Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Pesan Yesus Agar Kita menjadi Orang yang Cerdik
Apakah kita harus melawan ajaran-ajaran yang sesat? Harus, dong!
Apakah para penyesat itu tidak boleh dibiarkan saja dengan leluasa menyebarkan ajaran-ajaran mereka yang menyesatkan itu? So pasti kita tidak boleh membiarkannya saja!
Apakah cuma “saya” dan “teman-teman saya” saja yang sedang melawan para penyesat dan ajaran-ajaran mereka yang sesat itu? Mbok ya, jangan kege-eran gitulah!
Itu sekedar buat pendahuluan yang seger aja.
Pesan Khusus dari Yesus
Di dalam Matius 10:16 Yesus memberikan pesan yang sangat khusus kepada kita (para pengikut-Nya). Pesan itu berbunyi begini:
Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala,
sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
Tekanan dari pesan yang diberikan oleh Yesus ini terdapat pada kata CERDIK (atau “cerdik seperti ular”). Sedangkan, kata TULUS (atau “tulus seperti merpati”) adalah sebagai penyeimbangnya saja, untuk kata CERDIK itu. Maksudnya, supaya CERDIK yang dimaksudkan itu tidak berubah menjadi “licik”, maka CERDIK itu harus disertai dengan TULUS. Tetapi, hal itu tidak mengubah bahwa fokus dari pesan Yesus ini adalah pada kata CERDIK tersebut.
Mengapa Kita Harus Cerdik?
Alasan untuk menjadi cerdik itu adalah sangat jelas, yaitu karena kita diutus “seperti domba ke tengah-tengah serigala”. Sungguh itu adalah sebuah gambaran keadaan yang sangat tidak berimbang: domba versus serigala. Domba tentunya sangat berbeda dengan kambing bandot. Kambing bandot itu memiliki tanduk, sedangkan domba tidak. Domba adalah binatang yang tergolong sangat lemah, sebab tidak memiliki senjata untuk bisa melawan musuh atau penyerangnya.
Sekali pun gambaran itu sepertinya tidak adil, tetapi memang begitulah yang dikatakan oleh Yesus, karena memang begitu jugalah faktanya di dalam kehidupan kita. Kita memang tidak memiliki “senjata” seperti yang dimiliki oleh lawan-lawan kita, karena itu kita harus CERDIK. Kalau KECERDIKAN bisa dianggap sebagai “senjata”, maka itulah yang menjadi “senjata” kita satu-satunya. Karena itu, haruslah kita menyiapkannya atau memperlengkapi diri kita dengannya.
Bisakah Anda bayangkan, apa yang akan terjadi kalau kita tidak CERDIK atau gagal untuk menjadi CERDIK, sementara lawan-lawan kita menghadang kita dengan senjata yang lengkap? Sudah pastilah, yang akan terjadi ialah: kita akan menjadi “mangsa yang empuk” bagi lawan-lawan kita itu atau menjadi “sarapan pagi yang enak” atau pun “santapan malam yang lezat” bagi mereka.
Karena itu, Jadilah Cerdik!
Peperangan yang kita hadapi di dalam hidup kita pada masa kini kebanyakannya adalah pada sisi yang bersifat “halus”, yang lebih menggunakan intelektual, yaitu KECERDASAN atau KECERDIKAN. Jadi, bukanlah pada sisi yang bersifat “kasar”, yang lebih menggunakan “otot” dan “emosi”. Karena itu, kalau kita mau menjadi orang yang berhasil dalam “peperangan” pada masa kini, tidak ada pilihan lain lagi, kita harus menjadi orang yang CERDIK. Seperti apakah orang yang CERDIK itu? Mari kita memeriksa mengenai hal itu.
Salah catu ciri yang paling mendasar (dan yang akan menjadi fokus pembahasan kita di sini) dari orang CERDIK ialah: dia tahu apakah dia harus MAJU atau BERTAHAN ataukah MUNDUR dalam suatu waktu yang tertentu. Hanya orang bodoh yang tahunya cuma MAJU saja, walau apa pun yang ada di depannya. Sekilas hal yang seperti itu terkesan seperti suatu demonstrasi keberanian dari orang-orang yang melakukaknnya. Mereka itu terlihat sebagai orang-orang yang berani menempuh resiko apa pun, demi membela/mempertahankan apa yang mereka percayai. Tetapi, keberanian tanpa akal budi yang seperti itu hanya patut disebut sebagai kebodohan atau, bahkan, kegilaan!
Penerapannya di SS: Sekalipun Anda sangat yakin bahwa tulisan tertentu itu sesat atau orang tertentu adalah penyesat, tetapi Anda harus ukur kemampuan Anda sendiri sekarang ini terlebih dulu: apakah Anda benar-benar memiliki kemampuan untuk maju “melawan” tulisan atau orang tersebut? Kalau tidak atau Anda masih belum yakin, sebaiknya Anda urungkan saja niat Anda itu dulu. Dengan berbuat demikian bukan berarti Anda “kalah”. Anda hanya mundur untuk beberapa waktu dulu, agar Anda bisa memperlengkapi diri lagi dan menyusun kekuatan, untuk bisa melakukan “perlawanan” (dengan pantas) pada kesempatan yang lain. Berbuat yang seperti ini adalah hikmat. Melakukan hal yang demikian itu adalah CERDIK. Tetapi, melakukan yang sebaliknya adalah kebodohan. Melakukan yang lain dari itu adalah kekonyolan. Sekali lagi, sama sekali itu bukan keberanian, tetapi hanyalah kebodohan atau, bahkan, kegilaan!
Kita memiliki tujuan yang hendak kita capai, yaitu: memenangkan peperangan atas ajaran sesat atau para penyesat. Jadi, kita bukan hanya mau menyerang ajaran sesat dan penyesat itu kapan saja dan di mana saja. Itu namanya membabi buta. Tetapi, sekali lagi, tujuan kita adalah untuk memenangkan peperangan, karena itulah kita tidak boleh hanya dengan sembarangan saja menyerang atau melakukan serangan secara membabi buta. Sebab, dengan berbuat demikian, dari pada mendapat kemenangan, kita malahan bisa-bisa jadi dipermalukan atau menjadi bahan olok-olokan. Ingatlah, ketika orang banyak dengan bersemangat datang kepada Yesus untuk menjadi pengikut-Nya, Dia justru “mempersulit” mereka itu dengan memberikan persyaratan-persyaratan yang berat untuk mereka penuhi (Luk 14:25-27). Lebih lanjut, kepada orang banyak yang sudah sedemikian bersemangat untuk “berperang” bersama dengan-Nya itu Dia justru mengharapkan mereka untuk: “duduk dahulu…” (Luk 14:28-33). Intinya ialah, Yesus mau supaya kita tidak hanya sekedar bermodalkan semangat dan kemauan yang besar saja, tetapi harus melengkapi diri kita dengan cukup dulu, sebelum kita masuk ke dalam “peperangan” bagi Dia. Atau, kalau tidak demikian, kita justru akan mempermalukan Dia saja nantinya!
Orang yang CERDIK itu tidak pernah merendahkan lawan-lawannya. Sikap dan perbuatan yang cenderung merendahkan lawan adalah sikap dan perbuatan orang yang bodoh. Itu adalah kegegabahan yang sangat berbahaya.
Ingatlah bahwa perdebatan yang Anda lakukan di SS ini disaksikan oleh banyak sekali orang, yang bertindak sebagai “juri tak resmi” dari “pertandingan” ini. Dengan keyakinan diri yang terlalu berlebihan, Anda mungkin saja akan merasa atau meyakini bahwa Anda sudah memenangkan perdebatan dalam suatu kesempatan. Tetapi, seyakin apa pun Anda akan “kemenangan” Anda itu, para “juri” itu tadilah yang akan menentukan siapa sesungguhnya pemenangnya, bukan Anda! Anda boleh suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, menganggap hal itu adil atau tidak adil, itu semua tidak akan merubah kenyataannya. Kenyataannya ialah: orang banyak itulah yang menjadi “juri”-nya.
Dan, sesungguhnyalah memohon, memelas, membujuk/merayu, atau mengecam dan mengancam para “juri” itu tidak akan mendatangkan hasil yang menguntungkan bagi Anda. Maaf, “juri” yang seperti ini tidak bisa Anda suap atau pengaruhi dengan cara-cara yang seperti itu. Mereka itu hanya akan bisa Anda pengaruhi justru dengan menunjukkan pengetahuan atau penguasaan Anda di dalam pokok yang sedang diperdebatkan. Dan, yang tidak kalah pentingnya, sikap Anda yang penuh simpati kepada semua orang, itu akan menarik simpati dari mereka kepada diri Anda. The golden rule harus menjadi andalan Anda di sini.
Ingat juga bahwa pada umumnya para “juri” itu tadi adalah juga merupakan “massa mengambang”, yaitu orang-orang yang belum memutuskan untuk memihak kepada siapa. Karena itu, bobot pengetahuan/pemahaman Anda, sikap Anda yang santun dan positif, dan cara-cara berdebat Anda yang elegan dan terampil, semuanya itu akan sangat besar sekali pengaruhnya untuk membuat mereka menaruh simpati kepada Anda dan pendapat-pendapat Anda dan mereka pun akan menjatuhkan pilihannya untuk berpihak kepada pihak Anda. Tetapi, yang sebaliknya juga akan terjadi. Jika terlihat oleh mereka bahwa pengetahuan/pemahaman sama sekali tidak berbobot, sikap Anda sangat negatif dan tidak santun, dan cara-cara berdebat Anda yang asalan/kampungan dan kekanak-kanakan, maka mereka justru akan berbalik simpatinya kepada pihak lawan Anda. Dan, yang lebih buruknya lagi, orang-orang yang selama ini sebenarnya sudah memiliki ketertarikan pada pandangan-pandangan seperti yang Anda anut, setelah menyaksikan perdebatan yang Anda lakukan itu, justru kini mereka mulai tertarik dengan pandangan-pandangan yang dimiliki oleh pihak lawan Anda itu. Jadi, dampak buruk dari perdebatan Anda itu bukan hanya tertimpakan pada citra diri Anda saja (yang menjadi buruk di mata orang banyak), tetapi juga berakibat buruk bagi orang banyak, khususnya yang selama ini sudah mulai tertarik dengan pandangan-pandangan dari “kubu” Anda itu.
Karena itu, sebelum Anda memutuskan untuk terjun ke dalam perdebatan, jadilah seperti orang CERDIK, jangan menjadi seperti orang bodoh. Hitunglah dulu anggarannya: apakah Anda benar-benar mampu melakukannya. Kalau memang belum mampu atau Anda masih belum yakin bahwa Anda memang benar-benar mumpuni untuk tugas itu, tundalah dulu. Lakukanlah persiapan yang diperlukan untuk itu. Dan, sementara Anda bersiap-siap, mungkin Tuhan sudah mengutus seseorang yang lain, yang lebih cocok untuk menangani masalah tersebut. (Sobat, perhitungkanlah kemungkinan yang satu ini: bisa saja Anda bukanlah orang ysang dipilih Tuhan untuk melakukan tugas atau perdebatan itu!) Apakah kita menjadi tersinggung? Kenapa harus tersinggung! Bukankah Tuhanlah yang menjadi komandan tertinggi di dalam peperangan kita ini? Karena itu, tentunya Dia lebih tahu dong, apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya dan siapa yang paling tepat untuk melakukannya! Sebab, kita adalah “tentara Allah”, kita adalah “tubuh Kristus”, kita adalah “bangunan Allah”.
Selamat menjadi orang yang CERDIK!
~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~
- Julius Tarigan's blog
- Login to post comments
- 13450 reads
No title
Bang Julius, kalau memang ada orang yang mengoreksi tulisan abang mengenai fakta semisal : Domba itu ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk, menurutku tidak masalah mengakui kekeliruan dalam mengambil contoh walaupun bukan itu esensi dari tulisan bang Julius.
Tidak salah mengakui kekeliruan yang penting esensi dari tulisan tercapai.
Dikoreksi aja faktanya dan ditekankan lagi maknanya. Itu lebih penting dari pada debat mendebat. wakakakaka.....
Just my 2 cents...
@josia sembiring : Mana yang keliru ??? Yesus atau JT
Yesus juga perlu diajarin tuh biar gak ngaco dan nonsense. Perhatikan kalimat Yesus berikut :
...mengutus domba ketengah serigala...(NONSENSE DAN TIDAK BENAR) Ayo siapa yang berani protes Yesus ?!? Soalnya lebih NGACO dari JT.
mungkin gak DOMBA diutus ke tengah serigala.
MUNGKIN YESUS SOK TAHU SOAL DOMBA & SERIGALA...
ATAU KITA YANG GAK NGERTI DEFINISI "PERUMPAMAAN"
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
for JF
Ga ada yang salah dari perumpamaan "TJ"
Seperti... ingat seperti... ini menandakan mirip...
Masalahnya di dunia nyata ada ga domba disuruh oleh gembalanya ke tengah srigala? Tentu aja tidak ada. Lantas apakah pemisalan TJ salah? Tentu tidak.
Mari kita berbicara masalah pengutusan. Pengutusan murid2 di dunia ini untuk mengabarkan kabar sukacita tentu sangat berbahaya apabila berhadapan dengan orang2 yang menolak dengan keras apalagi sampai membunuh. Makanya yang diutus sudah harus siap dibantai oleh orang2 yang menolaknya. Jadi begitu kejamnya dunia ini terhadap murid2 TJ sampai diibaratkan mengutus ke tengah2 srigala.
Lagipula domba musuh utamanya adalah srigala selain hewan2 buas lainnya.
Dalam hal diutus dan pertimbangan bahaya dengan nyawa sebagai "taruhan", maka pemisalan itu tidak salah. Kalau bahasa Indonesia-nya memakai majas Metafora.
Sekian bung FJ...
@JS : JT gak perlu koreksi...
Point dari koment saya, JT GAK PERLU KOREKSI.
GAK PERLU NGELADENIN DEBAT SOK BIJAK.
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
@ALL : anak Domba atau Anak Domba atau Domba anak
PERHATIKAN KATA ANAK YA...BANDINGKAN DENGAN INI...
bwi hi hi hi...
cuma perhatikan kata Anak bukan anak !!!
Anak Manusia bukan Manusia Anak
Anak Domba bukan Domba Anak
bwi hi hi hi
YAK YAK O...
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
bung hai hai melengkapi
Mejuah-juah
wah2 keren2,tulisannya bagus,...maju terus..mari berbagi semangat...keep post..
Blessed to be Blessing...
www.arjunabukit.blogspot.com
Blessed to be Blessing...
www.arjunabukit.blogspot.com
Ini bantuan untuk membedakan
Ini bantuan untuk membedakan antara cerdik dan hikmat:
cer·dik a 1 cepat mengerti (tt situasi dsb) dan pandai mencari pemecahannya dsb; panjang akal: jika jadi pedagang, selain harus pandai berdagang, harus cerdik pula; 2 banyak akalnya (tipu muslihatnya); licik; licin: dia seorang penipu yg cerdik , lima kali berhasil lolos dr penangkapan polisi;
cerdik buruk pandai menipu; suka mengakali orang; cerdik busuk cerdik buruk; cerdik
hik·mat n 1 kebijakan; kearifan; 2 kesaktian (kekuatan gaib)