Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Bukan Hanya Sekadar Mengajar
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, ternyata Tuhan membawa saya dalam sebuah pelayanan yang benar-benar membutuhkan kerja keras dan kesabaran. Pengalaman demi pengalaman dalam pelayanan saya dapatkan ketika masih studi dulu. Setiap minggu terakhir, saya harus melakukan pelayanan dari hari Jum'at sampai hari Minggu di gereja. Ini merupakan kewajiban untuk dilakukan selama saya studi di sekolah theologia. Saat Tuhan memperhadapkan dengan pelayanan anak, saya tidak terlalu sulit untuk beradaptasi karena sebelumnya saya sudah memiliki sedikit pengalaman mengajar anak. Meskipun demikian, saya tidak pernah menutup diri untuk terus belajar dan belajar.
Suatu ketika, saya mendapat tugas pelayanan selama 1 tahun ke Sumatera. Waktu itu saya ditempatkan oleh sekolah untuk membantu pelayanan di salah satu gereja. Pelayanan yang ada bukan hanya ibadah raya, pemuda, maupun sekolah minggu, tetapi ada juga asuhan. Kelompok asuhan ini merupakan suatu komunitas anak-anak yang dibina dan diberikan pengajaran tentang firman Tuhan. Selain itu, mereka juga mendapatkan gizi untuk menjaga kesehatan tubuh. Anggota dari kelompok asuhan juga merupakan anggota sekolah minggu. Kelompok asuhan ini diadakan 3 kali dalam 1 minggu, yaitu hari Selasa, Rabu, dan Kamis.
Sempat saya merasa kesulitan untuk mempersiapkan bahan mengajar untuk anak-anak itu. Akhirnya saya menempuh jalan untuk mengumpulkan bahan-bahan cerita Alkitab, baik yang sudah diperuntukkan untuk anak maupun yang belum (perlu pengolahan untuk dituangkan dalam bahasa anak-anak).
Selain itu, saya benar-benar diuji dalam hal kesabaran menghadapi anak-anak di daerah itu. Dibanding anak-anak di kota, mereka jauh lebih nakal dan kurang terkendali. Selama saya pelayanan di daerah itu, saya berusaha untuk mengendalikan mereka dan mengajarkan mereka sikap yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan.
Pernah suatu ketika saya sedang mengajar kelompok asuhan, ada anak yang nakal dan mengganggu temannya yang serius memerhatikan. Awalnya saya nasehati dengan baik-baik, tapi tetap saja membuat keributan. Akhirnya saya sedikit berkata tegas dengan anak itu. Akhirnya dia diam. Terkadang sebagai pengajar, kejengkelan itu sedikit ada di hati, namun saya senantiasa belajar untuk mengendalikan diri. Kerinduan saya anak-anak itu bisa belajar hidup disiplin dan tertib di dalam Tuhan. Harapan saya, mereka dapat meraih masa depan yang cerah, meski tempat tinggal mereka di desa yang jauh dari kota. Saya sungguh prihatin melihat keadaan daerah yang saya layani. Dalam segi ekonomi maju, tapi dalam segi pendidikan sangat kurang. Bahkan agama Kristen kurang diakui di daerah itu. Sehingga, sekolah yang ada pun hanya mengajarkan agama tertentu tanpa mempedulikan murid yang beragama Kristen. Selain itu, guru agama Kristen yang mau mengajar di sekolah itu pun dipersulit.
Orang-orang di daerah itu, benar-benar membutuhkan pemulihan di dalam Tuhan. Itu yang memotivasi saya untuk senantiasa menanamkan gaya hidup mengasihi Tuhan lebih dari apa pun kepada mereka, khususnya anak-anak.
Saya bersyukur, Tuhan memberikan kesempatan untuk melayani mereka. Disamping saya mengajar mereka, juga bisa belajar banyak dari kehidupan mereka. Saya sadari betapa pentingnya melayani yang benar itu, kita bukan hanya mengajar mereka dan memberitakan firman Tuhan, tetapi juga memenangkan jiwa mereka bagi Tuhan. Itu yang memotivasi saya untuk belajar memiliki hati yang mengasihi dan peduli kepada anak-anak. Terima kasih Tuhan untuk setiap rencana-Mu dalam hidup dan pelayananku. Harapanku apa yang telah aku berikan boleh menjadi berkat bagi anak-anak yang saya layani. Tuhan memberkati.
- Nurhana's blog
- Login to post comments
- 4581 reads