Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kekuatan Kata-kata

Purnawan Kristanto's picture
Alkitab telah menegaskan bahwa kata-kata yang diucapkan oleh lidah kita memiliki kekuatan yang dahsyat. Entah itu kekuatan yang menghancurkan, atau kekuatan yang membangun. Penulis Amsal mengatakan, “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya” (18:21). Hal yang serupa disampaikan oleh Yakobus, “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi” (3:9-10).
Mengingat keampuhan kekuatan kata-kata, alangkah baiknya jika kita memanfaatkan kata-kata untuk tujuan yang baik. Misalnya kita berkata-kata untuk menghibur, menguatkan, memuji, menegur, menasehati dll. Seperti halnya ketrampilan lain, kita dapat memilikinya dengan membiasakan diri melakukannya dan dengan pertolongan Tuhan. Ajang berlatih yang paling tepat adalah di dalam keluarga.
Apa saja yang dapat dilakukan oleh perkataan kita untuk tujuan baik? Pertama, kata-kata yang bijaksana dapat menyembuhkan luka-luka yang diakibatkan oleh omongan yang sembarangan. Omongan seperti ini laksana pedang yang menggores luka dalam hati (Ams. 15:4).
Kedua, kata-kata yang yang baik menjadi sumber hidup berkelimpahan. (Ams.10:11,20;15:4). Ketiga, kata-kata yang ramah mampu meredakan amarah yang terjadi di dalam pertengkaran keluarga. “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.” (Ams.15:1)
Keempat, perkataan ramah dapat menyehatkan tubuh kita “Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.” (Ams.16:24). Kelima, perkataan yang baik mampu membesarkan hati yang khawatir (Ams.12:25)
Keenam, perkataan yang baik menyimpan kekuatan untuk melakukan persuasi. Dengan kata-kata-kata, kita dapat meyakinkan, membangkitkan motivasi dan menyalakan semangat hidup anggota keluarga kita. “Orang bijaksana dikenal dari pikirannya yang tajam; cara bicaranya yang menarik, membuat kata-katanya makin meyakinkan….Pikiran orang berbudi membuat kata-katanya bijaksana, dan ajarannya semakin meyakinkan”(Ams.16: 21,23).
Namun perkataan yang baik saja belumlah cukup. Masih ada dua komponen lagi yang mempengaruhi dampak dari ucapan kita, yaitu nada suara dan isyarat non-verbal. Yang dimaksud isyarat non verbal adalah gerak-gerik tubuh kita yang mengekspresikan perasaan dan keinginan kita. Agar maksud kita dapat tersampaikan dengan baik, maka ketiga komponen ini harus saling melengkapi. 
Jika ketiga komponen ini justru saling bertolak belakang, maka pesan yang disampaikan malah dapat membingungkan lawan bicaranya. Contohnya begini: ucapan "Baik sekali perbuatanmu", jelas mengandung kata-kata yang positif. Akan tetapi jika kalimat ini diucapkan dengan nada suara yang sinis, maka maknanya berubah total. Contoh lain, seorang Ayah bertanya pada anaknya yang pulang sekolah, "Bagaimana sekolahmu hari ini? Dapat nilai berapa?" Kita dapat membayangkan Ayah ini sangat menaruh perhatian pada pendidikan anaknya. Akan tetapi apa yang Anda bayangkan jika pertanyaan itu dilontarkan sang Ayah sambil asyik membaca koran, dia tak berpaling sedikit pun dari baris-baris berita itu? Sebuah penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang berhasil terdiri dari 7% isi pesan(kata-kata), 38% nada suara dan 55% komunikasi non verbal.
Nah, sekarang mari memeriksa diri kita, apakah selama ini kita sudah berkata-kata dengan bijak, ramah dan manis didengar? [purnawan]
 

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways