Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Aku mau mati saja!

Evylia Hardy's picture

Silet di tangan kananku sudah menyentuh urat nadi berwarna kebiruan yang tampak menonjol menghiasi pergelangan tanganku yang putih pucat. Jantungku berdegup kencang terombang-ambing di antara dua pilihan. Sayat ... jangan, sayat ... jangan, sayat ... jangan, sayat ...! Dan titik-titik darah bermunculan dari torehan yang kusayat secepat kilat. Bukan. Bukan dari nadiku. Aku lemas terpuruk. Mengapa tak berani nekad saja mengakhiri hidupku! Kuhabiskan sisa malam itu dengan hujaman belati di batinku. Sakitnya jauh melampaui perihnya garis-garis merah hasil goresanku.

Aku cuma punya punya ibu, jeritku batinku. Cuma ia satu-satunya milikku! Mengapa ia juga harus dirampas dariku?? Mengapa harus dirampok habis-habisan kehidupanku???

Tiga tahun silam, saat ibuku memutuskan untuk menikah lagi tanpa membawaku serta ... aku menangis, memohon, menghiba, berharap aku tak ditinggalkannya. Namun apalah artinya linangan air mata seorang bocah kelas lima sd? Seiring berputarnya waktu, Ibu makin jarang dan makin jarang lagi menengokku. Ketika kuberanikan diri menyatakan keberatanku ... apalah artinya seberkas rindu seorang bocah kelas enam? Walau begitu aku masih bisa sedikit bernapas lega sewaktu Ibu berkata tak berniat menambah anak. Tak dapat kubayangkan apabila muncul adik baru di antara ibuku dan aku. Sedangkan sebagai anak tunggal saja sudah separuh terlantar aku.

Beberapa waktu kemudian kudapati para tante mulai menggodaku. Aku akan dapat adik baru, kata mereka padaku. Sudah duduk di bangku smp aku waktu itu. Aku tak percaya. Tak mau percaya. Makin gencar pula mereka menggodaku. Aku mulai ragu. Kutatap mata ibuku mencari tahu. Ia cuma tersenyum dan berpaling dariku. Ah, kucoba menghibur diriku, tak mungkin Ibu bohong padaku. 

Lalu tubuh Ibu berubah menjadi gemuk. Lambat laun perutnya mulai menyembul. Rasa penasaranku berubah menjadi was-was. Jangan-jangan .... Tapi tetap saja tak kulontarkan pertanyaan dan tak pernah kuterima penjelasan. Hanya fakta yang kian mengungkap apa yang tak terucap. Ahh, akhirnya yang kutakutkan terjadi juga. Hati kecilku berharap Ibu tak kan pernah melahirkan. Biar saja ia hamil selamanya. 

Tapi apa mau dikata, sore itu aku disuruh mandi lebih awal karena akan dijemput Om dan Tante. Mobil yang kami tumpangi meluncur menuju RS St. Elisabeth. Di sepanjang perjalanan yang tak kunjung berakhir bibirku terkunci rapat. Kepalaku pening. Perutku sakit. Berbagai pikiran berkecamuk di kepalaku. Aku tak tahu mesti merasa bagaimana mendengar percakapan riang mengenai bayi yang semalam lahir divakum, yang beratnya sekian koma sekian kilogram, yang berjenis kelamin perempuan ... seperti aku. Aku tak tahu mesti bersikap bagaimana nanti saat bertemu ibuku. Dan memang tak perlu mencari tahu. Karena begitu melihat Ibu yang masih terbaring lemah namun sumringah di tempat tidurnya, air mataku langsung tumpah. Ruah. Tanpa bisa kucegah.

Sekarang Ibu sudah bukan milikku, batinku perih. Ibu sudah punya anak baru, ,,, sakit hatiku melihat sang suami yang tersenyum lebar di sisi pembaringan Ibu. Kini telah hadir seorang bayi baru. Saat itu juga aku merasa milikku satu-satunya yang paling berharga direnggut dari kehidupanku. Dan di situ, di ruangan yang penuh dengan manusia itu, aku merasa begitu sendiri. Benar-benar sendiri. 

Malam itu aku setengah mati merindukan ayahku. Belum pernah aku merindukannya seperti itu. Sesungguhnya nyaris tak kukenal sosok ayahku. Ia hanya samar-samar hadir di hidupku sampai enam tahun usiaku. Hanya sesekali ia berada di rumah. Sisanya entah dihabiskan di mana. Ingatanku akan ia hanya sebatas masa-masa aku nyaris selalu dihukumnya. Waktu itu takut sekali aku padanya. Sampai-sampai tak pernah tenang hatiku kalau ia sedang berada di rumah. 

Tapi malam itu aku benar-benar merindukannya. Benar-benar butuh kehadirannya. Pedih kupanggil-panggil namanya .... Sebenarnya apalah yang kuharapkan? Kepedihan membuat logikaku tak berjalan. Mengharapkannya adalah kekonyolan yang patut ditertawakan. Ia sudah beranak-istri jauh sebelum ibuku mengikuti jejaknya. Anaknya malah lebih banyak. Lalu bagaimana dengan aku?? Haruskan aku tertatih-tatih sendiri mengarungi ganasnya kehidupan?? 

Ratap, rintih, jerit dan marahku lebur jadi satu malam itu. Dan dalam keputusasaan seorang anak smp ... sebilah silet hitam berkilau yang tergolek di laci bisa sangat menggoda. Aku mau mati saja, pikirku. Perlahan jari-jemariku meraih benda itu dan menaruhnya di pergelangan tangan kiriku. Ayo cepat, tak perlu pikir panjang! ... Tapi aku belum siap mati .... Ayo cepat, satu sayatan dan semuanya selesai! Tak perlu merasakan sakit hati lagi! ... Tapi .... Cepat!!! 

Di persimpangan jalan itulah, di antara maut dan kehidupan, memoriku memutar sebuah cuplikan adegan ... guruku ... yang tengah mengajarku, pada suatu siang, di sebuah kelas yang cuma terisi beberapa kepala. Jelas kudengar suaranya berkata,

“ ... iya, Tuhan Yesus mengasihi kita. Dia rela disalib dan mati untuk menebus dosa kita. Mari kita hafalkan Yohanes 3: 16 ,,, “

Itu. Itu saja. Kalimat sederhana yang tak berbunga-bunga. Keluar dari bibir seorang guru agama sd yang paling kuhormati. Itu yang merintangiku melaju ke tempat di mana terdapat ratap dan kertak gigi. 

Walau setelah itu masih ada satu-dua percobaan konyol yang kulakukan, Tuhan penuh kasih yang diperkenalkan guruku kepadaku selalu setia menuntunku melalui lembah demi lembah kekelaman menuju terang-Nya.

Terimakasih, Tuhan, atas kasih-Mu ... dan atas kehadiran Ibu Ester di dalam kehidupanku.  

__________________

eha

hiskia22's picture

@Evylia Hardy

salam kenal

Saya kayak nonton film saja......benar - benar menikmati dan sedikit membayangkan....sebuah kisah yang benar - benar menyedihkan.....dan berakhir bahagia...karena Tuhan Yesus

GBU

__________________

GBU

Evylia Hardy's picture

@hiskia22

walau menulisnya membutuhkan banyak waktu dan lebih banyak lagi tissue, amat melegakan bila itu menjadi berkat bagi yang membaca.

hiskia22 benar ... karena Tuhan Yesus.

senang berkenalan

Eha

__________________

eha

ebed_adonai's picture

@evylia: kecenderungan....

Mbak evy, saya pernah membaca kalau memang ada orang-orang tertentu yang kalau sedang mengalami goncangan hebat punya kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri. Adik saya juga termasuk tipe yang seperti itu. Saya masih ingat dulu pernah disuruh ibu saya yang sudah histeris untuk mendobrak pintu wc, karena adik saya itu sebelum masuk wc mengatakan pada ibu saya kalau ia sudah minum baygon. Mengiris-iris tangan dia juga sering. Entah sudah berapa kali kami dibuat kalang kabut. Mungkin kalau saya menceritakan kisah anda pada adik saya itu, ia akan jadi terinspirasi karenanya (terinspirasi yang baik maksudnya lho mbak? He..he..). Saya turut bersyukur mbak Evy baik-baik saja sampai sekarang....

Shalom!

(...shema'an qoli, adonai...)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

PS: Omong-omong kok gambar si cantik kita yang kemarin itu diganti mbak? Padahal yang kemarin itu lebih menggemaskan lho, centil banget gayanya......

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

Evylia Hardy's picture

@ebed_adonai

makasih atas atensinya ya, ngomong2 gitu itu sembuhnya susah lho. semoga campur tangan Tuhan membuat adiknya ebed_adonai segera terbebas dari kecenderungan itu ya.

gambar yang diganti? ooo gini ceritanya ... secara berkala gambarnya akan dibuat gantian antara si adik dan si kakak. kali ini berdua. kan buntutku ada dua ... ha ha

Eha

__________________

eha

sandman's picture

@Ebed & Evylia

Wong semarang karo wong magelang ngobrol ngalor ngidul... hahahaha

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

ebed_adonai's picture

@sandman: mungkin

Mungkin karena daerahnya agak dekat (kurang-lebih 3-4 jam naik bis), jadi kutub magnetnya masih sejenis, sehingga bertolak-belakang, dan menimbulkan kekacauan,....ha...ha....ha...ha...

Shalom!

(...shema'an qoli, adonai...)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

Evylia Hardy's picture

@sandman

lha ya sing ngalor ngidul iku sing bikin raket  ... he he

Eha

__________________

eha

Evylia Hardy's picture

@ebed_adonai

jamannya aku kuliah di yogya kalo naik travel pasti mampir di magelang. ibuku paling seneng kalo tak bawain jenang nyonya pang, kalo senenganku sih tape ketan (mesti sing jual kulakan di muntilan ya) ... mmm jadi ngiler ....

Eha

__________________

eha

leo's picture

dimana-mana yang terjai

dimana-mana yang terjai ialah orang yang merasa dicampakkan       orang yang merasa benar-benar diabaikan.          jika kita sudah tau bagaimana rasanya diabaikan, maukah kita melayani orang yang seperti mereka?

having a place to go is home; having some one to love is family. having both is a blessing

__________________

having a place to go is home; having some one to love is family. having both is a blessing

Evylia Hardy's picture

Itulah gunanya mengalami

Itulah gunanya mengalami luka. Agar bisa bertindak tepat terhadap orang lain yang juga terluka. Jangan cuma mewek-mewek ketika sakit masih terasa, lalu segera lupa ketika sudah tak terasa. Dan carut-marut yang tersisa, hanya mewariskan kepahitan semata.

Blog ini bukan untuk menghiba-hiba. Pembaca yang jeli semoga menyerap intisarinya.

Terimakasih untuk tanggapan leo, maaf ya karena terlambat merespon .

eha

__________________

eha