Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Berani kehilangan uang Anda

Sri Libe Suryapusoro's picture

Hukum yang aneh, “siapa kehilangan mereka justru mendapatkan.” Dalam keuangan hokum  yang sama pun berlaku. Buat mereka yang tidak mau kehilangan maka mereka justru tidak akan mendapatkan.

Sebuah kisah yang sebenarnya sering diceritakan. Seekor kera mengambil kacang yang ada di dalam kendi. Tangan kera tersebut bisa masuk tetapi begitu menggenggam kacang maka tangan kera tersebut tidak akan bisa keluar. Kera tersebut tidak mau kehilangan maka dia justru kehilangan nyawanya.

Ketika saya melihat adik saya memegang tanah, tidak mungkin bagi saya memberikan coklat kepadanya. Bukan karena saya pelit, tetapi saya tidak mau coklat itu bercampur dengan tanah. Saya akan meminta adik saya mepelaskan tanah, lalu mencuci tangan barulah saya memberikan coklat. Sering kali Tuhan berlaku sama. Dia tidak memberikan yang terbaik karena kita tidak mau melepaskan yang lama. Kita terus menunggu yang terbaik, terus berdoa, terus memohon tetapi Tuhan tidak pernah berikan. Sebabnya justru karena kita tidak mau melepaskan yang lama.

Keberanian kehilangan uang justru didapatkan oleh mereka yang tidak tergantung pada uang. Bagaimana cara mengetahuinya? Apakah Anda melakukan perpuluhan dengan rutin? Perpuluhan sebagai salah satu bukti bahwa kita berani kehilangan uang kita. Saya tidak setuju memberikan perpuluhan sebagai bagian dari menabur. Dengan kata lain mengharapkan Tuhan mengembalikan berlipat-lipat ketika kita memberikan perpuluhan. Saya lebih suka jika perpuluhan diberikan sebagai bukti kita lebih mengandalkan Tuhan daripada uang kita.

Alasan orang yang tidak memberikan perpuluhan adalah mereka merasakan kurang uang untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan kata lain orang tersebut lebih mengandalkan uangnya daripada Tuhannya. Jika kita memberikan perpuluhan itu sebagai bukti bahwa walaupun kita kekurangan kita tetap mengandalkan Tuhan dalam memenuhi kebutuhan kita. Selain itu, sepersepuluh harta kita memang hak Tuhan untuk mereka yang melayani Tuhan, yang miskin atau yang tersingkirkan. Jika orang tidak memberikan perpuluhan berarti dia tidak berani untuk kehilangan.

Kalau kita melihat, setiap resiko besar pastilah menghasilkan keuntungan yang besar. Misalnya, saya membeli seekor sapi dengan harga 4,1 juta. Sapi tersebut bisa saja mati, atau ada masalah lain sehingga saya kehilangan uang modal saya (seperti kasus kambing saya). Seandainya saya tabung ke bank, pastilah uang saya akan tetap. Hanya saja, setahu saya, jika uang tersebut tidak saya apa-apakan, maka uang akan terus berkurang. Beberapa bank hanya mempunyai bunga 4% satu tahun dan pajak atau biaya lain lebih besar dari bunganya.

Berani kehilangan juga bukan berarti kita asal saja melakukan investasi. Teman saya pernah mencoba main saham. Pada awalnya dia mengalami keuntungan cukup besar. Karena tergiur keuntunagn tersebut maka dia mencoba lagi. Akhirnya dia benar-benar kehilangan sekitar 30 juta. Itu karena salah perhitungan dan dia mulai mencari uang yang banyak (tidak lagi mempertimbangkan dengan baik). Saya juga pernah ditawari ivestasi sapi dengan keuntungan yang menggiurkan. Masalahnya, usaha tersebut ada di pulau lain dan saya tidak mungkin mengontrolnya. Saya juga tidak mengenal orang yang akan menjalankan usaha itu. Tentu saja saya menolak.

Beberapa tips untuk memulai usaha dengan keberanian kehilangan tetapi mengurangi resiko:

  1. Lakukan usaha di bidang yang Anda kuasai. Misalnya, saya sangat mengusai tulis menulis, maka untuk menulis sesuatu saya tidak membutuhkan partner lain. Tetapi berbeda jika saya harus memulia usaha penerbitan misalnya. Saya tidak menguasai bidang tersebut.
  2. Jika bidang tersebut tidak Anda kuasai, carilah partner yang menguasai bidang tersebut. Misalnya, saya tidak mengetahui tentang sapi, mana sapi yang baik, bagaimana cara merawatnya dsb. Karena itu saya hanya membeli lalu perawatan saya serahkan sepenuhnya ke ayah saya. Saya tidak akan ikut campur karena memang saya tidak menguasai.
  3. Partner harus orang yang sudah kita kenal dan mempunyai hubungan yang baik. Banyak janji yang akan diberikan oleh partner kita dan keuntungan yang luar biasa besar tetapi banyak pula yang tertipu. Kita harus mengenal karakter mereka supaya kita tidak pernah tertipu.
  4. Bicarakan aturan main kepada partner sebelum memulai usaha. Satu hal yang saya benci adalah orang yang suka berebut uang. Tetapi mau tidak mau saya harus membicarakannya di awal usaha saya. Walaupun itu juga dengan ayah saya, saya tetap memberitahu bagaimana cara membagi keuntungan. Begitu juga apa yang menjadi tanggung jawab saya dan apa yang menjadi tanggung jawab partner.
  5. Lakukan riset terlebih dahulu. Ketika saya memulai usaha untuk membuat acara TV maka saya melakukan riset kecil-kecilan. Tidak harus kita merekrut periset khusus, cukup tanyakan ke orang-orang yang Anda kenal tentang beberapa hal yang Anda rencanakan. Ceritakan kepada mereka dan dapatkan respon mereka. Minimal kita memiliki konsumen yaitu mereka yang mendukung ide-ide kita.
  6. Pikirkan alternative lain. Sebelum memulai usaha, kita harus memikirkan alternative-laternatif yang mungkin kita lakukan. Misalnya, saya memikirkan altrenatif untuk menjual hasil film tersebut sebagai media pelatihan buat gereja atau lemabag pelatihan lainnya. Paling tidak, jika stasiun TV tidak mau membeli saya sudah memiliki pembeli lain. Kita harus memiliki minimal dua alternatif penjualan.
  7. Perlakukan mereka yang terlibat dengan baik. Jangan sampai orientasi kita hanya keuntungan atau kemajuan usaha kita sehingga kita lupa membayar orang-orang yang terlibat dengan layak. Prinsip saya, bayar sebesar mungkin yang bisa saya lakukan. Bahkan saya yang tadinya merencanakan 4 episode saya ubah menjadi tiga episode supaya mereka mendapatkan bayaran yang layak.

Selamat membuka usaha. Jangan takut kehilangan uang tetapi tetap bijak dalam mengelola uang.

__________________

Small thing,deep impact