Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Nanti bagaimana?

Nray's picture

Menjadi seorang ibu rumah tangga yang bekerja penuh sepanjang hari di rumah adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan buat seorang ibu Ratih.

Dia begitu menikmati perannya sebagi seorang isteri dan sekaligus ibu bagi ke 4 orang anaknya.

Bagi suaminya, ibu Ratih  adalah seorang penolong sekaligus penghibur di saat2 dia mengalami kelelahan dalam menjalani tugasnya sabagai seorang perawat di rumah sakit. Bagi anak2nya ibu Ratih adalah seorang ibu yang penuh dengan kasih sayang dalam merawat dan membesarkan mereka.

Karena ibu Ratih begitu menikmati perannya sebagai ibu rumah tangga yang harus siap sedia selalu di rumah membuat dia menjadi seseorang yang tidak suka bepergian bahkan ketika anak2nya sudah mempunyai keluarga sendiri, dimana segala kewajibannya untuk  mengasuh anak2 nya sudah tidak serepot ketika mereka masih kecil, tetap saja ibu Ratih semakin jarang bepergian ke suatu tempat. Kegiatan dia keluar rumah adalah hanya pada saat2 ada kebaktian baik itu di gereja atau di kebaktian keluarga, atau ada kerabat yang menikah atau yang meninggal dunia.

Karena begitu enggannya dia keluar rumah bahkan mengunjungi anak2nya pun dia enggan

"bu. sekali2 dong main ke rumah tengokin cucu dan lihat2 rumahku" demikian ujar Nita salah satu anaknya

"cucu ibu kan juga kepingin neneknya datang mengunjungi mereka" kata Nita menambahkan

"ya, sama saja toh kalau kalian yang datang mengunjungi ibu?" demikian ujar ibu Ratih mengelak permintaan anaknya.

Ketika suatu hari dia memutuskan untuk mengunjungi anaknya yang tinggal di Jakarta.

Jauh2 hari dia sudah menyusun rencana apa saja yang harus dia persiapkan untuk kunjungan tersebut.

Tetapi ketika hari yang direncanakan segera tiba tekadnya tidak lagi meng gebu2 seperti pada saat dia memutuskan untuk pergi.

kekuatiarannya mulai  timbul,  Nanti bagaimana kalo pas hari itu tiba2 ternyata kesehatannya tidak dalam kondisi yang baik.

Nanti bagaimana kalo kendaraan yang akan ditumpangi ternyata mogok di jalan.

Nanti bagaimana kalau ternyata pas sudah sampai di Jakarta dia tidak "kerasan".

Dan begitulah selalu ibu Ratih, jika dia sudah merencakan sesuatu tetapi ketika dia harus melakukannya  dia selalu berpikir "NANTI BAGAIMANA? "

Dan sudah sudah menjadi kebiasaannya juga pada akhirnya dia sering kali batal melakukan rencana yang sudah di susun hanya oleh karena pikiran "NANTI BAGAIMANA?"

Berbeda dengan Anton anak sulung ibu Ratih. Dia adalah anak laki2 yang sangat pemberani bahkan bisa di golongkan dalam golongan "nekad"

karena begitu beraninya dia sehingga kadang2 dia tidak memikirkan resiko apa yang akan timbul apabila dia melakukan sesuatu

Yang penting dalam hidupnya adalah....lakukan apa yang ingin aku lakukan urusan akibat yang akan timbul  ya BAGAIMANA NANTI  aja.

Dalam kamus hidup seorang Anton, tidak ada kata gentar.

Apapun dia berani lakukan urusan resiko selalu dia katakan itu sih BAGAIMANA NANTI !

Sebuah sifat yang sangat bertolak belakang dengan sifat ibunya.

2 buah kata yang kalau diperhatikan dan diucapkan seperti mempunyai arti yang sama 'NANTI BAGAIMANA ?"  dan  "BAGIMANA NANTI !"  padahal ketika kita sungguh2 mengartikan dan memaknainya sungguh amat berbeda.

"NANTI BAGAIMANA ?"....bisa menggambarkan suatu sifat yang penuh dengan kekuatiran dan ke ragu2an dalam bertindak.

"BAGAIMANA NANTI ! " ...bisa menggambarkan suatu sifat yang penuh kepercayaan diri, tidak takut resiko.

Sebagai anak Tuhan, yang mengerti Firman Tuhan dan yang sudah mengetahui begitu banyak Janji Janji Tuhan untuk menyertai kita dalam menjalankan hidup tidak seharusnya kita t memikirkan "NANTI BAGAIMANA ?" ...dalam hidupku selanjutnya.

Kiranya kita berani mengatakan  "BAGAIMANA NANTI !" ......biar Tuhan yang atur, aku hanya bekerja dan berusaha menjalani hidup seturut dengan apa yang Tuhan mau  masa depan ku kupercayakan kepada Tuhan

 

Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? ( Mat 6:27 )

 

GBU all