Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Untuk Ibu Profesor
Harus kuakui dan kuakui lagi dan lagi, aku ini si ratu zona nyaman. Bila boleh memilih, aku ini lebih senang “status quo” dibandingkan melakukan pembaruan terhadap diriku. Namun, syukurlah, hadir dalam hidupku ini orang-orang yang berhasil menjebol sifat burukku itu—entah mereka menyadari atau tidak.
Kemarin aku telah menyebut-nyebut sedikit tentang teman perempuanku yang professor itu. Dia juga salah satu orang yang berkontribusi membentuk diriku menjadi seperti hari ini.
Sepertinya dia itu orang yang sangat tahu bahwa aku ini lebih senang “playing safe”. Cari yang aman-aman saja. Dan berbicara tentang hal-hal yang fisik, dia rupanya tahu bahwa aku ini adalah makhluk yang “lebih memilih lemah”.
Aku teringat lebih dari 30 tahun yang lalu ketika kami masih berkuliah, dia pernah “memaksa” aku untuk naik ke Kaliurang sampai pada suatu titik yang menurutku cukup tinggi. “Ayo, kita naik. Kamu pasti bisa,” demikian dia berkata padaku. “Uh-uh …emoh…” kataku. “Aku tunggu di sini saja”, lanjutku sambil duduk di sebuah batu. “Kalian naik saja.” Temanku tidak bisa memaksaku, dan dia bersama 2 teman cewek yang lain melanjutkkan naik lebih tinggi lagi.
Sekitar 5 tahun yang lalu, pada suatu pagi, dia meneleponku. Katanya, “Aku lagi seminar di Shangri-la. Ayo ke sinilah. Aku ada waktu 2 jam sebelum mulai seminar.” Aku menjawab, “Malas ah, aku tidak seberapa bisa berenang.” Sekali ini, dia rada ngeyel, berbeda dengan 30 tahun yang lalu ketika dia mengajakku naik lebih tinggi di Kaliurang. Maka aku berangkat ke Shangri-la Hotel dan nyemplung di kolam renangnya. Dia berhasil menyakinkanku bahwa aku pasti bisa menyeberang dari satu sisi ke sisi yang lain. Wow…padahal pada saat itu dia sendiri baru saja belajar berenang 2 bulan yang lalu (Pertama kali belajar berenang, dia menargetkan diri untuk bisa berenang dalam waktu 1 bulan. Dan sesudahnya setiap pagi dia rajin berenang untuk berlatih!).
Temanku ini juga orang yang mengajariku untuk memiliki “sense of business”. Dia memberitahuku agar “jangan menaruh telurmu pada keranjang yang sama”. Karena itu aku berani mencoba ini-itu dan juga mencoba-coba “berinvestasi” di sana-sini (Jadi teringat slogan Hai-hai: “Namanya juga usaha”).
Tapi yang terpenting, dia ini juga orang yang berani “menyikati”ku sampai bersih. Dari dia aku tahu bahwa kadangkala aku ini orangnya “nyebelin”. Aku tak akan lupa saat di mana aku terisak-isak di telepon, sambil di ujung sana dia memberiku “satu dua patah kata”.
Lalu, yang perlu kuingat juga, temanku ini walau dia sudah jadi orang terkenal (kalau namanya di-google, maka akan terlihatlah banyak data tentang dia); temanku ini tak lantas menjadi sombong. Ini merupakan pengingat-ingat bagiku, karena aku yang belum seberapa ini saja seringkali menunjukkan sikap yang “kemlinthi”…
POSTED AT: 00.00 - 01.01.11 WIB
"I do not try to dance better than anyone else. I only try to dance better than myself." - Mikhail Baryshnikov, ballet dancer
- martha pratana's blog
- Login to post comments
- 3265 reads