Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kisah Seorang Anak Gembala
Ia hanyalah anak yatim piatu biasa yang mencari makan dengan bekerja sebagai gembala upahan di pengunungan Skotlandia. Ia dituduh membeli Alkitab bahasa Yunani untuk belajar sihir. Tuduhan berubah saat orang tahu ia mampu menguasai bahasa Perjanjian Baru tanpa belajar pada siapapun. Tuduhannya lebih keras, ia belajar bahasa Yunani langsung dari Setan. Setan sendirilah yang mengajarinya tata bahasa yang digunakan oleh para penulis Perjanjian Baru.
Cerita ini dimulai ketika seorang pemilik toko kaget karena seorang anak gembala bertelanjang kaki dan berpakaian compang-camping meminta Alkitab Perjanjian Baru bahasa Yunani. Anak yatim piatu ini berjalan sejauh 38 kilometer ketika mendengar ada sebuah toko menjual Alkitab dalam Bahasa aslinya.
"Apa yang mau kamu lakukan dengan buku itu?" tanya seorang profesor yang kebetulan berada di situ. Ikut kaget.
"Saya mau membacanya," jawab anak berumur belasan tahun ini dengan penuh percaya diri.
Banyak kesimpangsiuran tentang insiden toko ini. Ada yang berkata, si profesor menantang si anak, “Kalau kamu bisa membacanya, saya akan membelikan Alkitab ini untukmu.” Lalu si anak membaca bagian Injil Yohanes, kemudian pulang membawa sebuah Alkitab baru. Sumber lain berkata, si anak membelinya dengan uang yang selama ini ia sisihkan. Apapun itu, sejarah harus mengakui sekitar tahun 1738, di Skotlandia, seorang anak gembala yatim piatu pernah mendatangi sebuah toko buku, mencari Alkitab Perjanjian Baru bahasa Yunani.
Dengan Alkitab inilah ia mempelajari bahasa Yunani. Caranya, sambil mengembalakan domba, membandingkan ayat-ayat yang sama antara Alkitab Yunani dengan Alkitab Inggris. Mempelajari aksara Yunani dengan cara membandingkan nama-nama orang yang terdapat dalam ayat yang sama di kedua Alkitab serta mempelajari struktur kalimat dengan membandingkan kalimat asli dengan kalimat terjemahan. Dengan cara inilah ia bisa memahami struktur kalimat Yunani serta menguasai kosa katanya.
Tetapi kabar yang beredar lain. Orang bertanya-tanya bagaimana gembala yatim piatu ini mendapat pengetahuan tentang bahasa asli Alkitab. Penduduk yang masih berpikiran sederhana bertanya: Bagaimana caranya ia bisa menguasai bahasa yang tidak masuk akal ini? Mereka lalu curiga. Tentulah anak ini belajar langsung dari Setan. Ia pun didakwa dengan tuduhan mempelajari ilmu sihir. Tetapi pada tahun 1746 penatua dan diakon dari Abernethy menyatakannya tidak bersalah, meskipun demikian, pendetanya tidak mau menandatangani keputusan tersebut.
Gembala ini bernama John Brown, kedua orang tuanya meninggal saat ia masih berumur sekitar dua belas tahun. Dalam otobiografinya, ia menulis:
Ia (Allah) membiarkan saya sebagai yatim piatu tanpa satu keluarga pun di bumi ini yang bisa membantu. Ia memberi saya kesempatan belajar lebih daripada orang lain yang berkelimpahan; semua ini terjadi tanpa saya harus berutang atau bergantung pada siapapun.
Ia mengatakan dirinya belajar sendiri bahasa Yunani dan Ibrani dan Latin, serta beberapa bahasa yang lain. Tetapi menekankan, ini semua bukan karena ia lahir sebagai orang jenius. Ini semua karena ia belajar tekun dan tahu bagaimana caranya belajar. Orang-orang yang menuduh Setan yang telah menjadi gurunya tidak pernah mengetahuinya.
Ia belajar sambil mengembalakan domba-dombanya. Kemiskinan membuatnya harus belajar tanpa memakai buku tata bahasa Yunani. Ia telah membuat malu mahasiswa teologia dan pendeta yang mengabaikan Perjanjian Baru aslinya, padahal mereka memiliki guru, buku tata bahasa, dan leksikon di depan mata.
Akhirnya ia sekolah teologia dan menjadi profesor teologia. Sampai akhir hidupnya, ia menjadi pendeta di Haddington, Skotlandia, selama 36 tahun, profesor divinity selama 20 tahun, mengajarkan bahasa, teologia, sejarah gereja dan homiletika. Ia menulis buku A General History of the Christian Church, A Dictionary of the Holy Bible dan Self-Interpreting Bible, buku yang digunakan secara luas pada zamannya. Karyanya yang tidak terlupakan, The Systematic Theology of John Brown of Haddington, menjadi koleksi kebanyakan perpustakaan teologi besar dunia.
Sumber:
- Tony Reinke, The Systematic Theology of John Brown of Haddington, www.monergism.com, 2007
- www.daveblackonline.com
- anakpatirsa's blog
- 5760 reads