Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Penghibur Sialan

rk's picture

Penghibur Sialan

Ini adalah kisah nyata dari seorang konglomerat dunia.
Konglomerat yang terkenal bukan hanya dari jumlah harta yang dimiliki, tapi juga dari kebaikan hati dan kesolehannya.

Satu hari, serombongan teroris menyerbu kantor dan membunuh semua karyawan, merampok seluruh hartanya. Dan di hari yang sama, bencana angin puyuh

menewaskan semua anak-anaknya. Dalam satu hari konglomerat Ayub kehilangan semuanya.

Namun tragedi tidak membuat bibir Ayub berdosa, ia bersujud dan berkata , "Aku lahir telanjang, dan matipun aku tidak membawa apa-apa. TUHAN yang

memberi, TUHAN yang mengambil. Terpujilah nama-Nya!"
Luar biasa !

Ah, tapi iman dan kesetiaan Ayub malah membuat Setan tambah bersemangat, dan TUHAN menyerahkan Ayub.

Seluruh tubuh Ayub dari ujung kepala hingga ujung kaki diserang penyakit mengerikan. Borok bernanah, sakit, gatal dan bau busuk.
Tidak tahan dengan tragedi beruntun, sang istri menyerah dan berkata pada Ayub, "Tidak usah setia pada Allah, kutukilah Dia, lalu matilah!"

Ayub tetap menutup mulutnya, bibirnya tidak berdosa.
Tujuh hari lamanya Ayub merenung dalam keheningan pilu. Sahabat-sahabat Ayubpun kehilangan kata-kata dan hanya dapat menemani dalam diam.

Hari kedelapan, Ayub tak tahan lagi, dan mulai berkata-kata,"Terkutuklah hari ketika aku lahir. Lebih baik aku tidak pernah lahir dan mati saat lahir supaya tidak

usah menerima kesengsaraaan ini."

Elifas temannya menjawab, "Tidak pernah orang tak bersalah dihukum Allah. Kesalahan manusia sendirilah yang menyebabkan penderitaan. Bersyukurlah kalau

engkau ditegur, bertobatlah, maka Allah akan memulihkan engkau."
Ayub menjawab, "Kalau kamu bisa menunjukan kesalahanku maka aku akan diam dan mendengar. Tapi bicaramu ini kosong, tiada arti!"

Bildad ikut menasihati Ayub, "Allah tidak pernah tidak adil, mungkin anak-anakmu berdosa sehingga dibinasakanNya. Mintalah belas kasihan dan mohon ampun

pada TUHAN, maka ia akan mengganti kehilanganmu dengan yang lebih baik."
Ayub tetap menyangkal.

Zofar bicara, "Ayub, bersihkanlah hatimu, menyesallah! Berdoalah kepada Allah! Hilangkanlah dosa dari hatimu dan jauhkanlah kejahatan dari rumahmu! Maka Ia

akan memulihkanmu."
Ayub membalas, "TUHAN yang menghukum aku, biarlah Ia memberitahu kesalahanku."

Elifas menjawab, "Mengapa penghiburan Allah enggan kauterima? Kami bicara dengan sabar dan lembut atas nama-Nya.Tetapi kau naik pitam, matamu

menyala-nyala; kau marah kepada Allah dan membantah-Nya. Mungkinkah manusia sama sekali tak salah? Dapatkah ia dibenarkan di hadapan Allah? Kata-katamu

membuktikan bahwa engkau bersalah, tapi kejahatanmu kaututupi dengan bersilat lidah."

Ayub berang, "Kalian ini penghibur sialan ! Yang terus mengejek dan menyalahkanku. Sampai matipun aku akan mempertahankan bahwa aku tidak bersalah. Biarlah

TUHAN tampil dan berperkara denganku."

Maka merekapun semua menghentikan percakapan mereka.
Di puncak emosi Ayub dan para penghibur sialan itu, datang badai.

TUHAN berkata : Ayub, dimanakan engkau ketika Aku menciptakan dunia?
Kagetlah Ayub, dan terdiam. Ayub mengharapkan jawaban atas bencana tragis yang menimpa diri dan keluarganya. Tapi TUHAN memberi pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan sulit datang menyerang akal Ayub bertubi-tubi. Lengkaplah sudah, Ayub sakit, letih, jiwa yang koyak, tubuh sakit, borok, berdarah, emosi

dan akalnyapun dihancurkan. Ayub tidak mungkin bertahan. Pertahanan Ayub runtuh.

Ayub sujud dan berkata, "Tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui Hanya dari kata orang saja aku

mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam

debu dan abu."

Namun TUHAN membenarkan Ayub dan marah kepada para sahabat Ayub.
Alasan kemarahan TUHAN kepada penghibur-penghibur sialan itu adalah : Tidak berkata benar tentang TUHAN seperti Ayub.
Para penghibur sialan itu harus minta ampun pada TUHAN melalui Ayub sebagai imam.

TUHAN memulihkan kekayaan Ayub dua kali lipat.
Walaupun anak-anak yang mati tidak tergantikan, namun TUHAN memberi Ayub anak-anak yang lain sebagai penghiburan.