Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Apakah kita mau bangun saat Jam Weker berbunyi?

Rudy Dwiantoro's picture

Pernahkah kita menggunakan jam weker untuk membangunkan kita di jam-jam yang kita inginkan?
Tentu hampir semua orang pernah menggunakan jam weker.
Apakah kita segera bangun saat jam weker berbunyi,  atau mematikan jam weker dan kemudian tidur lagi?

Seringkali saya terbangun saat jam weker yang keras, yang sengaja saya set di pagi hari, tetapi tidak jarang, saya kembali tidur lagi. Saking seringnya mengabaikan jam weker ini, sampai-sampai saya tidak lagi terbangun saat jam weker ini berbunyi.
Di beberapa film komedi, pernah diilustrasikan, sampai banyak jam weker di-set berselang 5 menit untuk memastikan orang bisa bangun, setelah mematikan jam weker yang pertama.

Seringkali, kalau kita mengabaikan jam weker, tubuh dan telinga kita seakan beradaptasi, tidak lagi bereaksi kalau jam weker itu berbunyi, seperti halnya orang yang tinggal di pinggi jalan raya, di pinggir rel kereta api, mereka tetap bisa tidur nyenyak walaupun banyak suara berisik di pagi hari, ada kereta lewat, tukang sayur lewat, tetap bisa tidur. Kenapa ? Karena pada saat pertama mendengar suara berisik, kita mengabaikannya, dan lama-kelamaan menjadi kebal.

Pernahkah kita mendapat suara panggilan untuk berdoa ? Saat kita lagi nonton TV, tiba-tiba ada dorongan untuk berdoa, untuk mendoakan teman, atau family. Tetapi seringkali, karena bagusnya acara TV, atau karena kita enggan, kita mengabaikan suara panggilan itu. Padahal itulah suara Tuhan yang memanggil kita untuk bercakap-cakap denganNya. Apakah kita mengabaikan suara itu ? Ajakan, diingatkan untuk berdoa ?

Memang sulit kita mendengar suara Tuhan, apalagi yang audible, berapa banyak kita sering mengabaikannya, semoga kita tidak mengabaikannya, supaya kita tidak lagi kebal dengan panggilan dan suara Tuhan. Makin sering kita menjawab panggilanNya, ajakanNya untuk ‘bangun’ dari tidur kita, bangun dari kesibukan kita, bangun dari asyiknya nonton TV, tentu kita akan lebih peka.
Sehingga, kita tidak perlu jam weker dengan suara keras, cukup dengan suara pelan, lembut, musik lembut, sudah bisa membangunkan kita dari ‘tidur’ kita.

Kita rindu Tuhan berbicara kepada kita, kita rindu Tuhan bercakap-cakap dengan kita, tapi seringkali kita ogah ‘bangun’ saat Tuhan datang…..

 

http://balioffice.wordpress.com/2009/09/16/apakah-kita-segera-bangun-saa...