Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Mengelola modal

mujizat's picture

Shalom.

Alkitab mencatat dua hal penting: talenta dan mina. Talenta dipahami sebagai BAKAT BAWAAN, sedangkan mina (menurut pengkotbah tertentu) dipahami sebagai Roh Kudus.

Mengenai talenta, Yesus memberikan perumpamaan tentang hamba-hamba yang diberi: LIMA talenta, DUA talenta dan SATU talenta, oleh sebab itu talenta yang diterima seseorang bisa lebih dari satu.

Sedangkan untuk Mina, Yesus (sepertinya) hanya mengumpamakan dengan SATU mina saja. Tulisan ini saya batasi dalam hal talenta saja.

Ada orang-orang yang dianugerahi "LIMA talenta" , ini dapat dipahami sebagai "banyak modal" bawaan. Jika seseorang lahir sebagai manusia dengan bakat cerdas, kreatif,  anak orang kaya, paras cakep, body sempurna, pokoknya yang serba "sempurna", maka itulah TALENTA maksimum atau modal bawaan setara "LIMA" talenta, yakni jumlah talenta maksimum yang mungkin diterima seorang anak manusia waktu dia dilahirkan.

Ada orang yang dianugerahi "DUA talenta" , ini dapat berbicara tentang seseorang yang dari segi intelektual, moral, fisik cukup bagus, tetapi mungkin tidak lahir sebagai anak orang kaya. Atau sebaliknya, seseorang yang terlahir sebagai anak orang berkecukupan, tetapi ada sisi kelemahannya, mungkin kurang cerdas, muka jelek, bentuk fisik ngak ideal dan seterusnya. Namun dengan modal warisan duit dari ortu, maka ia bolehlah digolongkan sebagai penerima "DUA talenta".

Tetapi ada juga orang-orang yang lahir dengan bakat minim dan dukungan finansial pas-pasan,  dan sebagainya. Ini mungkin contoh penerima satu talenta.

Firman Tuhan berkata, bahwa anak orang benar tidak akan menjadi peminta-minta, dan lebih jauh juga tertulis, yang bermakna bahwa: Tuhan akan membalaskan sakit hati-Nya terhadap keturunan orang-orang yang membenci-Nya.

Apakah itu berarti bahwa: jika seseorang pernah berbuat ngak adil kepada sesama, lalu Tuhan dapat mengkondisikan keturunan orang tersebut (entah mulai keberapa) sebagai orang miskin? Wallahualam,...

Jika dugaan ini benar, maka orang-orang miskin bisa jadi memang dilahirkan dari orang-orang yang ngak benar, atau orang-orang fasik (fasik - menyimpang dari hukum Allah).

Tetapi apakah modal minim yang diterima oleh orang miskin (karena dia keturunan orang kasik) lantas membuatnya menerima hukuman kekal?

Sejenak kita ingat lah pada kisah Lazarus si Miskin dan Orang Kaya. Dalam ceritera  ini, anggaplah Lazarus "memakan getah" dari kefasikan orangtuanya, sehingga ia terlahir miskin. Kisah tersebut justru berujung bahagia bagi si miskin, dan sengsara buat si orang Kaya. Sepertinya kisah tersebut mengajar kita, bahwa "dosa orang tua" dibalaskan kepada anak keturunannya sebatas kehidupan fisik saja: menjadi orang miskin,.... tetapi belum tentu dengan jiwanya,...

Tetapi apakah itu berarti bahwa kita harus hidup miskin agar beruntung? Tentu saja tidak. Sebab jika demikian, akan "melahirkan" orang-orang malas.

Namun akan berbeda jika seseorang memang benar-benar miskin (dengan talenta kurang dari satu), misalnya lahir miskin, buta, lumpuh dst sehingga ia mutlak bergantung kepada belaskasihan sesama.

Tetapi apapun talenta yang kita terima, itulah yang perlu kita kelola. Pertama: untuk memuliakan nama Tuhan; kedua, untuk manfaat bagi sesama, misalnya penerima talenta kurang dari satu.

Shalom.

 

__________________

 Tani Desa