Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Perintah Abadi

mujizat's picture

Keberadaan Bumi dan benda langit lainnya tidak lepas dari mujizat, yaitu perbuatan yang dilakukan Allah, yang seperti dipercaya oleh banyak orang bahwa baik bintang-bintang (termasuk matahari?) maupun planet-planet diciptakan dari ketiadaan. Lalu, setiap peristiwa mujizat dapat terjadi karena Allah atau Elohiym memang menghendaki untuk melakukannya. Ketika tongkat Musa berubah menjadi seekor ular jejadian, atau ketika tangan Musa berubah menjadi berwarna putih seperti salju (kusta?), itu karena Tuhan yang menghendakinya. Jika dua mujizat itu terjadi oleh “kesaktian” Musa, maka adik Harun ini tentulah dapat melakukan keajaiban-keajaiban seperti itu sesuka hatinya. Atau kalau tongkat Musa memang bertuah (sakti) maka Musa bisa sembarangan atau kapan saja mengacungkan tongkatnya ke Laut Teberau, dan tentulah Laut itu akan terbelah seperti yang pernah terjadi, kapan saja Musa menginginkannya. Masih banyak lagi peristiwa ajaib, khususnya mujizat yang telah terjadi, yang memang penyebabnya ialah kehendak Allah. Oleh karena itu, bagaimanapun juga, kehendak Allah lah yang menyebabkan terjadinya sebuah mujizat. Namun mungkin ada yang belum tahu bahwa Tuhan sebenarnya telah memberikan perintah “abadi” supaya hamba-hamba-Nya melakukan sesuatu, atau “menekan tombol” agar dengan itu Allah melakukan keinginan-Nya mengerjakan mujizat.

Kita telah belajar memahami bahwa Yesus Kristus adalah pengejawantahan dari Bapa Surgawi. Tabiat Bapa (yang tidak dapat dilihat mata manusia) dapat diketahui melalui tabiat Yesus Kristus (Allah yang mewujudkan diri menjadi manusia), dan kita lebih bersyukur lagi memahami bahwa Yesus Kristus komitmen untuk hanya melakukan perintah Bapa saja (yang diwakili-Nya). Oleh karena itu, maka kehendak Allah juga terwakili atau disampaikan lewat mulut Yesus Kristus.

Ada satu paket perintah “abadi” Allah Bapa yang sangat menarik, yang diucapkan melalui mulut Yesus Kristus yaitu:

Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. (Mat 10:7,8)

Ayat-ayat itu yang juga didukung oleh beberapa ayat lain adalah tentang perintah memberitakan injil dan “melakukan” perbuatan-perbuatan ajaib (yang saya beri garis bawah).

Tuhan adalah Allah yang bertanggung jawab dan tidak bermaksud mempermalukan hamba-hamba-Nya. Artinya, ketika hamba-Nya mau memberitakan injil dengan benar, lalu mau menumpangkan tangan atas orang sakit dalam nama-Nya, maka Dia lah yang akan bergerak melakukan mujizat atau keajaiban yang telah dijanjikan-Nya.

Ada sebuah kisah menarik yang dikotbahkan oleh sahabat Muji, saya sebut saja nama beliau dengan Jim Gordon dari Kanada, yang sudah belasan tahun melakukan penginjilan di daratan Cina di gereja-gereja “bawah tanah”. Penginjil bule ini mengisahkan pelayanannya tadi malam, tgl 26 November 2010 di Magelang di ibadah petang, berikut beberapa hal yang saya catat dari kotbah beliau.

Di sebuah perkampungan yang belum terjamah injil, beliau datang ke penduduk di situ. Kebetulan ada seorang anak yang bermasalah dengan matanya yang tidak dapat melihat secara jelas (buta?). Lalu beliau berdoa untuk kesembuhan anak itu dan mengajak orang dewasa untuk percaya kepada Yesus, namun orang dewasa itu menolak, dan mengatakan bahwa di wilayah itu tidak diperbolehkan untuk seseorang memberitakan agama lain (injil). Mr Gordon sempat heran, kenapa tidak terjadi mujizat walaupun dia telah berdoa untuk anak itu.

Lalu dia melihat kerumunan anak-anak kecil disitu. Dia dekati mereka, dia bagi-bagi permen. Tiba-tiba dia timbul ide untuk mengajak anak-anak kecil itu berdoa bagi si sakit.

“Hai anak-anak, mau nggak kalian menirukan doa saya, kita bersama-sama ingin berdoa untuk temen kalian yang sakit mata ini” ajak pak Gordon. Ternyata anak-anak kecil itu ngak keberatan.

Lalu anak-anak itu menirukan doa pak Gordon yang kira-kira begini: “ In the name of Jesus,… be heal,… in the name of Jesus,… be heal “ tapi dalam bahasa Mandarin yang sudah dia kuasai, dan anak-anak kecil itu menirukan doa pak Gordon dengan semangat.

Lalu pak Gordon menanyai anak yang sakit mata itu, dan dijawab : “… much better (jauh lebih baik)” tapi dalam bahasa Mandarin. Puji Tuhan, lalu beliau tergerak memperkenalkan Yesus kepada anak-anak kecil itu.

“Hai anak-anak, maukah kalian mengenal Yesus yang sudah menyembuhkan teman kalian?”

“Mau, mau! “ jawab anak-anak.

Lalu pak Gordon mengajak anak-anak kecil itu untuk menerima Yesus sebagai Juruselamat, mengundang-Nya masuk ke dalam hati, menjadi Tuhan dan Juruselamat pribadi, Amin!

Puji Tuhan, saya tertarik dengan kecerdikan Mr Jim Gordon, dan terlihat dari pancaran wajahnya betapa Api penginjilan begitu berkobar.

Handai taulan yang dikasihi Tuhan, peristiwa tersebut hanyalah segelintir dari ribuan contoh kasus bagaimana Yesus menyatakan diri-Nya melalui perbuatan-perbuatan ajaib yang dikerjakan-Nya ketika hamba-hamba-Nya mau bergerak memberitakan Injil terutama kepada orang-orang yang sama sekali belum mengenal Injil.

Perintah untuk memberitakan injil dan “melakukan mujizat” merupakan perintah “abadi” yang tentunya hanya berlaku semenjak perintah itu diucapkan, sampai kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Oleh karena itu, ketika kita tergerak untuk mendoakan orang sakit dengan menumpangkan tangan, sesudah pemberitaan injil, maka sebenarnya kita sedang mempersilahkan Tuhan untuk mengerjakan mujizat, jadi kalau terjadi kesembuhan ilahi, itu bukan kehendak kita, melainkan kehendak Tuhan sendiri. Bukan kita mengatur Tuhan atau menyuruh-nyuruh Tuhan melakukan mujizat, namun kita mempersilahkan Tuhan melakukan mujizat, sedangkan kita hanya sekedar menjadi saksi-Nya, yaitu yang menyaksikan perbuatan ajaib-Nya.

__________________

 Tani Desa