Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Sabda Space sebagai Media Pembelajaran dan Komunikasi Murid Kristus

guestx's picture



Jika ditanyakan pada orang Kristen yang menginjili orang non-Kristen atau orang Kristen nominal mengapa mereka melakukan hal tersebut, jawaban yang paling sering kita dapatkan adalah agar orang yang diinjili "tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Sebagai orang Kristen, saya setuju itulah tujuan penginjilan.

Tapi, belakangan ini saya kembali merenungkan: Benarkah orang-orang yang mendengar Injil dan menanggapinya dengan "mengaku dengan mulut mereka, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hati mereka, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati" akan diselamatkan?

Sebagai orang Kristen, saya tahu apa yang dituliskan dalam Alkitab tentang bagaimana orang berdosa diselamatkan dari hukuman kekal.

Akan tetapi, saya mulai mempertanyakan pengetahuan bahasa saya. Apakah arti mengaku? Apakah arti mengakui Yesus adalah Tuhan? Apakah arti percaya? Apakah arti diselamatkan?

Terlepas seseorang menjadi pengikut Kristus karena diinjili oleh seseorang atau karena "ditangkap" oleh Tuhan Yesus langsung melalui penglihatan dan mimpi, seberapa pentingkah seseorang menjadi Kristen?

Keselamatan kekal adalah hal yang akan kita lihat setelah bumi baru diturunkan Tuhan. Tapi, benarkah orang-orang yang menjadi Kristen berbeda dengan orang bukan Kristen hanya di kekekalan nanti? Apakah orang Kristen tidak berbeda dengan orang bukan Kristen di dunia fana ini?

Alkitab sebenarnya mengingatkan orang Kristen agar "jangan menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubah oleh pembaharuan budi mereka, sehingga mereka dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." Namun, dalam kenyataannya, sulit menemukan orang-orang Kristen yang berbeda dengan dunia.

Dunia yang terhubung dengan internet telah membukakan mata tentang perilaku orang-orang Kristen yang menyebut diri sebagai pemimpin jemaat, pengajar, apologet, penyembuh. Tak habis-habisnya berita tentang pendeta gereja besar (mega church) yang tersandung (atau menikmati sebelum akhirnya ketahuan) kasus-kasus perzinahan atau menjalani gaya hidup hedonis. Padahal, Alkitab sangat jelas mengajarkan bahwa "percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara orang percaya, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus."

Tak kurang pula kanal-kanal apologet, para penyembuh ilahi (faith healer) dan para penubuat Kristen yang sibuk berkelahi dengan sesama Kristen, saling tuding "sesat", "anti Kristus", "tidak punya Roh Kudus" dengan menggunakan kata-kata olok-olok yang memualkan atau kata-kata kasar. Alih-alih menyadari bahwa  "pengetahuan mereka tidak lengkap dan nubuat mereka tidak sempurna", masing-masing maju terus pantang mundur dengan memaksakan kebenaran doktrin dan penglihatan masing-masing.

Sungguh menyedihkan. Seandainya saja ada cara bagi para orang-orang yang mengaku Kristen untuk "saling menasihati seorang akan yang lain setiap hari, agar jangan ada yang jatuh ke dalam tipu daya dosa" tanpa harus "saling menggigit dan menelan, apalagi saling membinasakan." Saya sungguh berharap media seperti Sabdaspace ini bisa memfasilitasi hal tersebut. Ini tentu membutuhkan pengelola situs yang aktif dan cukup lentur menanggapi dinamika yang terjadi di antara orang Kristen.

Setelah di masa sebelumnya Sabda Space sangat "liberal" membiarkan pertarungan "berdarah-darah" di antara orang Kristen demi mempertahankan aliran, sekarang ini Sabda Space sangat "konservatif" dan terkendali. Semua terasa adem - begitu ademnya, hingga situs ini terasa sepi hanya diisi para blogger yang tertidur. Padahal, kenyataannya orang-orang Kristen sedang "kepanasan" dengan pergolakan yang terjadi di internal dan serangan-serangan yang berasal dari iman yang berbeda atau dari pihak yang tak beriman kepada siapa-siapa. Sayangnya, kebanyakan orang Kristen menghadapi situasi "panas" tersebut dengan cara yang meneruskan kesalahan orang-orang Kristen sebelumnya. Sepertinya, orang-orang Kristen tak sempat atau tak mampu belajar untuk memperbaiki situasi yang sudah memburuk. Orang Kristen sudah menjadi garam yang telah kehilangan rasa asinnya.

Perilaku banyak orang Kristen yang terekspos di media sungguh jauh dari apa yang dituliskan di dalam Alkitab mengenai perilaku yang diharapkan dari murid-murid Kristus. Jika buah penginjilan hanyalah manusia-manusia yang merasa "memiliki tiket ke surga" tetapi perilaku dan kasihnya tidak berbeda dengan "orang-orang dunia", apakah itu karena orang menganggap menjadi Kristen itu cukup dengan "percaya dan mengaku" tanpa bersedia menjadi murid? Maukah pengelola Sabda Space mereposisi perannya dalam penginjilan dan dalam menjadikan "semua bangsa muridNya"?



guestx
02.02.202

Photo by Joao Rabelo from Pexels

__________________

------- XXX -------