Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Jangan Mau Dibohongi Pakai Santa Claus
sekarang ini di mana-mana banyak beredar pria tambun berjubah merah, bertopi merah putih
ada juga kloningannya, yaitu para pramuniaga, pramusaji dan kasir di toko dan restoran yang bertopi sama dan seragam bernuansa merah
kata orang-orang pria berperut semangka berjanggut putih itu bernama Santa Claus
orangnya murah hati, suka bagi-bagi hadiah, terutama untuk anak-anak
dalam gambar biasanya dilukiskan Santa Claus mengendarai kereta salju yang ditarik beberapa rusa
tumpukan parsel menggunung, siap diantarkan ke orang-orang yang sudah mengajukan permintaan kepada Santa
katanya, Santa bisa datang kapan saja, terutama ketika mereka yang menunggunya sudah terlelap
pagi hari di bawah pohon natal atau di sebelah kasur tidur Santa akan meletakkan hadiah impian
pria tambun berjubah merah berjanggut putih sering disebut sebagai Bapak Natal
datangnya selalu pada musim natal, namanya disebut-sebut di banyak lagu natal
seakan-akan tanpa Santa tak ada natal, seakan-akan tanpa gambar Santa kartu ucapan dan pesan elektronik menjadi tidak sah
orang-orang yang merayakan natal menjadikan Santa Claus sebagai ikon
anak-anak diingatkan berkelakuan baik agar Santa mau mampir dan memberikan hadiah
orang-orang yang tak merayakan natal memandang Santa Claus dengan setengah curiga
jangan-jangan hadiah dari Santa adalah jebakan untuk memurtadkan mereka yang lemah iman
belum lagi para pemilik perusahaan mewajibkan pegawai berpakaian ala Santa meskipun mereka tak ikut natalan
suara tawa "ho...!ho...!ho...!" Santa Claus menggema di mana-mana
orang-orang riuh berebut menyalami atau minta berfoto selfi
mulai dari gedung perayaan natal hingga pusat perbelanjaan dan hotel bintang lima
Santa Claus mengambil panggung natal dan menggusur palungan kumuh yang kelihatan salah tempat
natal masa kini lebih banyak menjadi perayaan para hedonis, tak lagi harus dikaitkan dengan kelahiran Juruselamat Dunia
natal sekarang adalah tentang sukacita sekaligus hura-hura, atau mungkin terutama tentang hura-hura
sebab itu, natal dirayakan dimana-mana, bukan cuma di gereja
natal jadi tanda waktu untuk berbelanja jor-joran di Jakarta, Bangkok, Tokyo, Los Angeles, Paris, hingga ke Dubai
juga untuk menghamburkan uang dan menikmati hidup di restoran mewah atau di resort mahal
musim natal bukan waktu yang tepat untuk memikirkan nasib anak-anak Rohingya, Aleppo, Pidie Jaya dan Sinabung
natal adalah Santa Claus yang datang untuk bagi-bagi hadiah di dalam keranjang belanjaan
bukan lagi tentang Tuhan yang melawat umatNya dan menggenapi janji penebusan dosa
mesin bisnis tak peduli Santa Claus cuma legenda atau memang sosok historis
yang penting, karena Santa bisa menjual dan bisa dijual, maka Santa akan selalu hadir di akhir tahun
mesin bisnis sangat netral terhadap agama, karena nilai rupiah tak tergantung agama orang yang hendak membelanjakannya
sekarang penjaga toko berseragam Santa, Februari nanti berdandan cheongsam, dan pertengahan tahun depan berbaju gamis dan kerudung
jika kemegahan natal diukur dari kerasnya dentuman lagu "Jinggle Bells" di sepanjang distrik komersial,
atau semaraknya lampu kelap-kelip di seluruh penjuru kota,
atau royalnya Santa membagi-bagi hadiah dan memberikan diskon belanja,
apakah yang tersisa dirayakan di gereja-gereja?
apakah makna natal yang sesungguhnya masih dipahami oleh orang yang percaya pada Sang Terang Dunia ketika mereka ikut memakai topi Santa Claus ?
------- XXX -------
- guestx's blog
- Login to post comments
- 3878 reads