Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Pengantin Baru
Saya baru menikah, baru 4 bulan ini. Ketika saya masih single saya ber MIMPI untuk menjadi isteri yang bisa melakukan baian seorang isteri alias istri yang BAIK. Namun hari lepas hari apa yang saya impikan dulu tidak semudah yang saya bayangkan.
ke AKU an saya begitu kuat sehingga saya merasakan banyak yang tidak adil dalam tugas saya sebagai isteri. KArena masih pengantin baru jadi hal-hal sepelepun jadi sumber konflik dalam diri saya.
Dan kondisi ini terjadi terus menerus karena saya tidak bisa berdamai dengann diri saya sendiri. Saya mulai bertanya-tanya dan merasa was-was, "Wah kalo kaya gini trus bagaimana anak saya nanti bisa menghargai bapaknya, wong saya aja gak bisa mblajari diri sendiri menghargai." Hal ini begitu kuat dalam diri saya untuk saya terus memperbaiki diri. "Ayo Ruth lakukan semuanya untuk Tuhan", "Ruth, wanita itu adalah penolong" dan bla...bla...bla....
Setiap kata-kata bijak ditepis oleh diri saya dengan kata-kata logika feminisme saya at least yang saya sebut sendiri sebagai feminisme. Sialnya, semua kalimat bijak itu mental semuanya. Sampai akhirnya mulut dalam pikiran saya agak terkatuk sebentar setelah saya ISENG-ISENG dan TIDAK SENGAJA membuka bagian Alkitab Efesus 5: 22-33 (ayat yang muncul di kelas pra-nikah)
Luar biasa sekali 1 perikop yang saya baca malam ini, mengenai hubungan antara suami isteri. Saya merinding membacanya karena betapa Tuhan begitu menetapkan standar yang tinggi untuk bagaimana spasang suami isteri harus saling mengemban tugasnya atau porsi masing-masing dalam rumah tangga.
Disini Tuhan Yesus mengajarkan bagaimana seharusnya isteri berprilaku terhadap suaminya. Suami adalah KEPALA. Pada saat saya membayangkan suami adalah kepala saya, satu pikiran spontan yang muncul sebagai respon adalah saya tidak mungkin mengijinkan siapapun menginjak-injak (berlaku tidak pantas) kepada kepala saya. Bahkan saya sendiri, saya akan menjaga kepala saya karena kepala ini melindungi otak saya yang penting untuk saya bisa berpikir, menurut kebudayaan Timur kepala itu bagian yang TERHORMAT, jika orang macam-macam dengan kepala saya pasti saya akan marah dan kalau saya macam-macam dengan kepala saya maka saya mungkin orang yang mengalami gangguan kejiwaan.
Hmmm....pelajaran berharga yang Tuhan Yesus ajarkan, sebelum semua terlambat.
- Ruth Lestari's blog
- Login to post comments
- 4339 reads