Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Melangkah Dengan Iman
Oleh : Mundhi Sabda H. Lesminingtyas*
Dengan banyaknya masalah yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup saya,
saya menemukan 3 tujuan hidup. Yang pertama : mempersembahkan kembali
talenta yang telah Tuhan berikan. Yang kedua : membesarkan ketiga anak
saya dalam terang dan ajaran Kristus hingga mereka layak
dipersembahkan kepada Tuhan serta mampu membangun keluarga kudus. Yang
ketiga : menyediakan telinga bagi rekan-rekan senasib supaya mereka
tetap yakin akan kasih dan penyertaan Tuhan.
Dari ketiga tujuan tersebut, saya berusaha menulis untuk memuliakan
Tuhan. Saya juga harus membagi waktu dengan ketat supaya bisa tetap
bekerja untuk mendapatkan uang demi anak-anak, tanpa mengabaikan
perkembangan mereka. Untuk mencapai tujuan ketiga, sayapun bergabung
di LK3 (Layanan Konseling Keluarga & Karir) sebagai volunteer.
Melakukan banyak pekerjaan yang berbeda dalam waktu yang bersamaan
sungguh membuat saya jungkir balik. Untuk menjaga kedekatan dengan
anak-anak, tak jarang saya membawa mereka dalam pelayanan hingga larut
malam. Rasanya saya hampir tak sanggup menjadi 4 pribadi sekaligus
(sekretaris di kantor, penulis, ibu bagi 3 anak, dan konselor awam
bagi rekan senasib).
Ketika kantor saya mengalami gonjang-ganjing karena manajemen kantor
pusat di Amerika meninggalkan nilai-nilai kristiani, atasan saya yang
notabene seorang pelayan Tuhan pun mengundurkan diri. Saya dan staf
lain barat ayam kehilangan induk. Suasana kerjapun semakin tidak
kondusif bagi pencapaian tujuan hidup saya. Karena saya yakin bahwa
visi hidup saya tak mungkin terwujud selama masih berada di lembaga
tersebut, maka saya pun mulai melirik-lirik lowongan pekerjaan di
tempat lain.
Suatu kali, sebuah International NGO yang bergerak di bidang
konservasi alam menawarkan pekerjaan yang sepertiga waktunya harus
dihabiskan di pulau-pulau kecil di Halmahera. Posisi yang ditawarkan
sangat bagus dan gajinyapun dua kali lipat dari gaji saya sebelumnya.
Gejolak hati saya pun langsung mengiyakan. Namun setelah lama
bergumul, saya diperhadapkan pada 2 pilihan, antara tujuan hidup atau
kelimpahan uang. Apabila menerima posisi itu, saya bisa bermandi uang,
tetapi tujuan hidup harus dikorbankan. Namun saya ragu, apakah benar
uang yang saya peroleh bisa membeli kebahagiaan anak-anak saat saya
berada di pulau terpencil tanpa akses untuk berkomunikasi.
Ketika saya merasakan pergumulan yang sangat berat, saya membagi beban
dengan kawan-kawan rohani, penginjil dan pembimbing rohani. Dari 8
orang yang saya jadikan teman curhat, 7 diantaranya tidak mendukung
saya untuk menerima tawaran kerja tersebut. Sayapun tidak berani nekad
karena saya percaya mereka dipakai Tuhan untuk membantu saya berpikir
masak-masak sebelum mengambil keputusan.
Suatu siang Pdt. Julianto mengundang saya untuk mendiskusikan rencana
pelayanan LK3 di masa mendatang. Ketika Pdt. Julianto memaparkan
rencana Counseling & Parenting Education, hati saya langsung berkata
"Inilah tempat bagi saya untuk belajar menjadi orang tua yang berkenan
di hadapan Tuhan". Ketika beliau membicarakan rencana workshop "How To
Forgive", saya hampir berteriak "Yes! Saya harus punya ketrampilan
forgive untuk membereskan kepahitan masa lalu. Saya ingin menikmati
hidup tanpa sakit hati"
Karena motivasi dasar pelayanan LK3 untuk menjadi agen penebus sangat
cocok dengan visi hidup saya, maka saya pun tidak menolak ketika Pdt.
Julianto mengajak saya bergabung di LK3 secara fulltime. Namun tidak
begitu lama, pergumulan baru mucul. Di satu sisi, saya sangat tertarik
dengan pelayanan LK3 . Di sisi lain, gaji yang ditawarkan hanya
setengah dari gaji saya sebelumnya. Sungguh tidak mudah bagi saya
untuk meninggalkan posisi yang cukup prestisius di lembaga bonafide
dengan standar gaji internasional, kemudian beralih ke lembaga kecil
dengan standar gaji lokal.
Pergulatan batin saya mulai berkecamuk. Hati saya ingin melayani
secara fulltime di LK3. Namun rasio saya mengatakan bahwa gaji yang
ditawarkan tidak akan mencukupi kebutuhan saya dan anak-anak. Ketika
hati saya semakin gundah, saya pun kembali berbagi beban kepada 18
kawan rohani, penginjil dan hamba Tuhan. Karena 16 orang sangat
mendukung saya untuk fulltime di LK3, maka saya pun berpikir sederhana
bahwa pelayanan di LK3 merupakan panggilan Tuhan.
Ketika saya mulai kuatir dengan tabungan yang semakin hari semakin
berkurang, Tuhan menggerakkan saya untuk membaca ulang email dari Job
Palar yang menuliskan "Sebuah lompatan, selalu membutuhkan tenaga.
Makin besar tenaga untuk melompat, akan semakin jauh jarak
lompatannya. Barangkali dengan full time di LK3 mbak Ning akan lebih
bisa mengaktifkan impuls-impuls yang selama ini kurang terlatih untuk
peka. Finansial selalu menjadi pertimbangan, tetapi kerja keras dalam
berkarya buat Tuhan akan selalu mendapat harga yang setimpal, Mbak.
Saya sendiri barangkali tak akan berani melakukan lompatan besar
segagah mbak Ning dan saya hanya akan kagum"
Senada dengan Job Palar, Budhe Farida Flahenda dari sebuah lembaga
pelayanan kristiani di Malang mengatakan bahwa memutuskan untuk
fulltime di LK3 berarti saya melangkah dengan iman. Dari sinilah saya
kembali diyakinkan bahwa selama saya berserah total dan bekerja keras
di dalam Tuhan, maka Tuhan tidak akan membiarkan saya dan anak-anak
mati kelaparan. Saya yakin bahwa kerja keras menggarap dan menabur di
ladang Tuhan pasti akan menghasilkan buah yang manis.
Keyakinan saya atas pemeliharaan Tuhan dalam hidup saya, tidak serta
merta membuat Tuhan menjatuhkan rejeki nomplok dari langit. Ketika
saya bersandar pada pemeliharaan Tuhan, Tuhan pun memberi saya akal
budi untuk mengelola hidup secara lebih bijaksana dan efisien.
Memang tidak mudah menerapkan sikap hemat tanpa merasa berkekurangan.
Namun saya tetap mencoba mengemas sesuatu yang tampaknya tidak enak
dengan bungkus yang indah. Setiap hari saya membawa bekal makan dari
rumah dengan dalih lebih bersih dan bergizi. Saya mengurangi konsumsi
daging, ayam dan makanan berlemak lainnya dengan dalih hidup sehat
tanpa kolestrol. Setiap pagi saya berjalan kurang lebih 600 m dari
perempatan Citra Land ke kantor LK3 dengan dalih olah raga pagi.
Ternyata hidup akan terasa ringan kalau kita menjalaninya penuh
keiklasan dan suka cita. Terlebih lagi kalau kita melakukannya dengan
iman.
* Manajer Operasional LK3
- Ningtyas's blog
- 6289 reads