Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Air Mata Perpisahan
Aku rindu padamu Anne…
Begitu suara hatiku berkata, kulihat sekumpulan burung bersiap pulang kembali ke sarangnya, gemercik air semakin perlahan dendangkan lagu perpisahan, sinar mentari pun dengan perlahan menarik sinarnya di lembah hijau yang asri ini. Tinggalah aku seorang diri duduk di bawah pohon, terhanyut dalam pengembaraan disahara luas alam renunganku. Mencari kembali gambaran dirinya yang kini samar dalam hatiku, mengendus kembali harum nafasnya di antara desiran bayu, adakah lukisan dirimu tersibak di antara sayap-sayap awan di balik bukit?
Aku rindu padamu Anne…
Tahukah engkau?...jiwaku menderita karena perpisahan, tapi kembali terhibur oleh cinta yang mengubah rasa sakit menjadi suatu kenikmatan, dan kepedihan menjadi suatu kebahagiaan. Ketika cinta telah menyatukan kedua hati kita, dan kita memandang kembali hari ketika kedua hati ini disatukan oleh keagungan nafas Tuhan. Walau kini penghiburanku adalah airmataku yang terus mengalir, tidak ada yang menemaniku selain harapan engkau akan segera kembali kepadaku. Pada gemintang ku tautkan satu asa, pada sang waktu yang perkasa ku tuliskan pintaku dan kepada langit ku torehkan satu kalimat “aku akan tetap menantimu, Anne”.
Anne yang kukasihi,
Kutahu betapa besar perlawanan engkau terhadap takdirmu, tetapi yakinlah engkau takkan mampu melawan keperkasaannya, terimalah semua itu dengan segenap kelapangan dadamu, jangan biarkan airmata sucimu ternoda kebencian hatimu, ketahuilah Anne kusayang…cinta dan airmata adalah perlambang kesucian hati, kelak ia akan datang mempersatukan benih cinta suci kita tepat pada waktunya. Aku tahu kekasihku, betapa resah hatimu dan betapa terlukanya hatimu, namun percayalah takdirmu tak akan memisahkan cinta kita.
Anne yang tercinta,
Ku tahu saat ini derai airmatamu mengalir dari bilik matamu yang jelita, hapuslah derita hatimu dengan sukacita penuh pengharapan, ingatlah selalu kasihku, sejauh mata memandang disanalah benih cinta kita tersemai. Bukalah hatimu untuk menerima pilihan ayah dan ibu mu, kebahagianku yang terdalam adalah betapa engkau membaktikan jiwa dan hatimu yang suci kepada mereka. Kesukaan ku adalah melihat engkau membuang kebencian hatimu kepada mereka. Ingatlah cantikku…hormatilah kelak ia dan kasihilah ia, karena dengan itu tak sia-sia lah airmata deritaku. Kasihku…aku akan tetap bersama dengan semua cinta dan mimpi-mimpi kita dan biarkanlah aku untuk menjalani takdir hidupku. Kebersamaanmu dalam kehidupan ku adalah suatu masa yang teramat indah dalam nadi jiwaku, perpisahan denganmu adalah suatu masa yang mengharukan relung hatiku, namun percayalah kasihku, aku tetap bahagia kala ku dapat melihat senyummu tetap merekah disepanjang masa hidupmu.
Tak terasa waktu berjalan laksana hantu yang melintasi di kegelapan malam, seperti iring-iringan menyanyikan lagu sedih meratapi kedukaan. Pemuda itu lalu bangkit dan ia menyematkan sehelai kertas pada sebuah botol dan ia selipkan diantara batang pohon tepat diatas ukiran namanya dan kekasihnya. Ia percaya suatu saat nanti surat terakhirnya akan sampai kepada kekasihnya yang kini telah jauh dari sisinya…dan dengan suara lirih ia ucapkan”Selamat malam Anne kekasihku….”
Belum ada user yang menyukai
- arsyimanuel's blog
- Login to post comments
- 4090 reads