Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Jangan Menghakimi

Mauli Siahaan's picture

JANGAN MENGHAKIMI

Matius 7 : 1 – 5

 

          Bagi seorang pengikut Kristus, dituntut adanya sinkronisasi antara ibadah dan kehidupan keseharian, karena perilaku dan tindakannya merupakan ibadahnya yang sesungguhnya. Karena itu seorang Kristen tidak dapat memilah-milah hidupnya dalam peranannya baik sebagai seorang karyawan, kepala keluarga ataupun sebagai warga gereja misalnya. Kepercayaan kepada Yesus akan tercermin dalam kehidupannya secara utuh; sehingga iman atau percaya itu bukan hanya sekedar slogan namun identik dengan perilaku, tindakan perbuatan maupun perkataannya. Karena “orang benar akan hidup oleh iman” (Roma 1:17), maka “hidup” dan “iman” itu haruslah konsisten.

 

          Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengajar murid-muridnya untuk tidak hanya melihat orang lain melainkan juga terlebih melihat kepada diri mereka sendiri. Tuntutan untuk hidup sempurna seringkali membuat seseorang bersikap kritis dan menghakimi bahkan menghukum orang lain. Seringkali seseorang menilai orang lain dengan ukuran yang sangat ketat, sementara jika ia menilai dirinya sendiri ukuran itu menjadi sangat longgar. Ini adalah sikap yang berbahaya, karena jika kita berpegang kepada norma-norma kekristenan, kita tidak berwenang untuk bersikap demikian. Karena satu-satunya yang berhak atas penghakiman adalah Allah sendiri.

 

          Benarkah kita tidak boleh mengkritik, menjadi hakim atau mengingatkan kesalahan orang lain? Jika kita melihat dalam Alkitab, Yesus seringkali mengkritik orang-orang Farisi. Yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sebenarnya adalah untuk tidak mencari-cari kesalahan atau kelemahan orang lain. Dahulukan untuk melihat kepada diri kita sendiri, dan sadarilah siapa kita di hadapan Tuhan. Dengan demikian kita akan dapat memahami atau mengerti orang lain.

 

           Permasalahan dan pertengkaran seringkali dipicu oleh keinginan untuk mencari-cari kesalahan antara satu dengan yang lain. Inilah yang seringkali membuat suatu persekutuan atau komunitas – baik itu di dalam rumah, kantor, kehidupan sosial atau pun gereja – menjadi hancur. Karena ‘kesalahan’ selalu pasti ada dalam setiap manusia, maka kita haruslah berusaha untuk menelusuri hal-hal yang positif, yang baik, yang akan membangun orang lain. Ingatlah bahwa sikap menghakimi tidak akan pernah dapat menyelesaikan masalah.

 

Mengapa kita tidak diperbolehkan menghakimi?

 

Karena kita tidak mengetahui persoalan yang sesungguhnya.

        Dalam menilai orang lain, seringkali seseorang menempatkan dirinya pada tempat yang salah, tempat yang bukan miliknya. Kadangkala kita terlalu cepat menilai sesuatu tanpa mengetahui alasan orang lain dalam melakukan suatu tindakan. Padahal tidak seorangpun mengetahui beratnya pergumulan orang lain dalam menghadapi sesuatu. Jika saja kita mengetahui seluk beluk yang telah dilewati dalam perjalanan hidup seseorang maka kita tidak akan mudah mengeluarkan tuntutan atau penilaian yang negatif. Sebaliknya, jika kita dapat merasakan beratnya kehidupan seseorang kita akan mampu menghargai perjuangan orang itu dalam melewati pergumulannya dan menghargai dia sebagaimana adanya.

 

          Hendaklah kita cepat untuk menilai diri sendiri dan lambat menilai orang lain. Daripada menghakimi, adalah lebih baik jika kita membebaskan orang tersebut dari dakwaan dan menahan diri untuk tidak menghakimi sampai semua fakta diketahui.

 

Dalam menghakimi seringkali penilaian kita tidak jujur

        Adakalanya seseorang memiliki maksud-maksud tersembunyi ketika ia mencari-cari kesalahan orang lain. Seringkali orang cenderung menjadi subyektif dan tidak fair dan tidak jujur ketika ia menghakimi orang lain. Ia menjadi terlalu kritis terhadap kelemahan-kelemahan kecil dalam kehidupan setiap orang di sekelilingnya. Untuk memecahkan masalah ini, Tuhan Yesus menasihatkan. “Keluarkan dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu” (ayat 5). Kita tidak membutuhkan tukang kayu atau dokter mata untuk memahami perumpamaan Yesus ini. Namun jika kita mau mengalihkan perhatian dari selumbar yang kita lihat dari dalam diri orang lain untuk memperhatikan balok yang ada dalam mata kita sendiri, maka hal itu akan membawa pengaruh besar bagi diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita.

        Menghakimi atau mencari-cari kesalahan tidak sama dengan menegur. Menegur dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki. Sebagaimana yang dikatakan oleh Yakobus, kita wajib menegur seseorang jika ia melakukan kesalahan; karena jika tidak, kita pun turut berbuat dosa (Yakobus 4:17). Namun menghakimi hanya akan bertujuan untuk menjatuhkan orang lain. Kalau menghakimi itu bertujuan untuk memperbaiki maka itu namanya menegur. Dan hal ini sah-sah saja di mata Yesus. Namun kalau tujuan awal kita menegur orang tetapi sudah mengarah untuk mencari-cari kesalahan orang maka hal itu merupakan suatu tindakan yang dicela oleh Yesus.

 

Penghakiman adalah milik Allah  

Hanya Allah yang memiliki wewenang untuk melakukan penghakiman. Hanya Allah yang berhak menghakimi, karena Ia-lah Allah yang Maha Kuasa, satu-satunya Hakim yang jujur, yang benar dan adil dalam penghakiman-Nya (Wahyu 16:7). Penghakiman bukan hak kita; janganlah tempatkan diri kita di tempat yang tidak seharusnya. Jika kita mengambil tempat Allah sebagai Hakim maka Allah akan menuntut pertanggungjawaban dari diri kita, dengan standar yang kita pakai (ayat 2). Padahal, bukankah kita yang sesungguhnya penuh dengan dosa (ayat 3) telah dibenarkan karena anugerah Allah? Jika Allah mencari-cari kesalahan manusia, maka kita tidak akan mengenal keselamatan. Namun Allah tidak melakukan itu. Sebaliknya Allah berpikir tentang kebaikan; Ia berkehendak untuk menjalankan rancangan-Nya yang indah bagi kehidupan setiap manusia ciptaan-Nya. Untuk itulah Yesus diutus untuk menyelesaikan – bukan untuk menghakimi - kesalahan kita. Karenanya, jika Allah telah menggunakan ‘ukuran’ anugerah dan kasih dalam menghakimi manusia, janganlah menghakimi orang lain dengan ukuran kita sendiri. Kalaupun kita melihat kesalahan orang lain adalah lebih baik bila kita bergumul dan mendoakannya, daripada menghakiminya.

 

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang punya hak untuk menghakimi sesamanya.(Yakobus 4:11) Hal ini bukan menyalahkan orang yang berprofesi sebagai hakim. Penghakiman itu adalah haknya Allah sebab hanya Dia lah satu-satunya yang tidak berdosa dan terbebas dari kejahatan. Dialah yang punya hak untuk menghakimi dosa dan kejahatan manusia. (Yakobus 4:12) Itulah sebabnya hak penghakiman itu Dia berikan kepada lembaga negara untuk menyatakan tindakannya kepada mereka yang berbuat kejahatan. (Roma 13:4) Menghakimi tidaklah sama dengan menegur. Kalau kita dilarang untuk menghakimi, maka kita jangan sampai mendiamkan orang yang berbuat dosa tanpa menegurnya. Kalau kita tahu orang lain telah jatuh dalam dosa tetapi kita diamkan maka kita turut dalam perbuatan dosanya. (Yakobus 4:17)  

 

Oleh karena itu jangan tempatkan dirimu ditempat Allah karena hanya Allahlah yang berhak untuk menghakimi manusia. Tetapi jangan berdiam diri atas dosa yang dilakukan oleh sesamamu sebab mereka membutuhkan teguran yang akan menuntun mereka kembali ke jalan yang benar. (*)

 

 

sandman's picture

@Mauli baca tulisan si sesat timur ..

silahkan bandingkan tulisan anda dan tulisan "manusia sesat" dibawah ini

Klik disini semoga mendapatkan pencerahan untuk menjadi SESAT!!! ha ha ha ha.

Rasak NO ra iso komment !!

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

jesusfreaks's picture

@mauli : welcome to "SPARTA"

Dear mauli,

salam kenal...

Kamu benar... TAPI, perlu kita pahami apa itu PENGHAKIMAN.

PENGHAKIMAN menurut saya adalah VONIS, bukan TUDUHAN.

 

Apakah salah MENUDUH ? tidak salah sih, cuma konsekuensinya HARUS SIAP DITUNTUT balik.

 

apakah salah MEMVONIS, JELAS SALAH... kalau kita tidak PUNYA HAK tersebut. kecuali kita diberikan HAK tersebut.

 

nah semoga kita paham apa itu MEGHAKIMI.

 

 

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS- 

__________________

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-