELAS/GAMBLANG namun anda masih membutakan diri terhadapnya. Anda memperkosa ayat, Dok!
E. Kedaulatan Mana Yang Lebih Agung?
Kalvinis banyak menggunakan konsep “kedaulatan Allah” untuk menakut-nakuti non-Kalvinis. Seolah-olah hanya Kalvinis-lah yang percaya dengan sungguh-sungguh akan kedaulatan Tuhan. Seolah-olah, jika Tuhan tidak menentukan segala sesuatu, maka Tuhan kehilangan kendali atas alam semesta ciptaanNya.
Tetapi kita telah melihat, bahwa tidak benar demikian. Definisi “kedaulatan” itu sendiri sama sekali tidak memerlukan penentuan atas segala sesuatu. Kita juga telah melihat bagaimana Allah tetap memegang kendali atas segala sesuatu, walaupun Ia memberikan kehendak bebas pada manusia. Pertanyaan yang muncul justru adalah sebagai berikut:
Kedaulatan versi mana yang lebih agung? Kedaulatan Allah versi Kalvinis, di mana Allah menentukan segalanya? Atau kedaulatan versi Alkitab, di mana ada kehendak bebas manusia (yang tidak ditentukan Allah)?
Tanggapan saya :
Half truth is whole lies. Anda hanya menyatakan bhw Calvinist HANYA mengajarkan kedaulatan Allah dimana Allah menentukan segala-galanya tanpa anda menyebutkan sisanya yang berhubungan dengan kebebasan manusia dimana manusia juga mempunyai kehendak bebas sehingga ini memungkinkan adanya tanggung jawab dari sisi manusia. Karena anda telah memfitnah Calvinisme, apakah salah jika saya menyebut anda sebagai pemfitnah?
Manakah yang lebih hebat dan agung, (1) bahwa rencana Allah terlaksana karena Allah menentukan segala sesuatu, atau (2) bahwa rencana Allah terlaksana walaupun banyak makhluk bebas yang menentangNya, namun tetap rencanaNya yang menang? Manakah yang lebih hebat, berhasil mengendalikan suatu lingkungan yang segala aspeknya
anda tentukan, atau berhasil mengendalikan suatu lingkungan yang terdiri dari pribadi-pribadi bebas lainnya? Manusia dan Iblis dalam skema Kalvinis, telah ditentukan oleh Allah segala pikiran dan tindakan mereka. Bahwa lalu segalanya berjalan sesuai dengan rencana Allah tidaklah mengherankan. Yang kita herankan adalah justru jika segalanya ditentukan Allah, mengapa masih terjadi banyak dosa dan kekacauan. Jika seseorang berhasil mengendalikan 100 robot yang dia buat, untuk menciptakan suasana persis seperti keinginannya, ini bukan hal yang mengagumkan. Toh segalanya tinggal
di program. Tetapi, ketika seorang guru berhasil mengendalikan 100 siswa untuk menciptakan suasana persis seperti keinginannya, ini adalah suatu hal yang hebat. 100 siswa ini bisa menentang atau mengikuti keinginan guru tersebut. Jadi,
kedaulatan mana yang lebih hebat dan agung? Kedaulatan di mana semuanya sudah ditentukan, atau kedaulatan di mana ada makhluk-makhluk bebas, bahkan banyak yang menentang Allah, tetapi pada akhirnya semuanya sesuai dengan rencana Allah?
Jikalau saya mengambil ilustrasi sebuah permainan catur, konsep Kalvinis dapat digambarkan dengan seorang yang bermain catur sendirian. Dia menggerakkan buah-buah putih dan juga buah-buah hitam. Dia menentukan segala sesuatu. Serangan musuh, dia yang tentukan, tangkisannya juga dia yang tentukan. Bisa saja pemain solo ini melakukan acting, dan seolah-olah memerankan dua orang yang sedang bertarung. Tetapi pada dasarnya, dialah yang menentukan setiap langkah. Jikalau permainan ini berakhir dengan kemenangan bagi pihak yang dia pilih, maka tidak ada seorangpun yang perlu kagum. Ini adalah hal yang mendasar. Jika anda menentukan segala sesuatu maka hasil akhir pastilah sesuai keingian anda, ini adalah hukum alam.
Bandingkan dengan konsep yang Alkitabiah. Kembali ke ilustrasi catur, kali ini ada seorang grandmaster yang hebat sekali, melawan pemain yang riil. Lawannya benar-benar berniat mengalahkan sang grandmaster, dan sama sekali tidak ada kolusi. Kolusi saja tidak ada, jadi sang grandmaster sama sekali tidak menentukan langkah-langkah musuhnya. Namun, kemampuan dan penguasaan sang grandmaster begitu jauh di atas lawannya, sehingga ia dapat membaca semua gerakan lawannya itu. Ia benar-benar mengendalikan permainan. Ia menyerang dan bertahan sesuai keinginannya. Bahkan
ia memakai gerakan-gerakan musuhnya untuk kepentingannya sendiri. Musuhnya mungkin menggerakkan buah caturnya untuk menyerang, tetapi sang grandmaster tahu, bahwa justru langkah itu bisa dipakai dalam rencananya sendiri.
Dalam kisah mitos Cina, ada seorang pecatur yang legendaris. Kehebatannya terkenal ke mana-mana sehingga raja pun ingin menjajalnya. Jeleknya, raja ini punya sifat yang sombong. Dia merasa dirinya paling hebat dan mestinya mampu mengalahkan siapapun. Namun demikian, raja tidak mau pecatur legendaris ini mengalah daripadanya. Oleh
karena itu, dia membuat suatu peraturan. Sang grandmaster catur tidak boleh kalah dari padanya, dan jika kalah maka sang grandmaster akan dibunuh.
Pertandingan catur antara raja melawan grandmaster pun di mulai. Sebenarnya mudah bagi sang grandmaster untuk mengalahkan raja yang sombong itu. Tetapi si grandmaster tahu sifat raja itu. Kalau dia menang, maka raja yang sombong ini pasti akan membunuhnya juga. Sedangkan kalau dia kalah, maka raja telah mengeluarkan titah untuk membunuhnya. Akhirnya, setelah berpikir, pecatur hebat itu memutuskan untuk mengendalikan permainan sedemikian rupa, sehingga hasil akhir adalah remis. Pada awalnya, raja tidak sadar, karena permainan sang grandmaster seolah-olah
serius. Karena penasaran, raja mengulangi permainan berkali-kali dan hasilnya selalu remis. Akhirnya setelah semua permainan berakhir remis, raja itu sadar betapa hebat pecatur itu sebenarnya. Pecatur itu dapat mengendalikan hasil akhir dari permainan, walaupun raja berusaha keras untuk mengalahkannya!
Memang, ilustrasi catur tentu tidak sempurna untuk menggambarkan hubungan antara Allah dengan ciptaanNya. Tetapi, konsep Kalvinis bahwa Allah menentukan segala sesuatu, tercermin pada kasus seorang pecatur yang bermain
sendirian. Sama sekali tidak ada keagungan! Dan jika pada akhirnya manusia dan malaikat memuji dan menyembah Allah, atas dasar penentuan Allah, ini pun tidak memuaskan. Manusia saja tidak akan puas jika dipuji-puji oleh komputer atau
robot yang telah diprogram. Itulah sebabnya Allah menciptakan makhluk yang bebas, yang serupa dan segambar dengan Dia, yang dapat membuat keputusan atas dasar dirinya sendiri. Makhluk-makhluk yang bebas ini, membawa kemuliaan
kepada Allah pencipta mereka, ketika mereka atas keputusan mereka sendiri menyembah dan memuji Allah. Kedaulatan mana yang lebih agung? Skema mana yang lebih menunjukkan kehebatan dan kekuasaan Allah atas ciptaanNya? Pecatur yang bermain sendirian dan menentukan segala sesuatu sendiri? Oh, teman-teman Kalvinisku, tidak dapatkah anda melihat, bahwa Kalvinisme justru membuat kedaulatan Allah menjadi tidak agung sama sekali?
Tanggapan saya :
Sudah tahu bahwa ilustrasi anda tidak sempurna tetapi masih saja bebal mengenakannya pada Allah.
Untuk mengimbangi sesumbar anda dengan kebenaran, maka saya juga akan mengajukan pilihan. LEBIH AGUNG MANA : Allahnya Steven yang tunduk pada kehendak bebas manusia DENGAN Allah yang dinyatakan oleh Alkitab/Calvinisme yang berdaulat atas alam semesta dan memerintah atasnya bagi kemuliaanNya?
VI. Pengajaran Alkitab
Walaupun sudah cukup banyak ayat-ayat yang kita lihat dalam pembahasan sejauh ini, bagian ini akan secara spesifik membahas berbagai ayat yang berhubungan dengan kedaulatan Tuhan, kebebasan manusia, dan apakah Tuhan menentukan segala sesuatu atau tidak.
A. Alkitab Mengajarkan Bahwa Allah Tidak Menentukan Segala Sesuatu
Ada banyak alasan dari Alkitab, mengapa Allah tidak mungkin menentukan segala sesuatu. Mari kita perhatikan satu persatu alasan-alasan di bawah ini.
Pertama, Allah sendiri menyatakan bahwa Dia tidak menentukan segala sesuatu! Mengenai praktek penyembahan berhala dan pengorbanan anak yang ditiru oleh orang Israel dari bangsa-bangsa sekitar mereka, Allah berkata: “Mereka telah mendirikan bukit-bukit pengorbanan bagi Baal untuk membakar anak-anak mereka sebagai
korban bakaran kepada Baal, suatu hal yang tidak pernah Kuperintahkan atau Kukatakan dan yang tidak pernah timbul dalam hati-Ku” (Yer. 19:5). Jikalau Tuhan tidak pernah memerintahkannya, dan bahkan tidak pernah timbul dalam hati Tuhan, bagaimana mungkin Tuhan menentukannya? Mustahil! Justru dosa yang sangat biadab ini muncul dari hati manusia yang jahat, bukan ditentukan oleh Tuhan. Tuhan menegaskan bahwa hal ini tidak pernah timbul dalam hatiNya! Apakah Kalvinis mau percaya kepada pernyataan langsung dari Tuhan, atau lebih percaya kepada guru-guru
Kalvinis mereka? Ataukah Tuhan membohongi kita, dan bahwa sebenarnya tindakan ini telah ditentukan dalam suatu “dekrit rahasia?” Saya lebih percaya pada Tuhan!
Tanggapan saya :
Dari awal, Steven sudah tidak bisa membedakan antara decretive dan perceptive will of God yang ada di dalam Alkitab, jadi tak heran kalau ia mencampur adukkan antara perintah Tuhan dan ketetapan Tuhan. Penyembahan berhala memang tidak diperintahkan Tuhan ataupun itu ada dalam hatinya Dia. Ini HANYA BERARTI bahwa Tuhan tidak pernah menyuruh mereka melakukan tindakan tersebut baik itu firmanNya secara langsung ataupun melalui hokum-hukumnya yang ada di PL. Ini SAMA SEKALI TIDAK menyangkal adanya ketetapan Ilahi atas alam semesta dan segala sesuatu yang terjadi. Tuhan tidak pernah menuntut manusia untuk mengerti dan melaksanakan dekrit kekalNya. Dekrit kekalNya hanya Dia saja yang bisa melakukan dan menggenapinya.
Ulangan.29:29 Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."
Kedua, sifat Allah yang mahakudus tidak memungkinNya menentukan dosa! Poin ini telah dibahas sebelumnya, jadi hanya akan disinggung sekilas saja. Allah yang “kudus, kudus, kudus” (Yes. 6:3) dan yang “membenci kefasikan” (Maz. 45:8), tidak mungkin menetapkan dan mengharuskan adanya kefasikan dan dosa.
Tanggapan saya :
Allah adalah Allah yang maha kudus. Allah memang membenci dosa. Penetapan Allah atas dosa BUKAN BERARTI bahwa Allah berdosa, tetapi HANYA BERARTI bahwa Allah memandang dosa perlu ada didalam sejarah untuk menggenapi semua rencana-Nya bagi kemuliaan namaNya. Tidak ada dosa, maka tidak ada penghukuman dan tidak ada penebusan. Tidak ada penghukuman maka manusia tidak bisa mengenal Allah yang maha adil. Tidak ada penebusan maka manusia tidak bisa mengenal Allah maha kasih. Penetapan Allah atas dosa membuktikan bhw kepada manusia bahwa Allah berdaulat. Dengan adanya banyak realita yang terjadi didalam sejarah menyaksikan kepada manusia bahwa Allah itu maha berdaulat, maha kasih, maha adil dan semua manusia adalah berdosa dan iblis adalah musuh Allah.
Memang Allah itu kasih, adil, berdaulat dll dari diriNya sendiri tanpa tergantung pada realita sejarah yang ada, tetapi itu perlu Ia nyatakan kepada manusia agar semua manusia memuji kebesaranNya atas alam semesta ini.
Wahyu.15:2 Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah.
15:3 Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba, bunyinya: "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!
15:4 Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu.
Ketiga, Allah tidak bermain sandiwara! Berbicara melalui Yesaya kepada kaum Israel, Tuhan berkata, “Tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi atau di tempat bumi yang gelap. Tidak pernah Aku menyuruh keturunan Yakub untuk mencari Aku dengan sia-sia! Aku, TUHAN, selalu berkata benar, selalu memberitakan apa yang lurus” (Yes.
45:19). Nyatanya, banyak keturunan Yakub yang tidak mencari Tuhan! Apakah Tuhan menentukan mereka untuk tidak mencariNya, lalu memberi perintah untuk mencariNya? Itu sandiwara! Tetapi ayat ini menegaskan bahwa Tuhan tidak bermain seperti itu. Tuhan tidak menetapkan ketidakpercayaan Israel. Jelas, Tuhan tidak menetapkan segala sesuatu.
Tanggapan saya :
Tuhan memang tidak sedang bermain sandiwara. Tuhan serius dengan semua yang Ia rencanakan dan kerjakan. Masalah manusia berdosa itu jelas karena mereka menginginkannya. Allah tidak pernah memaksa mereka melakukan dosa tsb. Yudas menjual Yesus karena Yudas mengingini 30 keping uang perak. Ia telah berbuat dosa dengan segala kebebasannya. Allah tidak pernah memaksa Yudas melakukan tindakan berdosa tersebut. Untuk itulah Allah menghukum Yudas dan menyebutnya sebagai ‘anak kebinasaan’ (son of perdition).
Yohanes. 17:12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci
John.17:12 17:12 While I was with them in the world, I kept them in thy name: those that thou gavest me I have kept, and none of them is lost, but the son of perdition; that the scripture might be fulfilled.
Keempat, jika Allah menentukan segala sesuatu, manusia tidak bertanggung jawab! Ini juga telah dibahas dibagian sebelumnya. Tentang Yudas, Tuhan Yesus berkata, “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!” (Luk 22:22). Kalvinis sering salah
mengartikan kata “telah ditetapkan,” dan menyimpulkan bahwa pengkhianatan Yudas ditetapkan oleh Allah. Tetapi ayat ini tidak berkata bahwa tindakan Yudas ditetapkan Tuhan. Ayat ini mengajarkan bahwa adalah ketetapan Allah agar Yesus diserahkan dan disalibkan. Silakan lihat lagi bagian pembahasan tentang bagaimana Tuhan mengendalikan sejarah. Melalui kemahatahuan dan intervensi Allah (kelahiran Yesus, dll), Tuhan tahu bahwa imam-imam kepala akan memutuskan untuk membunuh Yesus. Hal ini Tuhan pakai dalam rencanaNya bagi keselamatan manusia. Jadi, penyaliban
Yesus memang adalah menurut rencana dan maksud Allah. Allah bukan menetapkan maksud jahat manusia, Allah menetapkan bahwa maksud jahat mereka boleh terlaksana! Tuhan bukan menetapkan bahwa Yudas akan menjual Yesus, tetapi Tuhan menetapkan bahwa niat jahatnya itu dapat terlaksana, sesuai rencana Tuhan. Jika Tuhan yang menetapkan Yudas untuk menjualnya, dan Yudas tidak punya pilihan lain, maka di manakah keadilan perkataan Yesus: “celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!”
Tanggapan saya :
“Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!” (Luk 22:22)
‘telah ditetapkan’, kata ini secara eksplisit menyatakan maksud seperti yang tertulis tetapi demi ajaran manusiawinya Steven telah meng-eisegesisnya dan mengartikannya secara implicit. Kata tersebut menyatakan adanya ketetapan Ilahi atas kasus Yudas. Tetapi FT dengan segera menyambungnya dengan tetap adanya tanggung jawab manusia atas perbuatan yang telah ia lakukan dengan bebas atas keinginannya tsb, ‘celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan’.
Bahwa Yesus TELAH DITETAPKAN MATI dengan cara tertentu (disalib).
Matius.20:18 "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.
20:19 Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan."
Bahwa Yesus TELAH DITETAPKAN MATI melalui cara tertentu (pengkhianatan).
Lukas.22:22 “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!”
Mazmur.41:10 Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.
Yohanes. 17:12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa (son of perdition), supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci
Bahwa Yesus TELAH DITETAPKAN MATI dengan kondisi tertentu (disalibkan diantara penjahat).
Yesaya.53:9 Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.
Itu semua adalah nubuat Allah akan kematian Mesias dengan SUATU KEPASTIAN.
Tuhan tidak bekerja dengan suatu kemungkinan yang dikendalikan oleh freewill manusia. Tuhan bekerja secara efektif bahwa apa yang Ia rencanakan PASTI akan terjadi.
Kelima, Alkitab mengajarkan bahwa manusia memiliki kehendak dirinya sendiri! Daud berkata kepada Salomo: “Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari
Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya” (1 Taw. 28:9). Salomo diperintahkan untuk beribadah dengan rela hati. Kerelaan hati mengimplikasikan bahwa tindakan itu adalah atas dasar keinginan sendiri, bukan dipaksa atau ditentukan oleh orang lain. Kerelaan hati yang telah ditentukan oleh Tuhan adalah konsep yang kontradiktif. Masih banyak ayat lain yang berbicara mengenai kerelaan seseorang (e.g. Ezra 7:13; Hakim 5:2).
Ada juga ayat-ayat tentang kehendak manusia. Tuhan berjanji, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh. 15:7). Apakah Tuhan telah menetapkan kehendak kita, lalu menyuruh kita untuk meminta sesuai dengan “kehendak” yang telah ditetapkan itu? Apakah ini tidak terdengar aneh bagi anda? Pembacaan Alkitab yang normal, dan pengalaman hidup sehari-hari memberitahu kita bahwa kehendak kita sungguh adalah kehendak kita sendiri, bukan sesuatu yang telah ditentukan Allah. Kalvinis juga mengajarkan bahwa dalam hidup ini, keputusan-keputusan manusia seolah-olah adalah keputusannya sendiri. Hanya saja, menurut mereka sebenarnya keputusan itu telah ditetapkan dalam “dekrit rahasia” Allah. Tetapi, saya tidak tahu siapa yang memberitahu para Kalvinis “rahasia” ini, karena sama sekali tidak ada dalam Alkitab.
Tanggapan saya :
Ayat yang membuktikan adanya kehendak bebas manusia TIDAK SERTA MERTA menyatakan bantahannya bahwa Allah itu berdaulat mutlak. Demikian juga sebaliknya bahwa adanya fakta bahwa Allah berdaulat tidak serta merta menyangkal adanya kebebasan manusia.
Ini sama dengan bagian lain di Alkitab dimana menyatakan mengenai kemanusiaan Yesus (Yesus menangis, Yesus lapar, Yesus haus, dll) juga TIDAK SERTA MERTA menyatakan bantahan tentang ke-Allah-an Yesus. Demikian juga sebaliknya. Yesus adalah 100% Allah dan 100% manusia.
Keenam, Alkitab mengajarkan bahwa doa dapat mengubah keadaan! Kebanyakan orang Kristen yang berdoa, percaya bahwa doanya dapat membawa perubahan dalam dunia ini. Tetapi, jika segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah, maka bagaimana mungkin doa dapat membawa perubahan? Oleh sebab itulah, James O. Wilmoth, seorang
Kalvinis, berkata: “Kita tahu bahwa Allah telah mempredestinasikan segala sesuatu yang terjadi. Ia mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan maksud kehendakNya sendiri. Sulit untuk merekonsiliasi doa dengan kehendak Allah yang tidak berubah.” David West berkata, “Doa tidak mengubah apapun, doa juga tidak mengubah Allah atau pikiranNya.”
Bandingkanlah dengan ayat-ayat Alkitab seperti berikut:
Sesudah itu aku sujud di hadapan TUHAN, empat puluh hari empat puluh malam lamanya, seperti yang pertama kali roti tidak kumakan dan air tidak kuminum karena segala dosa yang telah kamu perbuat, yakni kamu melakukan apa yang jahat di mata
TUHAN, sehingga kamu menimbulkan sakit hati-Nya. Sebab aku gentar karena murka dan kepanasan amarah yang ditimpakan TUHAN kepadamu, sampai Ia mau memunahkan kamu. Tetapi sekali inipun TUHAN mendengarkan aku. Juga
kepada Harun TUHAN begitu murka, hingga Ia mau membinasakannya; maka pada waktu itu aku berdoa untuk Harun juga. (Ul. 9:18-20)
Tanggapan saya :
Perkataan TOLOL ini sudah saya bantah pada tulisan saya diatas menanggapi eisegesis Steven yang membahas tentang Mazmur.145:19. Tuhan tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Justru manusia yang harus menundukkan diri dibawah otoritas Tuhan. Kalau Tuhan anda mau menuruti keinginan anda maka sebaiknya anda yang jadi Tuhan, sedangkan Tuhan jadi ‘jongos’(pembantu) anda!
Tuhan tahu memberi yang terbaik bagi anak-anak-Nya sehingga tidak perlu Ia didikte oleh manusia sehingga seolah-olah Ia bodoh dan tolol.
Ulangan.9:18-20, Tuhan memang tidak sungguh-sungguh berniat untuk memusnahkan Israel, karena ini tidak mungkin bagiNya. Karena Tuhan mau menurunkan Mesias dari bangsa Israel dan tidak mungkin Mesias ada kalau Israel tidak ada sesuai dengan proto euangelium, janji kepada Abraham dan janji kepada bangsa Israel melalui perintah Taurat dan type-type persembahan PL. Tuhan hanya marah dan seolah-olah ‘mengancam’ untuk memusnahkan Israel untuk menguji bagaimana pertobatan mereka. Doa Musa saat itu tidak mengubah Tuhan, melainkan seturut dengan kehendak Tuhan. Musa bukan Tuan dari Tuhan melainkan Abdi Allah. Jadi tidak bisa doa Musa membuat Tuhan berubah.
B. Ayat-Ayat Alkitab yang Disalahgunakan Kalvinis
Dalam usaha mereka untuk membuktikan bahwa Allah menentukan segala sesuatu, Kalvinis mencoba untuk memakai berbagai ayat Alkitab. Kita akan melihat, apakah ayat-ayat yang mereka pakai sungguh mengajarkan premis dasar Kalvinisme.
1. Keluaran 21:13. “Tetapi jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan tangannya ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari.” Dari ayat ini, Kalvinis mengatakan bahwa suatu hal yang tidak disengaja (pembunuhan), ditentukan oleh Allah. Mereka mengambil frase
“tangannya ditentukan Allah,” untuk membuktikan bahwa segala tindakan manusia ditentukan oleh Allah.
Jawab: Kesalahan Kalvinis adalah tidak memperhatikan konteks dan juga mengambil kesimpulan yang terlalu cepat. Jika Allah menentukan tangan orang dalam suatu kasus pembunuhan tidak disengaja, apakah berarti Allah menentukan segala sesuatu? Sama sekali tidak. Kalau memperhatikan konteks, justru perikop ini membuktikan
sebaliknya! Jika membaca dari ayat 12-13, ada dua jenis pembunuhan yang Tuhan diskusikan. Di ayat 12, Tuhan mengatur tentang pembunuhan yang disengaja: “Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati, pastilah ia dihukum mati.” Barulah di ayat 13, ada aturan tentang pembunuhan yang tidak disengaja.
Coba dipikir dengan baik-baik, dan baca ayat 12 dan 13 dalam satu konteks. Orang yang tidak sengaja membunuh sesamanya, artinya tangannya ditentukan Tuhan. Sebagai contoh, dalam Ulangan 19:4-5, seseorang yang sedang menebang pohon dengan kapak, tiba-tiba mata kapak terlepas dan mengenai temannya. Lepasnya mata kapak,
trayektori mata kapak, dan hal-hal lain yang mendukung sehingga mata kapak mengenai orang, semua itu ditentukan Allah. Ini tidak ada masalah, karena yang Allah tentukan bukanlah suatu keputusan manusia. Pembaca bisa melihat lagi dalam bagian pembahasan tentang bagaimana Allah mengendalikan sejarah. Undi ada di tangan Tuhan, jatuhnya mata kapak juga di tangan Tuhan! Hal-hal yang tidak sengaja itu ditentukan oleh Tuhan! Amin!
Apakah ini membuktikan Allah menetapkan segala sesuatu? Sama sekali tidak! Ayat 12 dan 13 sedang menjelaskan perbedaan dua kasus. Pembunuh di ayat 12, harus dihukum mati, karena membunuh dengan sengaja. Pembunuh di ayat 13, tidak dihukum mati karena tangannya ditentukan Allah. Kesimpulan apa yang dapat ditarik?
Bahwa pembunuh di ayat 12 justru tangannya tidak ditentukan oleh Allah. Jadi, Kel. 21:12-13, justru membuktikan bahwa hal-hal yang dilakukan oleh manusia secara sengaja (atas kehendak sendiri), tidak ditentukan oleh Allah. Ayat ini tidak mendukung premis Kalvinis, sebaliknya membuktikan bahwa Allah tidak menentukan hal-hal yang
manusia lakukan dengan sengaja!
Tanggapan saya :
Keluaran 21:13. “Tetapi jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan tangannya ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari.”
‘tangannya ditentukan Allah melakukan itu’, kalimat ini sangat eksplisit, jelas dan gamblang menyatakan bhw memang Tuhanlah yang MENENTUKAN TANGAN seseorang UNTUK melakukan tindakan itu. Ini adalah tafsiran apa adanya yang mengacu pada teks dan konteks di ayat tersebut. Ketidaksengajaan adalah sesuatu yang keliatan kecil dan remeh, tetapi Tuhan memperhatikan dan mengatur hal tersebut untuk terlaksananya hal-hal yang besar. Menyatakan ayat tsb sebagai implicit dan mengartikannya sehingga berbeda artinya dengan teks dan konteks yang sesungguhnya menunjukkan penafsiran yang eisegesis (memperkosa ayat).
Mengenai Ulangan.19:4-5 yang berbunyi :
19:4 Inilah ketentuan mengenai pembunuh yang melarikan diri ke sana dan boleh tinggal hidup: apabila ia membunuh sesamanya manusia dengan tidak sengaja dan dengan tidak membenci dia sebelumnya,
19:5 misalnya apabila seseorang pergi ke hutan dengan temannya untuk membelah kayu, ketika tangannya mengayunkan kapak untuk menebang pohon kayu, mata kapak terlucut dari gagangnya, lalu mengenai temannya sehingga mati, maka ia boleh melarikan diri ke salah satu kota itu dan tinggal hidup
Steven mengomentari : seseorang yang sedang menebang pohon dengan kapak, tiba-tiba mata kapak terlepas dan mengenai temannya. Lepasnya mata kapak,
trayektori mata kapak, dan hal-hal lain yang mendukung sehingga mata kapak mengenai orang, semua itu ditentukan Allah. Ini tidak ada masalah, karena yang Allah tentukan bukanlah suatu keputusan manusia.
Salah satu hal hal lain yang mendukung lepasnya mata kapak dan TEPAT mengenai sesamanya adalah kehendak bebas manusia didalam mengayunkan tangannya sehingga dalam posisi tertentu mata kapak tersebut lepas dari gagangnya. Seandainya Tuhan tidak menghendaki seseorang mati karena terkena mata kapak, maka tidak akan ada seorang pembelah kayu atau tidak akan ada mata kapak atau tidak akan ada pula korbannya. Semua kondisi itu ada membuktikan bhw rencana Tuhan menentukan adanya situasi baik yang mempengaruhi kehendak bebas seseorang untuk membelah kayu dan menggerakkan seseorang korban dekat dengannya sehingga ketika mata kapak terlempar maka mengenai korban tsb dan mati.
Apakah anda hendak berargumentasi bhw Allah HANYA mengendalikan jalannya mata kapak tersebut? Ini adalah pernyataan konyol yg terinspirasi sebuah film kartun dimana ada mata kapak yang bergerak sendiri seolah-olah ia punya jiwa.
Keluaran.21:12 "Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati, pastilah ia dihukum mati.
Ayat diatas memang tidak menyebutkan tentang rencana Allah didalam kasus pembunuhan tsb. Ini dilakukan BUKAN untuk menyangkal adanya ketetapan kekal Allah atas hidup seseorang TETAPI untuk menekankan tanggung jawab manusia yang melakukan tindakan jahat tsb. Jadi alangkah konyolnya kalau Steven mengharuskan di ayat tsb tertulis ‘ditentukan Allah’, karena SELAIN alasan diatas JUGA berimplikasi pada pelarian tanggungjawab pembunuh atas perbuatannya. Ayat 12 hanya menggambarkan sisi tanggungjawab manusia didalam perbuatan jahatnya dan ini tidak menyangkal adanya kebenaran kedaulatan Allah yang telah dinyatakan di ayat 13.
Sekali lagi, adanya pernyataan di Alkitab yang menyatakan freewill dan tanggungjawab manusia tidak serta merta menyatakan bhw ketetapan Allah tidak ada, demikian pula sebaliknya.
BB.Warfield :
"Throughout the Old Testament, behind the processes of nature, the march of history and the fortunes of each individual life alike, there is steadily kept in view the governing hand of God working out His preconceived plan - a plan broad enough to embrace the whole universe of things, minute enough to concern itself with the smallest details, and actualizing itself with inevitable certainty in every event that comes to pass" (= Sepanjang Perjanjian Lama, dibalik proses alam, gerakan dari sejarah dan nasib dari setiap kehidupan, terus menerus ditunjukkan tangan pemerintahan Allah yang melaksanakan rencana yang sudah direncanakanNya lebih dulu - suatu rencana yang cukup luas untuk mencakup seluruh alam semesta, cukup kecil / seksama untuk memperhatikan detail-detail yang terkecil, dan mewujudkan dirinya sendiri dengan kepastian yang tidak dapat dihindarkan / dielakkan dalam setiap peristiwa / kejadian yang terjadi) - 'Biblical and Theological Studies', hal 276.
2. Daniel 11:36 “Raja itu akan berbuat sekehendak hati; ia akan meninggikan dan membesarkan dirinya terhadap setiap allah. Juga terhadap Allah yang mengatasi segala allah ia akan mengucapkan kata-kata yang tak senonoh sama sekali, dan ia akan beruntung sampai akhir murka itu; sebab apa yang telah ditetapkan akan terjadi.” Ada Kalvinis yang ingin memakai ayat ini untuk membuktikan bahwa Allah menetapkan dosa. Raja dalam Daniel 11:36 ini (antikristus), jelas melakukan dosa. Kalvinis lalu mengambil frase “apa yang telah ditetapkan akan terjadi,” untuk membuktikan bahwa
dosa itu telah Allah tetapkan.
Jawab: Kalvinis melihat ayat ini dari kacamata bias doktrinnya sendiri. Padahal, jika dibaca secara normal, justru ayat ini mengajarkan bahwa perbuatan si raja jahat ini tidak ditentukan. Bagian awal ayat ini berkata, “raja itu akan berbuat sekehendak hati.” Apakah ini kurang jelas? Perbuatannya berasal dari kehendak dia sendiri, bukan ditentukan
oleh Tuhan. Lalu apakah yang telah ditetapkan itu? Walaupun kehendak jahat raja itu berasal dari dirinya sendiri, dia tentu tidak akan berhasil kalau Allah tidak mengizinkan. Allah menetapkan bahwa kehendak jahat raja ini bisa dia laksanakan, salah satu caranya adalah dengan memberikan hidup yang cukup panjang kepada dia. Itulah sebabnya
dikatakan bahwa “ia akan beruntung sampai akhir murka itu.” Tetapi, sampai titik tertentu, Allah tidak lagi mengizinkan maksud jahatnya untuk berhasil, dan saat itulah dia akan mati. Jadi, Allah sama sekali tidak menetapkan kejahatan yang ia perbuat. Allah mengontrol, sampai seberapa jauh kejahatannya dapat berlangsung.
Tanggapan saya :
Daniel 11:36 “Raja itu akan berbuat sekehendak hati; ia akan meninggikan dan membesarkan dirinya terhadap setiap allah. Juga terhadap Allah yang mengatasi segala allah ia akan mengucapkan kata-kata yang tak senonoh sama sekali, dan ia akan beruntung sampai akhir murka itu; sebab apa yang telah ditetapkan akan terjadi.”
Ayat diatas merupakan nubuatan akan datangnya seorang raja tirani yang fasik dan semena-mena. Nubuatan tsb pasti akan terlaksana. Ini menandakan bahwa walaupun ‘Raja itu akan berbuat sekehendak hati’, namun perbuatan semena-mena tsb telah ditetapkan Allah atasnya yang tergambar dari frasa akhir ayat tsb ‘SEBAB apa yang telah ditetapkan akan terjadi’. Kedaulatan Allah memastikan bahwa akan ada seorang Raja yang jahat dan menuruti kebebasan kehendaknya yang berdosa.
Kata ‘SEBAB’ menyatakan causa prima dari kejadian yang digambarkan sebelumnya. Alkitab tidak menambahkan pengecualian seperti yang diutarakan oleh Steven, yaitu : ‘KECUALI perbuatan raja tsb tidak ditetapkan oleh Allah’. Apa yang tidak ditambahkan oleh Alkitab telah ditambahkan oleh Steven dengan memasukkan penafsiran pribadi ke dalam teks tsb. Ini EISEGESIS!
Calvinist melihat seluruh kebenaran yang dinyatakan oleh Alkitab ini sebagai suatu kebenaran yang integral, tetapi dengan congkaknya Steven telah menyempitkan arti dari ayat tersebut dengan mengarahkan frasa yang terakhir yang hanya berhubungan dengan segala sesuatu yg bukan manusia. Dan dengan ini Steven telah memperkosa ayat firman Tuhan.
3. Kisah Para Rasul 4:27-28 “Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu.” Ini adalah
perwakilan dari beberapa ayat lain, tentang kematian dan penyaliban Yesus, yang Kalvinis pakai. Argumen mereka cukup jelas, yaitu bahwa penyaliban Yesus telah Allah tentukan. Ini, bagi Kalvinis, membuktikan bahwa Allah menetapkan terjadinya dosa.
Jawab: Sekali lagi, Kalvinis membaca ayat ini dengan presuposisi doktrin mereka. Oleh karena itu mereka mendapatkan Allah menetapkan dosa di sini. Padahal Allah yang mahakudus benci kepada dosa, masakan merencanakan dan mengharuskan dosa? Kalau ayat ini dibaca dengan netral, sama sekali tidak mengajarkan Kalvinisme. Ayat ini
berbunyi: “telah berkumpul....bangsa-bangsa..... untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula.” Ayat ini TIDAK berbunyi: “Engkau menentukan mereka untuk menyalibkan Yesus (melakukan dosa).” Ada perbedaan antara dua kalimat tersebut. Kehendak untuk menyalibkan Yesus berasal dari manusia itu sendiri, tidak pernah ditetapkan oleh Allah. Mereka punya pilihan untuk menerima Yesus, tetapi mereka memilih untuk menyalibkanNya. Allah yang mahatahu, memasukkan
kehendak manusia-manusia jahat ini dalam rencana penyelamatanNya, sehingga Ia menentukan bahwa Yesus memang akan mereka salibkan. Jadi, Allah tidak menetapkan mereka harus menyalibkan Yesus. Allah tahu mereka mau menyalibkanNya (dari kehendak mereka sendiri), dan Allah memutuskan, dalam kuasa dan kehendakNya, agar kemauan mereka tercapai, dan Yesus disalibkan. Sebuah ilustrasi dapat membantu memberikan contoh dalam kehidupan nyata. Kepolisian Jakarta telah lama
berusaha membongkar jaringan perampok toko emas. Suatu ketika, mereka mendapatkan info akurat (foreknowledge), bahwa para perampok akan beraksi di toko tertentu. Karena ingin menangkap para penjahat secara basah, para polisi memutuskan untuk tidak menghalangi niat para perampok, melainkan memasang jebakan. Akhirnya para perampok beraksi, dan di tengah perampokan mereka, mereka ditangkap oleh polisi. Tindakan perampokan itu berasal dari kehendak para perampok, sama sekali tidak ditentukan atau ditetapkan oleh para polisi. Para polisi pun punya kemampuan untuk membatalkan perampokan, misalnya dengan menempatkan banyak penjaga ekstra di toko itu. Namun, untuk tujuan tertentu (menangkap basah para perampok), para polisi sengaja membiarkan para perampok untuk melakukan kejahatan mereka. Bisa dikatakan, bahwa tindakan para perampok persis sesuai dengan rencana para polisi, dan bahwa para perampok melakukan apa yang polisi rancangkan/tetapkan. Tetapi, jelas bukan polisi yang menetapkan mereka untuk merampok. Demikianlah, Allah mempergunakan kejahatan manusia, untuk tujuanNya sendiri. Pembaca silakan melihat lagi bagian pembahasan bagaimana Allah mengendalikan sejarah tanpa menentukan tindakan manusia.
Tanggapan saya :
Frasa yang anda tulis ini : “telah berkumpul....bangsa-bangsa..... UNTUK MELAKSANAKAN segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula.” menyatakan dengan eksplisit, jelas dan gamblang bhw mereka semua berkumpul UNTUK MELAKSANAKAN apa yang telah Tuhan tentukan dari semula. Orang-orangnya tertentu, mereka semua melakukan tindakan yang tertentu, dengan motivasi tertentu pula dan FT menyatakan bhw semuanya itu ada UNTUK MELAKSANAKAN ketetapan Tuhan. Karena kalimat diatas secara eksplisit menyatakan ketetapan Tuhan atas penyaliban Yesus dimana itu melibatkan orang-orang yg telah ditentukan maka tidak perlu untuk ditambahi dengan frasa yang anda sodorkan : “Engkau menentukan mereka untuk menyalibkan Yesus (melakukan dosa)”.
Ilustrasi polisi dan perampok merupakan ilustrasi yg lebay dan tolol, karena polisi bukan Tuhan!
4. Matius 10:29-30 “Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.” Menurut Kalvinis, ayat ini mendukung konsep bahwa Allah menentukan segala sesuatu.
Jawab: Dalam pembahasan sebelumnya, sudah dijelaskan, bahwa non-Kalvinis percaya Allah menentukan banyak sekali hal. Tetapi ini berbeda dengan menentukan segala hal. Banyak ayat yang Kalvinis kutip hanya menyatakan bahwa Allah menetapkan hal ini dan hal itu, tetapi tidak ada satupun yang menyatakan bahwa Allah menetapkan segala sesuatu. Bahwa jumlah rambut di kepala kita diketahui oleh Tuhan, sama sekali tidak membuktikan bahwa Allah menetapkan segala tindakan kita. Diperlukan lompatan logika yang luar biasa untuk bisa menyimpulkan hal seperti itu dari ayat ini. Hidup matinya pipit berada di tangan Tuhan. Saya sungguh mengaminkan hal ini! Jangankan pipit, hidup
matinya manusia pun ada di tangan Tuhan. Tetapi ini sama sekali tidak membuktikan bahwa Allah menentukan segala pikiran, tindakan, dan keputusan manusia.
Tanggapan saya :
Steven wrote : Jangankan pipit, hidup matinya manusia pun ada di tangan Tuhan.
Terima kasih atas pasokan argumentasinya dimana ini amunisi yg ampuh untuk menyerang posisi kecongkakan humanisme anda. Anda telah menyerahkan pistol anda kepada saya, dan saya tidak akan menyia-nyiakannya.
Seringkali manusia merasa tidak ingin segera meninggalkan dunia ini dikarenakan masih ada orang-orang yang ia kasihi dimana ia ingin tinggal selamanya bersama dengan mereka. Seorang ayah tidak ingin mati dan akan berharap hidup selamanya menemani istri dan anak-anaknya. Si Ayah mempunyai KEHENDAK BEBAS untuk terus hidup. Tetapi kehendak bebas di Ayah TUNDUK pada kedaulatan Allah yang telah menetapkan bhw setiap manusia HARUS mati…suka tidak suka..mau tidak mau..enak tidak enak..semua manusia HARUS mati. Ini ketetapan Allah sejak kekekalan dan berlaku efektif semenjak manusia jatuh didalam dosa.
Ibrani 9:27 Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,
Ini salah satu bukti diantara beribu-ribu bukti bhw kedaulatan Allah mengatasi segala kehendak bebas manusia. Skak Match, Doc!
5. Yeremia 4:28 “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.” Saya akan mengutip argumen Asali dari ayat ini: Ayat ini baru mengatakan 'Aku telah mengatakannya' dan lalu langsung menyambungnya dengan 'Aku telah merancangnya'. Ini jelas menunjukkan bahwa Tuhan mengatakan sesuatu kepada nabi-nabi (yang lalu dinubuatkan oleh para nabi itu), karena
Tuhan telah merancang / merencanakannya.Jadi, Asali mengatakan bahwa ayat ini membukti pengetahuan Tuhan berasal dari penentuanNya. Asali juga menyatakan
bahwa jika Tuhan bernubuat tentang sesuatu hal, berarti hal itu sudah Ia tentukan lebih dahulu.
Jawab: Ayat ini sama sekali tidak membuktikan bahwa semua pengetahuan Tuhan berasal dari penentuanNya. Kalau seorang dosen berkata, “Seluruh kelas akan berkabung karena ujian yang akan saya berikan, sebab aku telah mengatakannya, aku telah merancangnya, aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.” Apakah ini membuktikan bahwa semua pengetahuan dosen itu berasal dari penentuannya? Tentu tidak! Tentu ada banyak hal yang Allah tentukan, dan Allah tahu akan hal-hal itu. Ada banyak nubuat yang memang berasal dari ketentuan Tuhan. Tetapi tidak kurang juga nubuat yang tidak berasal dari ketentuan Tuhan, melainkan Tuhan
memberitahu apa yang akan dilakukan oleh manusia. Contohnya, dalam 1 Samuel 23:12, Allah menubuatkan apa yang akan orang-orang Kehila lakukan jika Daud tinggal di Kehila. Pada kenyataannya, Daud tidak tinggal di Kehila, jadi itu bukanlah penentuan Tuhan. Nubuat (pengetahuan) ini bukanlah sesuatu yang Allah tentukan dulu!
Tanggapan saya :
Berulangkali anda mengambil analogi manusia untuk menggambarkan Allah. Ini adalah kesalahan logika yang akut. Manusia bukan Allah dan Allah bukan manusia. Ini kebenaran yang absolute. Anda telah menjadi musuh kebenaran gara-gara doktrin anda yang kacau yg mengharuskan anda mencomot ilustrasi sana sini demi pembenaran diri dan penolakan kebenaran.
Yeremia 4:28 “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, SEBAB Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.”
“Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya”. Apa yang dikatakan Tuhan dan apa yang dirancangkan Tuhan? Ya..ayat tsb jelas menyatakan bhw malapetaka tsb telah dikatakan (dinubuatkan) dan dirancangkan (ditetapkan) oleh Tuhan. Adanya kata hubung ‘SEBAB’ menjelaskan bhw kalimat sesudahnya adalan PENYEBAB dari kalimat sebelumnya.
Mengenai I Samuel.23:12, semua peristiwa yang terjadi tsb adalah suatu KEPASTIAN. Memang ada banyak kemungkinan, tetapi kemungkinan itu TIDAK AKAN TERJADI karena tidak ada kemungkinan didalam alam pikiran Allah. Alkitab menyatakan bhw Daud ternyata meninggalkan Kehila merupakan SUATU FAKTA YANG PASTI. Dan kepastian tidak pernah memastikan dirinya sendiri sebelum dirinya ada. Itu harus ditetapkan oleh Allah sebagai Pencipta segala sesuatunya.
Adalah suatu kebodohan anda dengan mengatakan bahwa : Nubuat (pengetahuan) ini bukanlah sesuatu yang Allah tentukan dulu!
- Allah menyampaikan NUBUAT.
- Nubuat tsb diucapkan SEBELUM kejadiannya.
- Nubuat Allah PASTI tergenapi.
Adanya tiga realita diatas menyatakan bhw sebelum kejadian tsb ada bahkan sebelum semua actor dan factor pendukung ada, Allah telah memastikan bahwa kejadian itu ada dan tertentu, melalui nubuat (firmanNya/perkataanNya), dan ketika genap waktunya maka kejadian tsb benar2 terjadi sebuai nubuat tsb. Kalau Allah tidak menentukan sesuatu, tentu sesuatu itu tidak pernah ada. Hanya apa yang telah ditentukan Allah yang benar-benar ada dan terjadi. Langit dan bumi tidak akan pernah ada kalau Allah tidak menentukan dari semula untuk Ia menciptakan semuanya.
6. Efesus 1:11 “Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya.” Bahwa Allah di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan
kehendakNya, diartikan oleh Kalvinis untuk mendukung premis mereka bahwa Allah menentukan segala sesuatu.
Jawab: Ayat ini sama sekali tidak mengatakan bahwa Allah menentukan segala sesuatu. Jikalau dikatakan bahwa “Allah bekerja di dalam segala sesuatu,” maka non-Kalvinis sama sekali tidak akan protes, karena itulah bunyi ayat ini.
Allah memang bekerja dalam segala sesuatu. Segala tindakan dan keputusan manusia, haruslah melalui izin Allah, apakah dapat tercapai atau tidak. Seperti sudah diilustrasikan, seseorang bisa saja berniat untuk membunuh. Maksud pembunuhan tersebut tidak Allah tetapkan melainkan keluar dari hati orang yang jahat itu. Tetapi, Allah bekerja dalam
segala sesuatu. Allah bisa menggagalkan niat pembunuhan itu, atau Allah bisa membiarkan niat pembunuhan itu untuk melaksanakan rencanyaNya. Allah bekerja dalam segala sesuatu menurut keputusan kehendakNya! Ayat ini sama sekali
tidak harus mendukung bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu.
Tanggapan saya :
Efesus 1:11 “Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya.”
“Allah berkerja didalam segala sesuatu menurut keputusan kehendak-Nya”. Apakah yang dimaksud dengan ‘segala sesuatu’?? Tentu saja yang dimaksud dengan ‘segala sesuatu’ adalah segala-galanya, mencakup semua yang ada di alam semesta ini baik yang kelihatan maupun yang tak kelihatan baik peristiwa maupun makhluk-makhluk ciptaan. Allah bekerja baik itu secara aktif maupun pasif memakai segalanya menurut keputusan kehendaknya. Kapankah keputusan kehendak Allah itu dinyatakan? sejak sebelum dunia dijadikan (Efesus.1:4) dimana itu mengacu kepada keputusan kekal Allah, termasuk akan segala sesuatu yang akan terjadi. Untuk apa Allah perlu terlibat didalam sejarah dengan bekerja didalam segala sesuatu? Untuk menggenapi semua rencana-Nya yang telah Ia tetapkan didalam Kristus bagi kemuliaanNya. Rencana kekalNya yang meliputi segala sesuatu yang ada dibawah kekuasaanNya. Semuanya dilakukanNya untuk kemuliaanNya semata. Kalau Allah tidak bekerja didalam segala sesuatu tetapi menyerahkannya kepada manusia bagaimana Ia bisa memastikan bhw rencana-Nya pasti tergenapi?? Dengan hanya diam menonton saja sambil berpangku tangan dan ongkang-ongkang kaki sambil sesekali memberikan intruksi?? Tidak mungkin, kecuali itu Allahnya Kristen Fundamental! Ia harus bekerja dan memastikan bahwa semuanya berjalan seturut kehendak kekalNya. Terlebih lagi ayat di Efesus.1:11 adalah berbicara mengenai diri orang pilihan, Allah tentu berintervensi secara aktif didalam diri kaum pilihan untuk menjaga mereka dari segala sesuatu yang akan menjauhkan mereka dari kasih Kristus.
You have made us for Yourself O Lord and our heart is restless until it rests in You.
- Pniel's blog
- Login to post comments
- 33726 reads
samuel :udah ketebak kepengecutan kamu duluan.
P Tong, mohon PM saya.
P Tong, saya sudah mengutarakan keinginan saya kepada anda. Saya ingin anda PM (Private Message/ menulis pesan pribadi kepada saya dgn memakai fasilitas PM di forum ini) saya mengenai identitas anda spt nama, gereja dan telepon...itu saja. Saya hanya ingin memastikan kebenaran dari ucapan anda. Saya janji akan merahasiakan identitas anda itu. Jangan kuatir janji seorang Pniel bisa dipegang!
Kalau anda sudah membuka identitas anda, saya akan telepon anda dan memastikan mengenai niat baik anda itu. Lalu saya akan membicarakan hal ini ke Pdt.Budi Asali.
Saya mohon kita semua bisa menjaga kesejukan forum ini demi kebersamaan kita didalam Kristus, OK?
Saya tunggu PM anda, Bro! Tuhan memberkati.
Iron sharpeneth iron
You have made us for Yourself O Lord and our heart is restless until it rests in You.
Pniel:silakan
-Pniel aku ngak mengerti cara menghubungi kamu.
-Aku ingin kamu kirim ke creamangeli@yahoo.com kalau kamu udah kirim ke sana aku ,beritahu ya.
-AKU AKAN SEGERA HUB KAMU .TAPI AKU NGAK NGERTI GIMANA
HAHA...
iya sih sam, ada lagi gak yang lebih gede:D, gue bagian penonton aja, bagian ngakak wakakaka....
JESUS IS GOD
JESUS IS GOD
p tong, Tolong ...
p tong, sudahlah! Mengejek hai hai adalah perbuatan sia-sia. Tulisan saya terpasang 24 jam sehari, siapa saja boleh mengujinya. Bila teman-teman reformed anda menganggap tulisan saya hanya pajangan seharusnya mereka berbelas kasihan. Bila tidak berbelas kasihan kepada saya, seharusnya mereka berbelas kasihan kepada orang-orang Kristen yang membaca tulisan saya.
p tong, maukah anda memberitahu teman-teman reformed anda bahwa anggota SABDASpace saat ini ada 4763 (empat ribu tujuh ratus enam puluh tiga) dan terus bertambah setiap harinya? Ada banyak orang yang bukan anggota mengunjungi dan membaca tulisan-tulisan di sini. Tulisan hai hai yang dianggap pajangan itu LARIS MANIS. Selain dibaca juga di print untuk dibagi-bagikan kepada handai taulan mereka. Jumlah hit dari 176 tulisan yang saya unggah sejak 2 tahun 21 minggu yang lalu lebih dari 540.000 (lima ratus empat puluh ribu). Mungkin mereka tidak tahu apa itu hit, tolong jelaskan kepada mereka.
Walaupun tidak SUKA internet, tolonglah minta mereka memaksa diri untuk menyukainya demi belas kasihan kepada orang-orang yang selama ini membaca tulisan-tulisan hai hai, si tolol yang sok pintar ini. Minta tolong pada mereka untuk menguji tulisan hai hai di hadapan banyak saksi dengan Alkitab sebagai standard kebenaran. Dengan menyatakan ketololan hai hai dengan cara demikian akan menghindarkan orang dari KESESATAN sekaligus menghindarkan hai hai dari kesesatannya dan penyesatannya.
Tolong bilang pada mereka, sudah banyak orang yang mencoba untuk membongkar ketololan hai hai selama ini namun gagal. Sudah saatnya para Teolog Reformed Injili turun ke gelanggang untuk menegakkan kebenaran ajaran Alkitab sejati. Sekali lagi, tolong ingatkan mereka, bila tidak berbelas kasihan pada hai hai setidaknya mereka harus berbelas kasihan kepada para pembaca tulisan hai hai. apabila mereka tidak percaya bahwa ini adalah PERMOHONAN hai hai silahkan menganggapnya sebagai TANTANGAN dari seorang TOLOL yang benar-benar CONGKAK. Tolong minta mereka untuk memikirkan DAMPAK tulisan haihai pada generasi ini dan generasi yang akan datang.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Tuhan Sedih
Teman - teman, apa artinya teologi kalian..Kita semua terbatas. Baik yang kuliah S1, bahakan sampai S3 sekalipun. Siapa yang dapat menyelami Hikmat Tuhan dengan sempurna. Tentu saja tidak ada.
Jadi hargai keterbatasan sesama. Jangan buat Tuhan menangis dan Iblis tertawa.
Tunjukan buah kalian..
To God Be The Glory
heru:admin ss dan hai2 suka ,maka ku beri.
-Aku memberi yang mereka sukai .kalau mereka ngak suka cegah donk?? Admin ss kan punya hak itu.
Heru Imam Santoso, Tuhan Menangis
Mas heru, ajarin dong cara melihat Tuhan menangis dan setan tertawa? he he he he ... keterbatasan sesama harus di-HARGAI berapa ya?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
@hai-hai pertemuan ptong
Shalom ko hai
Hai2 : Banyak blogger curiga bahwa Ptong adalah Alvasez
alvazez : he.he.he.. apa sampai sekarang saya masih dicurigai sebagai ptong ?
kok nggak ada yg ngasi tau ato nanya langsung ke aku ya ? mungkin karena aku jahat kayak cao-cao ya ?? ha.ha.ha.ha.
Ko hai, mbok ya diceritain gimana pertemuannya ? kok gak ada yg membahas pertemuan itu ya ? aku sendiri terlambat baca blog ini, cuman awal2 muncul sempat baca, akhir-akhir ini baru selesai.
GBU
alvazez, p tong Orang Kristen
alvazez, p tong bukan orang jahat. Dia hanay orang Krisen yang ingin ikut ambil bagian menyelesaikan berbagai masalah di antara orang Kristen.
Ketika bertemu kami diskusi tentang berbagai hal. Namun yang paling utama adalah kami saling mengenal dan memahami satu dengan lainnya. Tidak ada kebencian di antara kami. Melalui kopi darat itu dia hanya ingin mengonfirmasikan berbagai pertanyaan.
Saya menjelaskan kepadanya bahwa sebelum mengunggah tulisan-tulisan menguji berbagai ajaran pengkotbah, saya sudah berusaha untuk diskusi dengan para pengkotbah tersebut lewat email. Karena mereka menolak dan menantang, barulah kemudian saya mengunggah tulisan di SABDASpace dan mengundang para pengkotbah tersebut untuk mempertanggungjawabkan ajarannya baik di SABDASpace maupun lewat email.
Saya juga menjelaskan alasan saya tidak mau melakukan debat lisan dengan para pengkotbah yang tulisannya saya uji. Alasan utamanya adalah saya sudah memberi mereka kesempatan namun mereka menolak bahkan menghina saya. Itu sebabnya, bila mereka mau mempertanggungjawabkan ajarannya, mereka harus melakukannya secara tertulis, di depan banyak saksi dengan Alkitab sebagai standard kebenaran.
Di dalam diskusi tersebut ada beberapa hal yang tidak kami sepakati, namun itu bukan masalah karena kami dapat diskusi lain kali baik secara lisan maupun tulisan.
Karena anda menyatakan bahwa anda bukan ptong, maka saya percaya anda bukan ptong. Itu bukan masalah rumit. Bila blogger lain tetap curiga anda ptong, itu urusan mereka.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Cuman Saran Ke User
To p tong: saya cukup senang dengan kerelaan anda, yang mau berkorban untuk membiayai debat terbuka supaya cepat tuntas dan akhirnya jadi berkat buat kita bersama. Saya berpikir positif aja lho.... supaya jadi berkat.
To pniel: saya senang bisa berkenalan dengan anda. Anda cukup kritis dan tekun belajar FT dan memberikan alasan2 yang cukup bagus...tapi tidak berarti saya setuju semua lho....nanti tukar pikiran lagi ya...
To SF: Makasih bro buat ayat2nya...he..he....FT itu bermata dua lho ya...one for you and one for me....
To hai hai: anda ini orangnya kritis, saya mencoba memahami cara berpikir anda, memang anda orang yang unik dan menarik dari cara pandang anda terhadap FT, tapi kadang membuat orang lain juga ada yang salah paham... maklum mungkin saya gak sepintar anda.
yang lain.. Salam kenal
UDAHLAH BERHENTI DULU DEBATNYA, BREAK, dan COOLING DOWN.
SADARLAH kawan, semua ini buat siapa? buat kamu pribadi atau untuk Tuhan? atau untuk orang lain?
Saya tahu rasanya kalau ketemu dengan orang ngotot tapi dia juga salah. Di mintai pertangungjawaban malah ngacir (bisanya cuman ngomong doang). Mungkin itu adalah gambaran kita, eh...bukan kita, saya aja deh.... nanti dibilang nyingung lagi gue....kena kata goblok dan munafik lagi gue....Untunglah masih ada Tuhan Yesus penuh kasih.
Kita semua ini bukan manusia sempurna (TERMASUK SAYA). Dan saya bukan ORANG BAIK DAN BENAR (malah tuh... SF bilang saya orang munafik), namun saya bersyukur Tuhan sayang saya.
Yang JELAS TUHAN SAYANG KITA SEMUA. Bila kita mengakui kesalahan kita di hadapan Tuhan maka Dia akan beri HIKMAT BARU buat kita.
Jangan bersandar pada kepintaran/kebenaran diri sendiri. Roh Kudus (Roh Kebenaran) di dalam kita, bisa memberi Hikmat dan Wahyu...coba deh tanya...
HIKMAT TUHAN lebih sempurna dari HIKMAT MANUSIA.
MAJU TERUS BRO dalam PENGENALAN akan TUHAN YESUS.
GB all.
(Ampunilah aku Tuhan Yesus, karena aku tidak tahu yang aku perbuat)
.: "Tuhan Yesus adalah Yang Awal dan Yang Akhir.
Dia-lah Jalan, Kebenaran, Kebangkitan, dan Kehidupan." :.
@kabarsukacita: Kamu sok rohani
Kamu sok rohani. Makin jelas terlihat dari istilah-istilah basi macam "Kita semua ini bukan manusia sempurna", "Yang JELAS TUHAN SAYANG KITA SEMUA", "Jangan bersandar pada kepintaran/kebenaran diri sendiri.". Ini semua istilah basi dari orang sok rohani.
Dibelakangnya berdiri asumsi-asumsi bodoh
Makin muak aku sama nick kabarsukacita ini. Teruskan saja jalan kamu saat ini. Selamat menjadi tambah munafik.
@SF, baca bro....
SF, ada apa sih dengan kamu ini? Aneh dech....kamu perhatikan deh... debatnya para user ini pada blog ini, bukan lagi ke fokus masalah, tapi malah ejek-ejekan antar user...NYADAR GAK SECH....
Kamu berpikir sendiri seolah-olah aku gak pernah salah...baca lagi blog-ku sebelum-sebelumnya
Kamu yang berikan asumsi2 itu sendiri lho... bukan aku...
Tersinggung lagi ya bro....
Dari kata2 dan asumsimu, mungkin kamu ini pernah mengalami sakit hati dengan orang2 yang KAYAKnya (mirip kata2ku) pernah kamu kenal.... jadi semua kamu anggap sama....
Kamu sendiri yang bilang kalo yang boleh negur cuman orang yang sempurna, coba deh lihat blog2ku sebelumnya.. apakah aku bilang kalo aku sempurna? Jangan ngarang deh.....Udahlah kamu ini tertutup oleh pandanganmu sendiri... malah kamu malu-maluin diri kamu sendiri....
Neraka sebenarnya untuk Iblis dan pengikutnya (mau ikut SF?), manusia juga ada disana.... bro (rasae kamu lebih tahu kok dari pada aku, wong kamu udah kotbah segala tuh)
Ini ada satu lagi asumsimu yang aneh tentang kepintaran manusia...
Kalau ada orang kurang Hikmat ya minta Hikmat dari Tuhan dong untuk menyelesaikan masalah....mungkin ada jalan lain... bukannya suka mengatai orang lain yang aneh2 berdasar asumsi kamu yang ngawur
Kalau aku membantah kamu, mungkin kamu tambah marah....karena mikir aku sok suci dan munafik.....atau ... kamu mau dipuji bahwa kamu ini orang yang pintar? (sukanya memakai asumsi2nya sendiri)......
Udahlah, dari pada kamu jengkel sama aku terus, dan membuat aku bersalah karena jadi batu sandungan buat kamu... aku ngak comment lagi ke kamu aja...aku mau tukar pikiran dengan user yang lain aja...
Sorry ya SF yang rendah hati,
GBU.
.: "Tuhan Yesus adalah Yang Awal dan Yang Akhir.
Dia-lah Jalan, Kebenaran, Kebangkitan, dan Kehidupan." :.
@SF, sorry nyelonong
Salam kenal bro, Gimana pertemuan dengan ptong itu ? jadi nggak
Oh iya kok saya dikirain ptong ya ?
THX GBU
@alvazez: Jadi. Bahkan Hai-hai datang
Jadi. Bahkan Hai-hai datang. Untuk cerita lengkapnya tanya Hai-hai saja. Dia yang paling banyak ngomong sama si p tong. Yang jelas saya beda pendapat total sama dia dan sudah saya kemukakan. Beda pendapat yang utama adalah alasan bahwa hamba tuhan yang tulisannya diuji oleh Hai-hai nggak ada waktu untuk menanggapi. Ini alasan bullshit. Mereka bisa menulis tulisan ngawur mereka. Jadi mereka punya waktu untuk menulis tulisan ngawur bahkan sampai jadi buku. Masak mereka nggak punya waktu untuk menanggapi tulisan Hai-hai yang mengupas kengawuran tulisan mereka. Alasan sampah macam apa itu? Sampai kapan juga saya nggak bakal setuju sama logika ngawur si p tong.
@SF
OK Thanks bro, paling nggak ptong nggak dikira saya he.he.he.
GBU
@KabarSukacita, senang bertemu dgn anda.
KS : To pniel: saya senang bisa berkenalan dengan anda. Anda cukup kritis dan tekun belajar FT dan memberikan alasan2 yang cukup bagus...tapi tidak berarti saya setuju semua lho....nanti tukar pikiran lagi ya...
KS..senang juga saya bisa bertemu dgn anda di sini. Trims atas pujiannya. Saya kembalikan semua pujian anda kepada Tuhan yang layak menerimanya. Saya dan anda berbeda...ini tak menjadi masalah ASAL kita berdua mau tunduk pada apa yang FT katakan. Inilah buktinya kita mengasihi Dia yaitu kita menuruti segala firmanNya.
Saya menunggu tulisan dan postingan anda yg lainnya.
Tuhan memberkati.
Iron sharpeneth iron
You have made us for Yourself O Lord and our heart is restless until it rests in You.
just focus in God 'n His words
aku udh pernah baca tulisan para pendahulu, bapa gereja, atau tokoh2 penting yang meletakkan beberap paham dan ajaran dalam kekristenan...... yang seharusnya membangun dan membentuk jemaat yang makin mencintai Tuhan dan makin hidup total bagi Tuhan .....dan anehnya.... sejauh pengamatan saya..... justru sangat disayangkan sering sekali justru tulisan mereka membuat perdebatan ... ( sah2 aja, menurutku ) tapi g sedikit jg jadi perpecahan.
aku percaya Kristus lewat pelayanan mahasiswa dan semakin bertumbuh dengan belajar firman Tuhan ( lebih banyak belajar sendiri ), dan sangat meyakini karya keselamatan, sangat berharap semaikn banyak orang yang percaya padaNYa, punya kerinduan untuk melayani Tuhan ( aku telah membina tidak sedikit remaja, mahasiswa dan orang tua dalam pengenalan akan Tuhan -- bukan untuk nyombongkan diri ) dan menyerahkan totalitas hidup pada Tuhan dst..... bahkan saat ini aku sangat yakin bahwa aku berada ditempatku berada sekarang dalam rangka menjalankan karyaNya dan Dia akan tetap menyertaiku jika aku taat.....dst.... semua ini terjadi dalam proses mengenal Tuhan lewat firmanNYa.... ALKITAB.
sejak dulu aku tidak terlalu pusing dengan paham kalvinis, armenian, injili, dll....... justru aku tau paham2 itu cukup lama setelah aku percaya pada Tuhan, aku tidak anti, karena aku juga membaca buku tentang itu. semua itu memperkaya pemahamanku..... tapi sejauh ini aku berpikir bahwa mereka adalah orang2 percaya ( sama seperti aku ) yang belajar dari ALKITAB dan yang menuliskan pemahaman mereka ( bukan pernyataan Allah ) tentang firman yang merekabaca, sehingga aku tidak harus memilih salah satu paham dan tidak harus menolak paham yang lain.
ajaran penting tapi.... kualitas hidup, totalitas hidup bagi Tuhan jauuuuhhhhhh lebiiiihhhhhhh penting dari semua paham dan ajaran yang sudah dan akan ada. jangan terlalu sibuk bahas paham dan teori.... hidup dalam Tuhan bukan soal teori.... bedakan hidup dalam Tuhan dengan sekolahan....
hidup dalam Tuhan..... dimulai dengan dan dalam anugerahNya, ada Roh Kudus yang akan membuka pemahaman akan hidup, ketaatan yang kemudian melahirkan pemahaman, penyerahan hidup yang diikuti dengan perkembangan teori.....itulah misteri Ilahi dalam Roh Kudus yang pasti diterima setiap orang percaya.
sekolahan..... mari perbanyak teorimu dengan demikian kamu akan makin pintar... dan kamu akan berhasil.
maka kalau orang bertanya aku penganut aliran mana???? maka aku adalah penganut aliran YESUS KRISTUS .... ingatlah bahwa sejak zaman kristen mula2pun ada perbedaan aliran.... ingat pengikut paulus dan apolos???? mereka ribut soal siapa yang benar.... tapi apa kata paulus? " Tuhan Yesuslah yang benar. Dan menurutku jika sekarang calvin dan armen masih hidup mereka akan mengatakan hal yang sama seperti Paulus.
maka buat saudara2 yang sedang membaca topik ini, saran saya..... marilah menemukan Tuhan dalam tiap titik waktu dan titik hidup yang kamu punya. marilah belajar dan berjuang dalam hidup yang patuh, tunduk dan taat pada Tuhan dengan belajar dari firmanNya dalam ALKITAB, lalu bacalah buku lain untuk memperkaya tapi tidak menentukan identitasmu.
dan janganlah pusingkan dirimu dengan paham yang ditulis oleh manusia, siapapun dia.... cukupkanlah dirimu dengan ALKITAB, apalagi kalau hal itu membuat penolakan satu sama lain.
marilah menyatukan hati dan langkah..... mengabarkan kasih karunia Tuhan.... sebab itulah yang baik, ingatlah amanat agung Kristus....pesan terakhir Kristus
"KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman"
salam
dan
selamat melayani
@charis : mau bertanya
Salam kenal, Charis
Saya sangat setuju dengan pandangan Anda ini,
... mereka adalah orang2 percaya ( sama seperti aku ) yang belajar dari ALKITAB dan yang menuliskan pemahaman mereka ( bukan pernyataan Allah ) tentang firman yang mereka baca,
Dengan cara pandang seperti ini, kita tidak perlu bersikap memusuhi orang-orang yang pemahamannya tak sama dengan kita, dan juga tidak perlu merasa paling tahu dan paling benar (karena sama-sama sedang belajar).
Tetapi saya tidak sepenuhnya mengerti dengan pernyataan ini
sehingga aku tidak harus memilih salah satu paham dan tidak harus menolak paham yang lain.
dan ini
marilah belajar dan berjuang dalam hidup yang patuh, tunduk dan taat pada Tuhan dengan belajar dari firmanNya dalam ALKITAB, lalu bacalah buku lain untuk memperkaya tapi tidak menentukan identitasmu.
Mempelajari rupa-rupa doktrin adalah juga untuk membantu kita memahami Firman Tuhan. Jika kita tidak bisa menetapkan apakah suatu pandangan / ajaran kita terima atau tidak, ada beberapa alasan yang menyebabkannya :
1. Kita tidak memahami isu yang dibahas, maka tak bisa menetapkan apakah kita sepaham atau berseberangan dengan pendapat orang lain
2. Kita tidak menganggap penting mengambil sikap (isu yang dibahas kita aggap bukan soal penting... EGP ;-)
3. Tidak ada yang harus dipilih, karena alternatif yang ditawarkan pada dasarnya sama-sama benar
Dengan mengabaikan alasan pertama, tinggallah dua alasan terakhir (plus alasan lain yang tak terpikirkan oleh saya). Nah, menurut Charis, bagaimanakah kita harus memandang berbagai perbedaan doktrin di kalangan Kristen ? Bukannya saya mendukung atau menentang pembahasan doktrin, tetapi hingga saat ini saya belum tahu sejauh mana isu-isu doktrinal harus dipahami seorang Kristen awam (yang bukan pengajar). Paham terlalu sedikit mengenai doktrin Kristen, menurut saya, bisa menjerumuskan kita ke dalam kesesatan. Belajar terlalu banyak doktrin, bagi kaum awam hanya akan membuang waktu yang berguna untuk pelayanan, PI dan menjalani hidup sesuai dengan apa yang sudah dipahami. Soalnya : manakah yang terlalu banyak dan terlalu sedikit, where do we draw the line ? Barangkali Charis bisa membantu saya. Thanks.
salam, anda berkata
salam,
anda berkata :
"Mempelajari rupa-rupa doktrin adalah juga untuk membantu kita memahami Firman Tuhan."
saya sangat setuju dengan itu.
permasalahan sering terjadi apabila orang berbuat sebaliknya...... "mempelajari firman Tuhan, ALKITAB untuk membantu memahami rupa-rupa doktrin"
saya sangat yakin, dengan membaca Alkitab secara teratur dan menyeluruh (merupakan satu kesatuan firman yang harus diterima dan mengimani kebenaran mutlak firman) akan membuat kita mengerti dan meyakini doktrin penting dalam kekristenan. Sehingga secara sadar atau tidak kita akan meyakini suatu paham tertentu yang kita yakini adalah pernyataan Allah kepada kita ( dengan pimpinan Roh Kudus tentunya ).
Hal semacam ini seharusnya tidak akan menyebabkan "pertengkaran" diantara orang kristen, dan tidak seharusnya menyebabkan fanatisme terhadap paham tertentu itu. Saya pikir, tiap paham pasti memiliki kelemahan masing-masing ( firman Allah yang maha sempurna berusaha dipahami oleh manusia yang maha terbatas dan tidak mungkin sempurna ), sehingga tidak seharusnya saling menyalahkan dan merasa diri paling benar..... seharusnya yang tidak sempurna itu harus saling melengkapi.
nah ....yang sering terjadi adalah..... orang baca Alkitab dengan tuntunan doktrin tertentu dan untuk mendukung doktrin tertentu itu, artinya hanya membaca ayat Alkitab yang dikutip dalam buku doktrin tertentu itu ( tidak lagi membaca Alkitab secara menyeluruh ) inilah yang akhirnya membuat muncul fanatisme tak perlu, yang berdampak negatif, sehingga orang kristen sibuk membahas dan saling menyalahkan sehingga mengabaikan pelayanan firman yang seharusnya.......
apalagi kalau doktrin ( mis: calvinis vs armenian) ini dibahas bersama orang awam yang mungkin masih "kristen baru" yang rohaninya belum dewasa, yang pemahamannya masih sangat terbatas...... bukankah ini menjadi bumerang bagi orang kristen sendiri???..... perpecahan, tidak lagi bisa duduk bersama untuk melayani Tuhan, seolah-olah Tuhan yang kita layani berbeda......
saya tidak menolak membahas ini, tapi saya pikir jangan terlalu dibahas.... akan berdampak negatif bagi orang kristen sendiri, karena pada kenyataannya malah lebih banyak perdebatan dan pertengkaran tanpa dasar yang kuat.... daripada kerinduan yang semakin dalam untuk mengenal dan melayani Tuhan........ sangat disayangkan bukan????
Sejauh ini saya melayani orang-orang yang memiliki paham yang berbeda ( ada yang calvinis dan sebagian armenian ) tidak sedikit yang berbeda dengan saya ( saya sangat meyakini bahwa keselamatan tidak mungkin hilang ), saya hanya memberi dasar keyakinan saya, dan kalau dia belum bisa terima...... saya sangat meyakini bahwa Tuhan akan menyatakan kebenaran pada akhirnya...... Roh Kudus berkuasa untuk menjadikan orang mengerti firman labih dari kemampuan saya untuk menjelaskan bahkan memperdebatkannya. Sehingga perbedaan itu tidak perlu menjadi perbedaan yang menggangu pelayanan kami.
mudah2an bygrace bisa mengerti penjelasan panjang lebar ini
God bless...........
@Charis
Hi..Salam kenal.
Charis : maka kalau orang bertanya aku penganut aliran mana???? maka aku adalah penganut aliran YESUS KRISTUS .... ingatlah bahwa sejak zaman kristen mula2pun ada perbedaan aliran.... ingat pengikut paulus dan apolos???? mereka ribut soal siapa yang benar.... tapi apa kata paulus? " Tuhan Yesuslah yang benar. Dan menurutku jika sekarang calvin dan armen masih hidup mereka akan mengatakan hal yang sama seperti Paulus.
Koq sama spt yg dikritik oleh Paulus ya?
I Korintus.1:12 Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari GOLONGAN KRISTUS.
1:13 Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?
Apa ayat diatas bertentangan dengan sikap Kristus yg suka menggolong2kan manusia menjadi dua : domba - kambing, gandum - ilalang, sebelah kanan - sebelah kiri, gadis yang bijaksana - gadis yang bodoh, dll?? tidaklah.
Yg jelas ini berbeda lho dgn klaim manusia spt yg Paulus kritik!
Charis : dan janganlah pusingkan dirimu dengan paham yang ditulis oleh manusia, siapapun dia.... cukupkanlah dirimu dengan ALKITAB, apalagi kalau hal itu membuat penolakan satu sama lain.
Menurut anda, apa kata Alkitab mengenai 'kedaulatan Allah dan kebebasan manusia'? Bisa anda paparkan disini? Thanks.
Iron sharpeneth iron
You have made us for Yourself O Lord and our heart is restless until it rests in You.
salam, Kristus berhak
salam,
Kristus berhak menggolongkan manusia karena Dia Tuhan yang mengetahui segala sesuatu dan yang berkuasa atas segala sesuatu dan yang memang adalah Hakim Agung yang akan memisahkan dua golongan manusia
tapi kita..... bukanlah orang yang berhak menggolong-golongkan karena kita bukan Tuhan ( sedikit, saya sudah jelaskan dalam balasan saya terhadap komentar bygrace diatas )
soal "Kedaulatan Allah dan kebebasan manusia",
Tuhan Yesus memberkati
@Charis.
Charis : Kristus berhak menggolongkan manusia karena Dia Tuhan yang mengetahui segala sesuatu dan yang berkuasa atas segala sesuatu dan yang memang adalah Hakim Agung yang akan memisahkan dua golongan manusia
tapi kita..... bukanlah orang yang berhak menggolong-golongkan karena kita bukan Tuhan ( sedikit, saya sudah jelaskan dalam balasan saya terhadap komentar bygrace diatas )
Charis : maka kalau orang bertanya aku penganut aliran mana???? maka aku adalah penganut aliran YESUS KRISTUS .... ingatlah bahwa sejak zaman kristen mula2pun ada perbedaan aliran.... ingat pengikut paulus dan apolos???? mereka ribut soal siapa yang benar.... tapi apa kata paulus? " Tuhan Yesuslah yang benar. Dan menurutku jika sekarang calvin dan armen masih hidup mereka akan mengatakan hal yang sama seperti Paulus.
Sdr.Charis, untuk membedakan antara tangan kanan dan tangan kiri saja anda belum mampu, bagaimana anda bisa menjadi hakim saya? Hanya Tuhan saja yang berhak menggolongkan dan menghakimi saya krn Ia mengetahui dan berkuasa atas segala sesuatu.
Charis : soal "Kedaulatan Allah dan kebebasan manusia",
Bisa diberikan dasar ayatnya? Pandangan ini anda dapat darimana? belajar sendiri atau dari pemahaman Alkitab di gereja? kalau belajar sendiri, bagaimana anda bisa sampai pada kesimpulan itu, bisa diceritakan (in short) ?
Kalaulah pandangan anda ini dibandingkan dgn Calvinisme dan Armenianisme, manakan dari kedua paham ini lebih mendekati (sama) dgn pandangan anda? Oops..apakah jawaban anda ini nantinya bakal menjadi golongan tertentu?
Charis : anda berkata :
"Mempelajari rupa-rupa doktrin adalah juga untuk membantu kita memahami Firman Tuhan."
saya sangat setuju dengan itu.
permasalahan sering terjadi apabila orang berbuat sebaliknya...... "mempelajari firman Tuhan, ALKITAB untuk membantu memahami rupa-rupa doktrin"
Sdr.Charis, apa yang anda mengerti ttg kata 'doktrin'? Apa perbedaan antara dua kalimat yg anda tulis diatas menanggapi postingan Sdr.Grace?
Kalau memang doktrin itu buatan manusia (bukan berasal dari Allah), trus kenapa memakai standar doktrin untuk memahami FT? Bukankah ini starting point yg salah?
Charis : permasalahan sering terjadi apabila orang berbuat sebaliknya...... "mempelajari firman Tuhan, ALKITAB untuk membantu memahami rupa-rupa doktrin"
saya sangat yakin, dengan membaca Alkitab secara teratur dan menyeluruh (merupakan satu kesatuan firman yang harus diterima dan mengimani kebenaran mutlak firman) akan membuat kita mengerti dan meyakini doktrin penting dalam kekristenan. Sehingga secara sadar atau tidak kita akan meyakini suatu paham tertentu yang kita yakini adalah pernyataan Allah kepada kita ( dengan pimpinan Roh Kudus tentunya ).
Sdr.Charis, bisa dijelaskan kalimat anda diatas yg saya beri warna merah dgn warna biru with bold and underline?
Charis : Hal semacam ini seharusnya tidak akan menyebabkan "pertengkaran" diantara orang kristen, dan tidak seharusnya menyebabkan fanatisme terhadap paham tertentu itu. Saya pikir, tiap paham pasti memiliki kelemahan masing-masing ( firman Allah yang maha sempurna berusaha dipahami oleh manusia yang maha terbatas dan tidak mungkin sempurna ), sehingga tidak seharusnya saling menyalahkan dan merasa diri paling benar..... seharusnya yang tidak sempurna itu harus saling melengkapi.
Anda telah menyampaikan pengertian mengenai 'kehendak Allah dan kebebasan manusia' diatas. Apakah itu pengajaran Alkitab ataukah paham tertentu yg memang cocok/pas dgn Alkitab? Kalau suatu paham pas/cocok dgn Alkitab, salahkan jika kita fanatik thdpnya?
Charis : nah ....yang sering terjadi adalah..... orang baca Alkitab dengan tuntunan doktrin tertentu dan untuk mendukung doktrin tertentu itu, artinya hanya membaca ayat Alkitab yang dikutip dalam buku doktrin tertentu itu ( tidak lagi membaca Alkitab secara menyeluruh ) inilah yang akhirnya membuat muncul fanatisme tak perlu, yang berdampak negatif, sehingga orang kristen sibuk membahas dan saling menyalahkan sehingga mengabaikan pelayanan firman yang seharusnya.......
"Mempelajari rupa-rupa doktrin adalah juga untuk membantu kita memahami Firman Tuhan."
saya sangat setuju dengan itu.
Saya sungguh tidak mengerti kedua kalimat anda diatas ini (bandingkan warna merah dgn warna biru). Bisa dijelaskan kepada saya? Thanks.
Charis : apalagi kalau doktrin ( mis: calvinis vs armenian) ini dibahas bersama orang awam yang mungkin masih "kristen baru" yang rohaninya belum dewasa, yang pemahamannya masih sangat terbatas...... bukankah ini menjadi bumerang bagi orang kristen sendiri???..... perpecahan, tidak lagi bisa duduk bersama untuk melayani Tuhan, seolah-olah Tuhan yang kita layani berbeda......
Di SS ini ada banyak orang kristen dgn berbagai macam tingkatan. Ada juga orang non kristen. Ada banyak juga disini orang non kristen yg memakai KTP kristen dan mengaku bhw mereka kristen. Kalau memang ada orang Kristen awam (orang Kristen baru) yang membaca blog saya ini dan mereka tidak mengerti, mereka pasti PASTI AKAN mencari pengertian ttg hal ini. Hanya orang percaya saja yang mau bertumbuh menjadi dewasa. FT hanya akan menjadi sandungan bagi mereka yang bukan Kristen (sejati).
Charis : saya tidak menolak membahas ini, tapi saya pikir jangan terlalu dibahas.... akan berdampak negatif bagi orang kristen sendiri, karena pada kenyataannya malah lebih banyak perdebatan dan pertengkaran tanpa dasar yang kuat.... daripada kerinduan yang semakin dalam untuk mengenal dan melayani Tuhan........ sangat disayangkan bukan????
FT menyatakan doktrin ini dgn gamblang. Kalau anda membaca blog saya ini (kecuali anda blum membacanya..ga tau dech!) ada puluhan ayat Alkitab yang bertebaran menyatakan kebenaran tsb. Kalau FT menyatakannya, maka saya tidak berani untuk menyembunyikannya,kecuali saya ingin memberangus kebenaran. FT menyatakan kebenaran ini berarti itu sesuatu yang berarti dan berguna bagi gereja Tuhan, kecuali anda mengatakan bhw Tuhan telah memberikan sesuatu yang negatif didalam firmanNya kepada gereja.
FT hanya akan menjadi sandungan bagi mereka yang bukan Kristen (sejati). FT akan berdampak negatif bagi mereka yang menolaknya. FT selalu mempertumbuhkan orang Kristen ke arah positif.
Kalau anda punya kerinduan yang mendalam untuk MENGENAL dan MELAYANI Tuhan, belajarlah Alkitab tanpa memilahnya sesuai dgn kesukaanmu dan layanilah Dia tanpa memfilter kehendakNya dgn keinginanmu. Kiranya anda melayani Dia bukan diri sendiri.
Charis : Sejauh ini saya melayani orang-orang yang memiliki paham yang berbeda ( ada yang calvinis dan sebagian armenian ) tidak sedikit yang berbeda dengan saya ( saya sangat meyakini bahwa keselamatan tidak mungkin hilang ), saya hanya memberi dasar keyakinan saya, dan kalau dia belum bisa terima...... saya sangat meyakini bahwa Tuhan akan menyatakan kebenaran pada akhirnya...... Roh Kudus berkuasa untuk menjadikan orang mengerti firman labih dari kemampuan saya untuk menjelaskan bahkan memperdebatkannya. Sehingga perbedaan itu tidak perlu menjadi perbedaan yang menggangu pelayanan kami.
Saya akan berusaha mengabarkan Injil Kristus kepada setiap orang dgn penuh keyakinan thdpnya. Penolakan PASTI akan terjadi,tetapi ini tidak memadamkan semangat untuk terus meyakinkan seseorang ttg kebenaran Injil. Kalau sampai batas tertentu dimana orang tsb sudah menutup diri, baru saya berhenti meyakinkan dia.
Thanks.
Iron sharpeneth iron
You have made us for Yourself O Lord and our heart is restless until it rests in You.
@ptong dari sby
@ptong
Salam kenal nih, orang surabaya ya ?
hai-hai : p tong bukan orang jahat. Dia hanya orang Krisen yang ingin ikut ambil bagian menyelesaikan berbagai masalah di antara orang Kristen.
alvazez : wah ternyata ptong ini baik ya, semoga anda dan keluarga diberkati Tuhan selalu
sekian dulu dan terima kasih untuk kebaikan dan pelayanan anda
GBU
KEHENDAK BEBAS !! [mimpi kalee yee!!]
Salam untuk semua, salam damai dari SORGA
Lama juga, ngak posting! maklum banyak proyek di alam kekekalan...
He...he....pasti ada yang Sewot...!
Koment saya untuk topik ini:
KEHENDAK bebas manusia hanyalah upaya semata-mata oleh segelintir manusia yang berusaha memberikan pandangan terhadap alam kekekalan dalam pandan Filsafat dan bersikap HUMANIS..
Ketika manusia berhadapan dengan Sang-Pencipta, Kehendak Bebas yang dimiliki manusia hanyalah enak didengar dan dilihat jika berada dalam acara Reality Show atau Opra Sabun...
Cerita KEHENDAK BEBAS manusia yang mau berhadapan dengan KEDAULATAN ALLAH, sama halnya sekenario dalam Acara "Mimpi Kali Yee" atau "Opra Van Java"
Berikut beberapa alasan saya:
manusia bisa saja ber-KOAR-KOAR memiliki "kehendak bebas" namun kenyataan manusia tidak dapat menfaatkan/menggunakan KEHENDAK BEBAS itu ketika berhadapan dengan ALLAH..
Statement saya PRIBADI, bahwa MEMANG BENAR Manusia Hanyalah "seperti" Robot ketika berhadapan dengan ALLAH, Tanpa DAYA !!
Ayat-ayat berikut pengangan saya:
1. Tanpa bisa Melawan Manusia akan DIPAKSA datang pada Allah:
Yohanes 6:44 Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.
2. Manusia tidak punya HAK untuk memilih keselamatan sebab TUHAN sendiri mengatakan:
Yohanes 15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.
Kalau Allah menghendaki saya dan anda menjadi ROBOT-NYA, Kenapa Tidak?
Roma 9:14
Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil!
Jesus Bless !
Jesus Bless !
Voice from Heaven, robot Allah dan robocop.
Hahaha...melihat gaya salam anda saya jadi ingat hadesmen...hahaha...keduanya sama-sama dari kekekalan namun berbeda tempat...tapi melihat avatar anda saya jadi ingat SSer yang lain ...(saya lupa namanya).
Walaupun anda sudah lama di sini tapi kalau tidak salah baru pertama kali ini saya menyapa anda. Tapi tak apalah, daripada tdk sama sekali...iya khan?
Salam balik dari saya. Salam dari bumi!
Jadi robotnya Allah memang lebih enak daripada jadi robocop, bisa nangkep anak-anak iblis yang banyak bergentayangan di SS ini, yang telah memfitnah leluhur kita (Adam) sebagai iblis dan menghujat Allah dengan mencoreng Alkitab seenak edele dewe. Kalau robocop mah bisanya cuma tembak2an sama penjahat...ga seru ah!
Hahaha...
Bless.
You have made us for Yourself O Lord and our heart is restless until it rests in You.
You have made us for Yourself O Lord and our heart is restless until it rests in You.
Program Robot Allah (Dari Kekekalan !!)
Thx, untuk sapaannya...Hadesman adalah tetangga saya...
Bener Bro..Jadi Robot Allah itu enak, ngak ada tandingannya, apalagi jika dibandingkan dengan RoboCop atau Terminator...He..he.hhee
But...
Ketika kita diserang dengan Virus Allah, yang dampaknya akan merusak KEHENDAK BEBAS kita, sehingga kita menjadi Enjoy telah terprogram kembali meskipun dalam bentuk "Robot Allah" Ngak masalah tetap juga setelah waktu kerja kita selesai kita akan kembali kepabrik Kekekalan yaitu Sorga!!
Dan sebagai BUKTI berikut kesaksian dari salah satu Robot Allah, yang telah kembali kepabrik Allah (Sorga)
Inilah Statementnya ketika baru selesai Di PROGRAM ULANG:
Galatia 2:20 namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
Eeeuunnnnakkk toh jadi ROBOT ALLAH !!
Jesus Bless !
Jesus Bless !