Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

The REAL FREEDOM

Onekhesi Zega's picture

It is for freedom that Christ has set us free. Gal 5:1 (NIV) Are you real free?

Kita sangat bersyukur kepada Tuhan, sebab 64 tahun yang lalu, bangsa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya. Meskipun berbagai tantangan harus dihadapi: sebab serangan dari luar masih terus dilancarkan hingga tahun 1949, dan serangan yang lebih memilkukan dari dalam ketika munculnya Gerakan 30 September, tetapi bangsa Indonesia tetap MERDEKA! Keadaan yang sama, masih terus terjadi sampai sekarang ini: tantangan, hambatan, dan gangguan terus ada, seolah-olah KEMERDEKAAN YANG TELAH DIPEROLEH oleh bangsa kita MASIH TERUS DIUJI, sehingga para penguji (penantang, penghambat, dan pengganggu) tersebut ingin MEMBUKTIKANNYA. Tetapi akhir-akhir ini, serangan yang paling menantang, menghambat, dan mengganggu adalah dari dalam negeri kita sendiri. Lebih dari 10 tahun, teror bom terus menerus menyesakkan hati rakyat dan bangsa kita. Pada awalnya, pemerintah kita enggan menyatakan bahwa sesungguhnya ada musuh dalam selimut, enggan mengumumkan bahwa wilayah bangsa Indonesia menjadi sarang yang nyaman bagi para teroris. Sekarang ini, semakin nyata bagaimana serangan itu telah dipersiapkan sedemikian matangnya, sehingga para pemimpin bangsa ini harus mengakui bahwa mereka kewalahan.
 
Apa yang menjadi pelajaran bagi kita? Bangsa kita ini terkotak-kotak, dan masih bisa diadu domba karena kekurangan pendidikan. Sebenarnya, kita belum terlambat untuk benar-benar menikmati kemerdekaan ini, tetapi persoalannya adalah bangsa kita mempunyai kebiasaan lamban dan menganggap enteng hal-hal yang kecil, serta tidak suka belajar (baik dari pengalaman dahulu, maupun dengan kemajuan pengetahuan dewasa ini). Kita selalu terlambat satu langkah. Selagi masih dijajah, rakyat Indonesia katanya dibodoh-bodohi, tetapi setelah merdeka, nampaknya yang ada adalah saling membodohi. 
 
Sebagai awasan bagi orang percaya adalah agar kita waspada dengan berbagai ajaran yang menyusup di mana-mana. Sekarang ini, banyak orang yang sedang berlomba-lomba membawa ajaran dengan metode "link" antar gereja. Cara ini sangat berhasil, sebab jemaat-jemaat tidak diajar dengan teratur. Sebagai contoh, rata-rata gereja-gereja yang ada di Medan tidak memiliki kurikulum yang jelas dalam jemaat. Para pendeta berkhotbah apa adanya, dan jika khotbah mereka mulai kering, mereka mengundang para pengkhotbah luar, yang jelas-jelas para pengkhotbah tamu itu tidak tahu-menahu persoalan jemaat setempat. Para pemimpin menjadi frustasi dan jemaat tetap kering. Bangsa kita kecolongan karena tidak diawasi pendidikan anak-anak bangsanya. Demikian juga gereja-gereja di Indonesiapun telah kecolongan karena, banyak para gembala yang tidak mengasihi umat yang digembalakannya karena tidak memberi mereka makanan yang lengkap. Bukankah sejak awal Yesus telah menantang Petrus dalam Yoh 21: "Apakah engkau mengasihi aku?" 
 
Para orang tua sering melarang anak-anak mereka ketika masih kecil dengan berkata: "Awas, jangan bermain api!" Api, meskipun ia kecil, tetapi jika media yang disekitarnya mudah terbakar, maka api yang kecil bisa menjadi malapetaka yang dahsyat. Penyusupan orang-orang luar ke dalam wilayah Indonesia untuk meledakkan berbagai tempat, sangatlah mudah sebab api yang mereka bawa didukung oleh sebagian anak-anak bangsa ini yang merupakan media yang mudah terbakar (terprovokator). Jadi, jika anda menyalakan lilin dalam rumah, maka singkirkan barang-barang di sekitarnya yang mudah terbakar, sebab jika tidak, maka api lilin bisa membinasakan seisi rumah. Demikian pula, harus diamankan anak-anak bangsa ini yang mudah termakan isu sehingga menghancurkan dirinya sendiri, dengan memberi mereka pendidikan yang membangun, bukan yang menghancurkan.
 
Memang kemerdekaan yang sejati hanya ada di dalam Kristus. Sebab orang-orang yang masih hidup di bawah penghambaan dosa, sesungguhnya bukanlah orang yang merdeka. Dan inilah mnaksud kedatangan Yesus untuk memberi kita kemerdekaan yang sejati:
"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku,
1.       untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 
2.      untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan
3.      penglihatan bagi orang-orang buta,
4.      untuk membebaskan orang-orang yang tertindas,
5.      untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Lukas 4:18-19)
 
Oleh sebab itu, kemerdekaan yang sejati ditandai dengan:
1.       Adanya kesukaan kepada orang-orang miskin, yang hidup tanpa tempat tinggal, anak-anak yatim.
2.      Adanya kebebasan bagi orang-orang yang ditawan, dipenjara, disandera, atau dijadikan budak.
3.      Adanya kecerahan bagi orang-orang yang buta, tidak tahu apa-apa, bodoh
4.      Adanya kebabasan bagi kaum minoritas dan terabaikan
5.      Adanya kebebasan dalam pemberitaan (terutama pemberitaan Injil).
 
Oh, kiranya bangsa ini sungguh-sungguh merdeka. Merdeka! Merdeka! Merdeka!