Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kisah orang bermasalah dengan pekerjaannya (2)
Hari ini saya tidak terlalu bersemangat untuk bekerja. Saya sudah mengajukan pengunduran diri sehingga saya tidak merasakan semangat lagi ketika mengerjakan tugas-tugas rutin. Memang untuk sementara beberapa tugas saya diambil alih oleh atasan saya. Hal-hal penting yang segera saya putuskan saat ini sudah bukan wewenang saya lagi.“Hallo, bisa bicara dengan Pak Rada?” Tanya dari seberang telpon.“Ya, saya sendiri. Ini siapa?” jawan saya.“Saya Safa dari departemen pelatihan. Saya dapat tugas dari Pak Anto untuk memberikan pelatihan khusus kepada Bapak. Apakah kita bisa memulainya hari ini?” “Bukannya kita akan mulai minggu depan, Pak?”“Saya kira semakin cepat semakin baik. Tentu saja saya meminta persetujuan Bapak. Seandainya Bapak bersedia…”“Baiklah, saya bersedia. Dimana kita akan memulainya?”“Saya yang akan ke ruangan Bapak.”“Baiklah saya tunggu. Terima kasih.” Saya pun menutup telpon. Perusahaan kami memang memiliki departemen pelatihan khusus. Saya teringat perkataan atasan saya, ”Sebuah perusahaan yang ingin menjadi besar maka perusahaan tersebut harus berkembang. Bukti berkembang adalah adanya departemen riset dan pelatihan. Perusahaan yang tidak memiliki dua hal ini akan selalu menjadi ekor.”Tidak lama kemudian pintu ruangan saya diketok. Ini pertama kalinya saya bertemu dengan Pak Safa. Memang departemen pelatihan baru dibuat satu tahun yang lalu. “Selamat siang Pak Rada. Sepertinya kita memang belum pernah bertemu. Perknalkan sama saya Safa. Ngomong-ngomong mengapa baru sekarang Bapak membutuhkan pelatihan dari kami?” Aneh, baru bertemu sudah nerocos. Mungkin itu sifatnya orang departemen pelatihan. Sama seperti departemen penjualan.“Sebenarnya saya tidak meminta pelatihan. Saya sudah mengajukan diri mau keluar dan disarankan untuk melakukan satu pelatihan. Lagi pula pelatihan ini supaya saya tidak jadi keluar kan? Pasti itu yang menjadi alasan utama.”“Mungkin seperti itu Pak tetapi tujuan pelatihan ini bukan supaya Bapak tidak jadi keluar. Boleh kita hanya panggil nama saja?”“Silahkan saya tidak keberatan.”“Baiklah Rada, saya ditugaskan memperlengkapi Anda tentang hal-hal lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan pekerjaan. Mari Rada, ikut saya. Kita akan jalan-jalan sebentar.”Kami pun pergi keluar kantor. Aneh, saya pikir saya akan tinggal dalam ruangan yang sempit dan mendengar semua wejangan-wejangan. Tetapi kami justru ke tempat pemancingan. Saya memang suka memancing tetapi itu lima tahun lalu sebelum saya sangat sibuk dengan pekerjaan saya. Maklum, target kerjaan begitu mengejar-ngejar saya sehingga saya tidak sempat lagi memancing.Saya pun memilih kail terbaik yang disewakan disana. Tidak lupa juga memilih umpan yang sangat digemari ikan. Tidak perduli itu lebih mahal tetapi pasti lebih mengasyikan.“Kapan Anda terakhir memancing?”tanga Safa.“Lima tahun yang lalu.”“Kapan Anda terakhir mendapatkan pelatihan?”“Satu tahun yang lalu sebelum saya mendapatkan posisi saya.”“Kapan terakhir Anda membaca buku?”“Empat tahun yang lalu.”“Mari kita cari tempat untuk memancing terlebih dahulu. Maaf, Rada, saya tidak terlalu suka memancing sehingga saya tidak tahu tempat yang tepat. Tetapi saya lebih suka di tempat yang teduh.”“Buat saya tidak masalah. Lagi pula ini kan di tempat pemancingan bukan di sungai. Tidak usah dirisaukan tentang tempat yang tepat.”Ternyata safa tidak terbiasa memancing. Berarti masih jagoan saya. Akan saya buktikan bahwa saya bisa memancing lebih baik daripada dia. Saya selalu terobsesi menjadi karyawan terbaik dan saat ini akan saya buktikan bahwa saya pemancing yang terbaik. Walaupun sudah lima tahun lalu saya memancing tetapi pasti saya masih bisa melakukannya.
Small thing,deep impact
- Sri Libe Suryapusoro's blog
- 3770 reads