Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

003. Kasih Tanpa Syarat

Yung Fong K.'s picture

Saya sudah familiar dengan kata kasih. Seingat saya, semenjak saya lancar baca tulis, selalu bertemu dengan 'kasih'. Dengan usia 41 ini, entah sudah berapa juta 'kasih' yang masuk ke dalam kepala saya. Namun, sedemikian banyaknya 'kasih' masuk ke dalam kepala saya, dalam jangka waktu selama itu, 'kasih' ternyata tidak pernah menetap dalam hati saya. Paling banter ia mampir, dan setelah itu pergi menghilang entah ke mana.

Sejujurnya saya mengetahui tentang 'agape', kasih tanpa syarat itu. Tapi sejujurnya pula, selama ini saya tidak mempercayai agape bisa dipraktekkan dalam kehidupan. Bagaimana mungkin manusia bisa mencintai sesamanya tanpa syarat?

Sampailah pada hari ini, saya dapati bahwa saya keliru besar, agape ternyata bisa dipraktekkan, bahkan dalam kehidupan sehari-hari sekalipun.

Saya mendapatkan pengertian agape sebagai berikut: bukanlah agape jika seseorang mengasihi sesamanya semata-mata karena ia telah merasa dikasihi, dan bukanlah agape jika seseorang mengasihi semata-mata dengan maksud supaya ia dikasihi. Dan, adalah agape jika seseorang mengasihi sesamanya, semata-mata karena ia memang mengasihi, tanpa maksud atau dasar lain, selain kasih itu sendiri.

Jadi, ada pengertian bahwa yang agape itu kitanya. Sudah menyatu dalam kita, agape itu.

Pada Galatia 5:22-23, salah satu buah Roh, adalah kasih. Apakah buah Roh ini ada di luar diri kita? Buah Roh ada di dalam kita, bagian dari kita. Dengan demikian, apabila kembali kepada agape, kasih yang di dalam kita itu sama sekali tidak bersyarat, ia sudah apa adanya kita. Jika kita ada di dalam Tuhan, kita tentu berbuah, bagaimana mungkin kita tidak bisa mempraktekkan agape?

Saya kembali kepada diri saya, sungguh bodoh saya selama ini tidak menyadari bahwa agape adalah bagian dari diri saya. Yang perlu saya perhatikan adalah saya senantiasa di dalam Tuhan, menyatu denganNya, menjadi sepertiNya.

__________________

'yfk'SmileSmileSmile