Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Di Dalam Sumur
Suatu senja di musim kemarau, di tahun 80-an, dua orang anak bandel mengendap-endap di sawah yang ditanami jagung. Niat mereka mencuri jagung-jagung muda untuk dibikin jagung bakar dan disantap bersama-sama.
Asyik memilih-milih jagung, salah satu anak itu tercebur ke dalam lubang semacam sumur yang biasa dibuat petani di tengah sawah untuk memperoleh air tanah saat musim kemarau. Lubang itu tidak dalam, hanya sekitar 2 meter dengan diameter sekitar 60 cm. Airnya juga tidak dalam, hanya sekitar 80 cm. Tapi bagi anak klas 6 SD yang tingginya cuma 110 cm, lubang itu cukup dalam dan sangat membuat panik. Anak itu berteriak-teriak minta tolong. Untung temannya mempunyai akal yang cukup cerdas. Diambilnya sebilah bambu panjang yang dijadikan pagar sekeliling tanaman jagung itu, lalu dengan bilah bambu itu ditariknya teman yang tercebur sumur itu keluar.
Dengan luka-luka karena tergores bambu di telapak tangan, dan bengkak di kaki karena terkilir saat tercebur di sumur, itu cukup membuat mereka kapok.
Anak yang tercebur sumur itu adalah aku, di masa kecilku, ketika sedang bandel-bandelnya. Benar-benar tak terkatakan rasanya saat berada di dalam sumur itu, sakit bercampur panik dan ketakutan.
Dalam Kitab Kejadian 37:24, Yusuf, diceburkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, bukan karena Yusuf bersalah, tetapi karena saudara-saudaranya marah gara-gara mimpi Yusuf. Ketika di dalam sumur itu sebenarnya Allah sedang mengajar Yusuf untuk selalu berharap pertolongan “dari atas”. Ketika di dalam sumur, memang kita hanya bisa memandang ke atas untuk memperoleh pertolongan karena di depan, belakang, dan samping kiri-kanan kita tak ada jalan keluar.
Di dalam kehidupan kita, seringkali kita menghadapi situasi seperti tercebur ke dalam sumur. Mentok kiri, kanan, depan, belakang. Kesulitan dan masalah yang kita hadapi seolah tak ada jalan keluar. Tapi ingat, masih ada satu jalan keluar yaitu “DARI ATAS”, dari Allah sendiri. Berharaplah selalu pertolongan “DARI ATAS” maka akan selalu ada jalan keluar. Itu kalau kesulitan-kesulitan dan masalah yang kita hadapi bukan karena kesalahan-kesalahan kita.
Lalu bagaimana kalau kesulitan dan masalah itu terjadi karena kesalahan kita sendiri? Ada cerita dari Hikayat 1001 Malam yang mungkin sudah pernah Anda dengar. Ceritanya mengenai Nasrudin dan keledai tua. Begini penggalan ceritanya : Nasrudin mempunyai seekor keledai tua yang sudah rabun matanya. Suatu hari keledai itu tercebur ke dalam sumur yang sudah tak berair. Ketika Nasrudin mengetahui bahwa keledainya tercebur ke sumur itu, dia tak berniat menolongnya tetapi berniat akan mengubur keledainya di dalam sumur itu. “Sekalian saja dikubur, toh keledai itu sudah tua dan tak berguna” begitu pikir Nasrudin. Maka dia minta bantuan seorang tetangganya, kemudian Nasrudin dan tetangganya memasukkan tanah ke dalam sumur itu. Keledai tua itu panik dan berteriak-teriak ketika berkeranjang-keranjang tanah menimpanya. Tetapi keledai itu kemudian malahan mendapat akal. Ketika tanah itu menimpa punggungnya, dikibaskannya tanah itu kemudian diinjaknya. Demikian terus-menerus, keledai itu perlahan-lahan naik dengan berpijak pada tanah yang dihamburkan Nasrudin ke atas punggungnya, akhirnya ketika sumur itu sudah hampir penuh dengan tanah, keledai itu bisa melompat keluar dan selamat.
Kalau kita menghadapi masalah karena kesalahan sendiri, belajarlah pada keledai si Nasrudin itu. Pertolongan tetap datangnya “dari atas”. Mungkin berupa “tanah / kotoran” berbentuk cemoohan dari orang di sekitar kita. Tapi “kebaskanlah” itu, jadikan sebagai pijakan untuk introspeksi dan menyadari kesalahan, kemudian bertobat. Pasti kita akan bisa keluar dari masalah dan kesulitan kita.
- widdiy's blog
- Login to post comments
- 3668 reads