Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Rahasia

Pak Tee's picture

      Kencanku malam ini sungguh mendebarkan hatiku. Bukan karena dia bukan suamiku, tetapi lebih karena keingin-tahuanku yang meluap, apakah benar Fitri itu anak suamiku juga? Apakah Simon tahu tentang hal ini? Kenapa Simon juga tidak setuju terhadap hubungan Doni dan Fitri?

      Aku menghela nafas. Rumah makan ini terletak di daerah pedesaan, lebih dari lima belas kilometer dari kota Yogya. Suasana di sekitar rumah makan ini memang romantis. Danau buatan di depan gubuk tempat aku duduk, airnya tampak berkilauan memantulkan cahaya lampu dari gubuk-gubuk yang mengelilinginya. Simon belum datang. "OTW!" katanya ketika kuhubungi. Aku tersenyum. Seorang perempuan bersuami menunggu seorang laki-laki lain di zaman ini, anehkah?

      Sebenarnya Simon bukan orang lain! Dia sahabat kami saat kuliah. Bahkan secara diam-diam dulu aku pernah merasakan sinyal-sinyal cintanya. Tapi mungkin karena Simon introvert, dia tidak mau bersaing dengan Bimo, suamiku sekarang. Play boy itu memenangkan hatiku. Memang sih, lelaki nakal itu selalu lebih menarik daripada lelaki alim macam Simon. Selain pandai merayu, terus terang saja, Bimo adalah lelaki tajir. Untuk menikah, lelaki mapan memang selalu menarik bagi seorang perempuan.

      Aku minta Simon datang ke Yogya malam ini karena kebetulan suamiku sedang ada pertemuan dengan main dealer di Jakarta. Simon juga tahu itu karena dia BM cabang perusahaanku di Semarang. Jadi status Simon sebenarnya adalah karyawan suamiku. Nah..., itu dia sudah datang. Aku lihat mobilnya memasuki halaman parkir.

*****

      Setelah berbasa-basi sejenak, pesan menu masakan... aku langsung ke pokok masalah. "Kenapa kau tidak setuju dengan hubungan Doni dan Fitri?"

      "Karena.... kupikir sebaiknya kau tanya suamimu!"

      "Dia sudah mengaku dosa padaku!"

      "Jadi kau sudah tahu kalau mereka bersaudara?"

      "Ya!"

      Aku termenung. Doni anak lelakiku satu-satunya dengan Bimo, sedangkan Fitri anak kedua, anak bungsu Simon dengan Ndari, istrinya. Mereka pacaran. Kemarin Bimo mengaku dosa padaku, bilang kalau Fitri itu anak kandungnya juga. Berarti dia selingkuh dengan Ndari. Sekalipun sakit hati aku tidak bisa percaya begitu saja dengan Bimo. Bimo pintar ngomong, dan diantara sahabat mungkinkah hal itu terjadi? Jika ya, betapa teganya!

      "In...., maafkan aku ya...?" Simon berkata lirih.

      "Em.... " Aku tidak mengerti apa yang dikatakannya. Pikiranku sedang mengembara.

*****

      "Kau tidak marah?" aku tanya Simon.

      "Marah? Marah dengan siapa?"

      "Dengan Istrimu, dengan Bimo! Bukankah mereka berselingkuh?"

      "Siapa bilang?"

      "Lho....? Jadi? Bukankah mereka bersaudara?"

      "Siapa?"

      "Doni dan Fitri!"

      "Ya....?!"

      "Aku jadi tidak mengerti...."

      "Kupikir kau sudah tahu, kupikir Bimo sudah cerita seluruhnya kepadamu....!"

      "Jadi masih ada yang disembunyikannya daripadaku?"

      "Sebaiknya kau tanya Bimo!"

      "Tidak! Kau yang harus menjelaskannya padaku!"

      "Aku tidak bisa mengatakannya padamu! Kecuali seijin Bimo!"

      "Oke, kalau begitu!" Aku mengeluarkan HPku dari dalam tas, dan mulai menekan beberapa tombolnya.

      "Apa yang kaulakukan?"

      "Menghubungi Ndari!"

      "Untuk apa?"

      "Tidak apa-apa....! Sekedar cerita bahwa saat ini aku tengah berkencan dengan suaminya!"

      "Gila, kamu!" Simon merebut HPku.

      "Jadi kau katakan semuanya, atau.... "

      "Baiklah! aku menyerah!" Simon mengembalikan HPku, aku menaruhnya di atas meja.

      "Katakan! Fitri itu anak Bimo atau bukan?"

      "Bukan!"

      "Kalau bukan..... kenapa Bimo bilang kalau mereka bersaudara? Jadi Fitri itu anak siapa..... dan apa hubungannya dengan Doni?"

      "Fitri itu anakku!"

      "Lalu.... apa hubungannya dengan Doni....?" Terus terang aku bingung dan tak mengerti.

      "Doni? Doni itu anakku juga!"

      "Apa.....?" Rasanya aku tak percaya mendengar kata-kata Simon. "Bagaimana mungkin? Aku harap kau tidak ngaco! Doni itu anakku, aku yang melahirkannya!"

      "Dulu kupikir rencana Bimo itu sempurna. Tidak akan ada yang tahu. Aku tidak pernah menyangka kalau mereka berdua bisa dekat, bahkan berpacaran. Siapa menyangka? Aku di Semarang, dan kau tinggal di Yogya, keluarga kita cukup berjauhan. Tapi..... ya....., mungkin Tuhan memang mau aku membuka tabir ini..... "

      "Stop! Kapan aku berzinah denganmu? Mimpi barangkali....? Kalian lelaki memang tidak ada yang benar....! Bimo mengaku Fitri itu anaknya, dan kau mengaku Doni itu anakmu...... Coba, mana yang benar?"

      "Aku mau tanya padamu, berapakali kau main tutup mata dengan suamimu di atas ranjang? Variasi atau main drama? Bahkan beberapakali tidak hanya matamu yang dibebat, kaki dan tanganmu pun diikat. Ingat? Nah, ketika dia keluar, aku dimintanya masuk untuk menggantikannya. Tidakkah kau rasakan perbedaan itu?"

      "Deg! Jantungku seolah berhenti berdetak. "Lalu buat apa Bimo berbohong padaku?"

      "Melindungi egonya, ego seorang laki-laki....!"

      Aku terdiam. Mana yang harus kupercaya?

      "Dulu kupikir inilah satu-satunya keunggulanku dari Bimo, bisa membuatmu hamil. Tapi jika waktu bisa kuputar ulang, aku tak ingin melakukannya. Aku telah melukai dan menghancurkan hati kedua anakku. Aku juga telah melecehkan perempuan yang dulu pernah kucintai. Aku tidak memuliakannya, sekalipun aku telah membuatnya sempurna sebagai wanita..... menjadi seorang ibu. Aku menyesal sekalipun secara finansial Bimo telah menyerahkan showroom cabang menjadi milikku!"

      Aku tidak tahu mesti bilang apa. Aku juga tidak tahu kalau showroom yang di Semarang sudah berpindah tangan. Aku tak tahu, karena sampai hari ini secara managerial Semarang masih di bawah Yogya.

      "In, maafkan aku. Terus terang sudah lama aku ingin jujur padamu. Tapi aku tak pernah berani. Awalnya dulu aku juga menolak rencana gila Bimo itu, tapi Bimo terus mendesakku. Dan kuakui, aku mulai tertarik ketika Bimo menunjukkan surat hasil laboratnya. Dia sama sekali bukan lelaki subur. Hatiku bersorak saat itu. Ini peluangku, ini kelebihanku! Maafkan aku, In..... "

      Selera makanku padam. Aku mengambil beberapa lembar uang, menaruhnya di atas meja. Memasukkan kembali HPku ke dalam tas dan segera bergegas menuju mobilku. Simon hanya diam memandangku. Aku tahu, aku bisa menguji kebenaran cerita Simon dengan test DNA. Tapi kupikir aku tak perlu melakukannya.

 

__________________

Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!

widdiy's picture

wow.....

Saya selalu suka kalo Pak Tee posting cerpen-cerpennya....mantaps....