Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Lampu merah & Lampu hijau

Rudy Dwiantoro's picture

Wow… berkat bulan ini 100juta….. :)
atau
Wah… bulan ini mesti bayar perpuluhan 10jt.  :(

Bertahun-tahun lalu, suatu pagi dini hari jam 4pagi, saya berangkat ke terminal bis, yang jaraknya kira-kira 40km dari rumah saya. Kakak saya datang berkunjung ke rumah kami, dan biasanya bis datang di dini hari. Pagi itu saya berangkat dengan terburu-buru, walau biasanya di pagi hari masih sepi, jalanan kosong, tapi kakak saya sudah kasih kabar bahwa akan sampai dalam 30menit di terminal.

Baru berangkat, hampir sampai di ujung jalan raya, dari jauh udah terlihat lampu traffic light masih hijau, saya injak gas, supaya segera lewat, tetapi kira-kira kurang 50meter, lampu sudah berubah jadi merah, dan memaksa saya berhenti.

Lampu hijau nyala, tancap gas, baru jalan 3menit, sampai di persimpangan berikutnya, lampu hijau, jelas terlihat di dini hari yang masih gelap saat itu, tetapi… kurang 100meter, lampu ituberubah jadi merah,.. betapa marahnya, sudah mau buru-buru, tapi kena lampu merah lagi,. saya hitung kira-kira 1 menit saya berhenti di persimpangan itu, baru jalan lagi. baru jalan sebentar, saya terhenti lagi di lampu merah berikutnya yang tadinya masih hijau, tepat sebelum saya lewat, lampu berubah menjadi merah lagi.

Pagi itu saya melewati 16 traffic light, dan semuanya saya terhenti tepat sebelum saya lewat, saya selalu di paling depan menunggu lampu merah berubah hijau. Hati ngomel begitu keselnya ama Tuhan,
‘kenapa dari berangkat sampai ke terminal selalu merah semua ?, kalau ada 1menit setiap kali berhenti, maka saya diem percuma selama 16menit ini tadi.’

Mengapa saya bisa ingat ada 16 lampu merah?, karena begitu keselnya, sehingga saya inget, selalu pengalaman yang jelek yang paling menempel, dan susah dilupakan.

Di hari yang lain, belakangan ini, saya pernah berangkat kerja dengan hati yang senang, seperti ingin memulai hari dengan yang gembira, dan kebetulan hari ini, dari saya berangkat sampai ke kuta tempat saya kerja, saya selalu mendapat lampu hijau. Pagi itu saya merasa bersyukur, jarang sekali bisa bersyukur, tapi saya lupa jumlah lampu hijaunya dan saya lupa kapan saya selalu mendapat lampu hijau dari berangkat sampai tujuan.

Tetapi kenapa pengalaman 16 lampu merah yang sudah bertahun-tahun lalu saya masih ingat ?
Mudah bagi kita melupakan hal hal baik yang pernah terjadi di diri , dan selalu mengingat hal hal buruk yang pernah terjadi.

Seperti halnya perihal lampu merah dan hijau tadi, seringkali kita berhitung saat mau menyerahkan kewajiban perpuluhan saya, saya hitung,

wow… segini besar yang mesti dimasukkan ke persembahan? wah belanja bulan ini berkurang banyak ya, coba kalau bisa kita pakai. Misalnya kita hitung berkat Tuhan bulan ini adalah 5juta, perpuluhan 500rb.
Wah, banyak juga ya mesti setor 500rb, wah belanja berkurang 500rb, coba kalau kita bisa pake, supaya bisa bayar ini, beli ini,beli itu, kebutuhan kita yang masih belum terbeli.
Kalau bulan itu, berkat Tuhan 10juta, kita hitung perpuluhan kita 1jt, Wow… 1jt, koq sayang ya kalau disetor,

Seringkali saya melihat 500rb, atau mungikin 1juta yang harus disetor ke kas Tuhan, saya melihat betapa besar yang menjadi tanggung jawab, kewajiban saya. Tetapi saya lupa melihat, bahwa kalau berkat yang saya sudah terima adalah 10kali lipat dari yang harus saya bayarkan, katalah 5juta atau 10jt sudah saya terima,
Seperti saya melihat betapa banyak lampu merah yang saya harus tunggu, tetapi saya selalu lupa berapa banyak lampu hijau yang pernah saya lewati tanpa harus berhenti dulu.

Kita juga sering lupa berkat kesehatan, berkat bisa bernafas dengan lancar, tidak sakit, berkat bisa menelan makanan dengan lancar, berkat bisa berada dengan ruangan ber-AC. kita lupa menghitung berapa lama kita bisa bernafas dengan enak, lupa menghitung berapa kali kita bisa menelan makanan kita. Sampai pada saatnya, saat kita pilek, susah bernafs, saat ada sariawan, membuat susah makan, saat listrik mati, sehingga tidak ada AC pendingin yang nyala.

Kalau kita menghitung dan mengingat itu, baru kita ingat betapa sering kita melupakan Tuhan, dan hanya mengomel, kembali ke Tuhan saat kita merasa tidak enak saja.

sering Lupa menghitung berkat, tetapi lebih sering menghitung kewajiban kita.

 

http://balioffice.wordpress.com/