Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Peran Bapak dalam Keluarga
Sebagai orang timur, kita tidak terlalu mengenal tradisi
pesta ‘hari bapak, atau Father’s Day’ seperti halnya di negera barat lainnya.
Namun demikian figur seorang bapak dalam kehidupan keluarga tetap dipandang
sangat penting. Kehadiran dan peranannya sebagai kepala keluarga sangat
menentukan jalannya kehidupan keluarga itu sendiri. Dalam suatu penyelidikan di
Amerika menyimpulkan bahwa ketidak-hadiran bapak dalam keluarga membawa akibat
yang sangat fatal bagi perkembangan hidup anak-anaknya, tidak ada bedanya
dengan peranan seorang ibu dalam keluarga. Pengaruh negatif terhadap
anak-anaknya sangat kuat, terutama anak laki-laki. Dalam penyeledikan itu
diketahui bahwa ketidak hadiran seorang bapak membuat anak laki-laki menjadi
peka-perasa, pemarah dan mudah frustasi. Bahkan anak cenderung menjadi ‘introvert’
dan pembuat masalah.
Kehadiran fisik seorang bapak dialami sebagai kehadiran yang melindungi.
Anak-anak laki-laki sering merasakan dan mengalami kehadiran seorang bapak
sebagai seorang pahlawan atau ‘hero’ dan pemimpin dan Mereka bahkan
menerimanya sebagai model dan idola kehidupan mereka. Bagi anak-anak bapak
adalah figur yang menantang, dan bantuannya mampu menyelesaikan segala masalah
dan kesulitan yang dihadapi anak-anak. Mereka begitu percaya dan bangga akan
bapaknya. Kehadiran bapak dalam kehidupan mereka sungguh mempunyai pengaruh
dalam hidup yang luar biasa. Anak-anak akan bertindak dan bertingkah laku
berdasar pada contoh dan teladan yang diberikan kepada orang tuanya.
Bahkan banyak bapak yang tidak mengetahui lagi apa peranannya dalam kehidupan
keluarga selain memberikan nafkah kepada anak dan istri. Figur seorang bapak
sulit lagi dipakai sebagai model dan teladan. Bapak menjadi figur yang sulit
untuk didekati. Bapak semakin lupa peranannya, terutama dalam keterlibatan
mendidik dan membimbing anak-anaknya. Selain itu mereka semakin menjadi ‘over-possive’
dalam segala hal dan cenderung egois atau mementingkan kepentingan diri
sendiri. Dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa mereka tidak lagi
perduli dengan pendidikan iman anak-anak mereka. Dan selalu merasa diri paling
sibuk dengan berbagai kerjaan dan kegiatan yang sama sekali tidak ada
hubungannya dengan keluarga. Mereka menjadi sangat jarang berkumpul dengan
anak-anak, apalagi memberikan waktu dan perhatian khusus kepada mereka.
Mengembalikan peranan bapak dalam kehidupan keluarga, sebagai seorang beriman
kita bisa melihat kembali peranan Yusuf dalam kehidupan keluarga kudus. Hal ini
bisa memberikan inspirasi baru. Sebagai orang beriman kita mengakui bahwa Yusuf
adalah teladan bagi para bapak. Kitab Suci secara singkat memberikan gambaran
peranannya terhadap keluarga kudus di Nasareth. Dikatakan bahwa Joseph adalah
seorang yang ‘beriman teguh dan taat’ [bdk Mat 1:19]. Hal ini berarti
bahwa ia menghayati hidupnya secara penuh sesuai dengan kehendak Allah. Selain
itu dia juga adalah orang yang begitu bertanggung jawab terhadap kehidupan
Jesus [bdk Luk 2;52] Salah satu keutamaan Yusuf adalah bahwa dia adalah orang
yang pendiam yang bijak, atau man of silence [bdk Mat 1: 19]
melindungi Maria dari aib sosial, ketika Maria mengandung dari Kudus. Dia
adalah seorang yang menampilkan hal yang baru dan menyimpan yang lama dari
kekayaan hati dan hidupnya, sebagaimana terungkap dalam perumpamaan
injil [bdk Mat 13: 46]. Kalau seorang bapak ingin menjadikan Yusuf sebagai
suatu model dan figur dalam menghayati peranannya dalam kehidupan keluarga,
pertama-tama dan paling utama adalah bahwa mereka haruslah menjadi seorang yang
‘saleh dan beriman’. Mereka sungguh harus menjadi teladan dan contoh iman dari
anak-anak dan keluarga mereka. Mengajar kepada anak-anaknya kebenaran iman yang
diyakininya menurut Kitab Suci dan ajaran Gereja. Melalui teladan dan
pengajaran iman ini diharapkan bahwa figur kehadiran Allah Bapa dalam diri
mereka menjadi semakin nyata dan nampak kepada anak-anaknya. Selain itu tugas
mendidikan anak-anak, bukanlah melulu tugas seorang ibu. Tugas mendidik
anak-anak adalah tanggung jawab mereka sebagai orang tua, maka keterlibatan
seorang bapak sangat penting dan menentukan.
Kalau seorang bapak ingin menjadikan Yusuf sebagai suatu
model dan figur dalam menghayati peranannya dalam kehidupan keluarga,
pertama-tama dan paling utama adalah bahwa mereka haruslah menjadi seorang yang
‘saleh dan beriman’. Mereka sungguh harus menjadi teladan dan contoh iman dari
anak-anak dan keluarga mereka. Mengajar kepada anak-anaknya kebenaran iman yang
diyakininya menurut Kitab Suci dan ajaran Gereja. Melalui teladan dan
pengajaran iman ini diharapkan bahwa figur kehadiran Allah Bapa dalam diri
mereka menjadi semakin nyata dan nampak kepada anak-anaknya. Selain itu tugas
mendidikan anak-anak, bukanlah melulu tugas seorang ibu. Tugas mendidik
anak-anak adalah tanggung jawab mereka sebagai orang tua, maka keterlibatan
seorang bapak sangat penting dan menentukan.
Satu kebutuhan yang perlu dan mendesak dalam keluarga di abad nuklir ini adalah
kehadiran fisik bapak dalam keluarga. Memberi waktu dan perhatian kepada
kebutuhan keluarga adalah hal yang sangat essensial. Ini sama perlunya dengan
waktu untuk kerja. Tidak ada alasan bagi seorang bapak untuk mengatakan ‘aku
sibuk sekali, tidak mempunyai waktu untuk keluarga’. Aku bekerja keras untuk
mereka, dan demi mereka saya sampai lupa waktu. Seringkali dengan alasan semacam
ini, seorang bapak berusaha membenarkan dirinya dari kurangnya memberi waktu
untuk istri dan anak-anak mereka. Waktu untuk bercengkerama bersama keluarga
adalah mutlak perlu, bila bapak tidak ingin kehilangan keluarga dan
anak-anaknya.
Perlu disadari, sekaligus dihindari betapa sering dan mudahnya bapak
menampakkan dirinya sebagai ‘boss’ yang harus dilayani oleh semua
anggota keluarganya. Bahkan betapa sering kita jumpai bapak yang cenderung
menjadi kasar dan galak terhadap anak-anak dan keluarganya. Mereka menghabiskan
waktu dengan hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat di luar rumah mereka.
Kalau mereka merasa bahwa kerja sudah menyita seluruh waktunya, semestinya
waktunya yang begitu singkat bersama keluarga itu digunakan seefisien mungkin.
Akhirnya, mengembalikan peranan
bapak dalam keluarga, berarti bahwa bapak harus menampakkan diri sebagai
‘terang yang bersinar’ bagi keluarga mereka. Kehadirannya sebagai ‘sinar dan
terang’ dalam keluarga akan memberikan arti yang mendalam bagi perkembangan hidup
anak dan istrinya.
- anto_okey's blog
- 15077 reads